Legenda Batu Menangis Kalbar, Dongeng Anak yang Durhaka

Legenda Batu Menangis Kalbar, Dongeng Anak yang Durhaka

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Sabtu, 05 Jul 2025 09:01 WIB
Ilustrasi Batu Menangis.
Ilustrasi Batu Menangis. Foto: dok Copilot
Balikpapan -

Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita rakyat yang dikisahkan secara turun menurun. Salah satunya legenda Batu Menangis yang merupakan cerita rakyat dari Kalimantan Barat.

Cerita ini sering kali dibacakan sebagai dongeng untuk anak karena memiliki pesan moral yang kuat. Dikutip dari IBTIDA'IY: Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol. 8, No. 1, April 2023 dari Institut Agama Islam Negeri Kudus, Batu Menangis bercerita tentang anak yang durhaka kepada orang tua hingga berubah menjadi batu yang terus menangis.

Legenda Batu Menangis

Dikutip dari Indonesia Kaya, kisah Batu Menangis memiliki dua tokoh utama. Pertama adalah Darmi yang merupakan anak cantik tetapi durhaka, kedua adalah sosok ibu Darmi yang tidak disebutkan namanya. Sosok ibu ini sangat sabar dan sayang kepada anaknya. Berikut cerita lengkapnya:

Batu Menangis

Dikisahkan di sebuah daerah di Kalimantan Barat, hidup seorang janda yang tinggal bersama anak perempuannya bernama Darmi. Ibunya adalah sosok pekerja keras yang membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidup keduanya.

Namun Darmi sangat berbeda dengan ibunya. Anak ini memang cantik tetapi sombong, manja, dan hanya memikirkan cara untuk menjaga kecantikannya.

Darmi sama sekali tidak mau membantu ibunya bekerja. Dia takut kulitnya menjadi gelap jika bekerja di kebun, dan takut jika badannya bau karena berkeringat.

Ibunya hanya berharap anaknya bisa bahagia, tidak seperti yang dialaminya selama ini. Darmi pun terus dimanja penuh kasih sayang. Saking sayangnya, ibunya rela membelikan baju bagus dan perhiasan anaknya meski harus bekerja lebih berat.

Kulit ibu yang awalnya cerah, kini menjadi gelap karena terpapar sinar matahari setiap hari. Berat badannya menyusut, wajahnya semakin tua, karena tak memiliki waktu untuk mengurus dirinya sendiri.

Sementara kegiatan Darmi hanya mandi, menggunakan lulur, bercermin, menyisir rambut, dan mengagumi kecantikannya sendiri.

Menjadi Anak Tidak Tahu Diri

Rupanya tindakan yang terlalu memanjakan anak itu berbuah buruk. Darmi semakin merasa dirinya berhak atas semua yang selama ini dia dapatkan, tanpa tahu kewajiban yang seharusnya dilakukan.

Suatu hari ibu lupa memasak sayur untuk pelanggannya di desa. Ibu meminta tolong Darmi untuk memasak, sementar ibu harus mengurus pekerjaan lainnya.

Saat ibu pulang, ternyata Darmi masih saja bersolek. Bahkan kamarnya masih berantakan seperti saat ibu tinggalkan. Bukannya merasa bersalah, Darmi malah marah karena ibunya dianggap mengganggunya berdandan.

Darmi juga marah karena tidak ada makanan yang bisa dia makan saat ibunya pergi. Ibunya mengalah dan kemudian memasak sayur untuk pelanggan dan Darmi. Setelah itu, ibu juga membereskan kamar Darmi.

Lama-kelamaan, Darmi semakin keenakan. Bahkan untuk minum saja dia harus memanggil ibunya. Saat minta uang, Darmi juga terus merengek dan tak segan mengatakan dirinya menyesal lahir di keluarga miskin.

Darmi Malu Saat Bersama Ibunya

Suatu hari sisir kesayangan Darmi patah. Dia pun minta ibunya untuk membelikan sisir baru. Karena tak percaya selera ibunya, Darmi ingin ikut ke pasar agar bisa memilih sendiri sekaligus melihat barang bagus yang bisa dia miliki.

Darmi yang jarang keluar rumah merasa kepanasan di jalan, sehingga membawa daun besar agar kulitnya tetap putih. Sementara ibunya menarik gerobak berisi sayur dengan tubuh yang sudah renta.

Beberapa orang melihat mereka sambil berpandangan sinis karena tingkah Darmi yang berlebihan. Namun di pikiran Darmi, orang-orang merendahkannya karena sosok ibunya yang berpenampilan kurus dan lusuh seperti pengemis.

Darmi lantas memilih berjalan lebih cepat menjauh dari ibunya agar orang-orang tidak tahu mereka adalah ibu dan anak. Di tengah jalan, Darmi bertemu dengan temannya dan berbincang sebentar.

Melihat Darmi berbincang dengan orang, ibu pun cepat-cepat mendekat karena ingin menyapa teman anaknya. Rupanya Darmi malah memperkenalkan ibu sebagai pembantunya.

Hati ibunya pun hancur seketika. Dia hanya bisa menahan tangis sambil terus berjalan. Bukannya menyesal, Darmi malah kembali mengulangi kata-katanya tiap ada orang menyapa.

Menghabiskan Uang Ibu

Saat di pasar, Darmi juga tidak mau mendekati ibunya yang menjual sayuran. Namun dia tetap memantau dari kejauhan agar mengetahui penghasilan ibunya.

Saat sudah sepi, Darmi mendekat untuk minta uang. Ibunya memberikan uang untuk membeli sisir. Namun Darmi marah karena tahu ibunya punya uang lebih yang bisa dia pakai untuk membeli barang lainnya.

Karena sudah kesal, ibu memberikan semua uangnya kepada Darmi. Padahal uang itu sebetulnya digunakan ibu sebagai modal untuk menjalankan usahanya esok hari.

Selanjutnya: doa ibu terkabul dan pesan moralnya...

Doa Ibu yang Terkabul

Setelah berbelanja, Darmi didekati sejumlah pria yang tertarik kepadanya. Bahkan ada yang mau mengantarkannya pulang. Ibu yang khawatir dengan keselamatan Darmi tetap mengikuti dari belakang.

Saat para pemuda terlihat makin dekat dengan Darmi, ibu memperingatkannya. Para pemuda itu lantas bertanya kepada Darmi siapakah sosok wanita itu. Darmi tak segan berkata bahwa wanita itu adalah pembantunya.

Sambil tertawa, Darmi malah berbohong bahwa ibunya adalah seorang yang cantik dan sedang menunggu di rumah. Para pemuda itu percaya dan ikut tertawa.

Ibu yang sudah tersayat hatinya hanya bisa terduduk dan bersimpuh sambil menangis. Dia merasa semua pengorbanannya selama ini dibalas dengan kejahatan.

Dia berdoa agar Tuhan memberikan hukuman kepada Darmi. Sontak langit berubah menjadi gelap dan angin berembus kencang.

Darmi tiba-tiba merasa kakinya kaku dan berat. Ternyata tubuhnya perlahan menjadi batu. Darmi langsung menyadari dirinya terkena kutukan karena durhaka kepada ibunya.

Darmi menangis ketakutan, dan meminta maaf kepada ibunya. Namun tubuhnya semakin berat dan membuatnya bersimpuh. Kini kakinya sudah menjadi batu, dan dia terus menangis sampai seluruh tubuhnya menjadi batu.Anehnya, air mata Darmi terus keluar dari dalam batu.

Penduduk sekitar kemudian menyebutnya sebagai Batu Menangis. Batu diletakkan di tepi tebing dan menghadap ke langit oleh masyarakat. Batu ini menjadi pengingat agar anak selalu berbakti kepada ibunya.

Pesan Moral dari Cerita Batu Menangis

Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari cerita Batu Menangis ini:

  • Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anaknya dengan sikap mandiri.
  • Anak harus diajari sopan santun sejak kecil dan memberi tahu mana yang benar dan salah.
  • Anak harus berbakti kepada orang tua yang sudah melahirkannya dengan susah payah.
  • Doa orang tua adalah doa yang terkabul. Anak yang berubah jadi batu hanyalah pesan simbolik yang digambarkan dalam cerita.

Demikian tadi Legenda Batu Menangis yang bisa dibacakan sebagai dongeng anak sebelum tidur. Sampaikan pula pesan moralnya agar anak bisa mempelajari nilai-nilai positifnya.

Hide Ads