Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mencatat sejumlah dampak yang terjadi akibat aktivitas warga membakar sampah. Selain kebakaran lahan, aktivitas itu sempat menghanguskan kabel optik.
Plt Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad mencatat sepanjang Agustus ini saja terdapat lima kasus kebakaran lahan akibat pembakaran sampah
"Kalau yang lahan lebih kurang 5 kali ada yang di Semin (Kabupaten Gunungkidul), kemudian yang di Merapi juga pernah sekali. Rata-rata di pegunungan-pegunungan di hutan-hutan itu," jelas Noviar saat dihubungi wartawan, Jumat (25/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Noviar, rata-rata kebakaran terjadi karena api dari pembakar sampah oleh warga yang kemudian merembet. Risiko kebakaran itu semakin besar karena saat ini sedang kemarau.
"Karena kering. Jadi diharapkan kepada masyarakat tidak membakar-bakar (sampah) saat musim kering karena itu gampang sekali (terbakar)," ungkap Noviar.
"Apalagi kemarin ada yang di (bandara) Adisutjipto kebakar (sebagian lahannya) karena masyarakat bakar sampah juga. Merembet sampai ke bandara," tambahnya.
Dia juga mengungkap adanya kerusakan kabel optik milik Kementerian Komunikasi dan Informatika akibat pembakaran sampah di area pemukiman.
"Kayak kemarin ada yang bakar sampah di timur (Stadion) Mandala Krida sampai kabel optik punya Kominfo sampai tak berfungsi. Tapi kan langsung dibetulin. Sampai kebakar kabel optiknya," ujarnya.
Lebih lanjut Noviar menerangkan, selain dua risiko tersebut, pembakaran sampah juga membuat kualitas udara di Jogja menjadi buruk. Terlebih saat ini tak ada hujan yang bisa membersihkan udara.
"Karena nanti gini, selama satu bulan terakhir kualitas udara di Jogja jelek juga. Jadi karena sering bakar-bakar sampah itu. Kering terus kualitas udara jelek," tutupnya.
Terpisah, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan jika penindakan terhadap warga yang masih membakar sampah adalah kewenangan kabupaten-kota.
"Ya sekarang terserah Kabupaten ditindak apa tidak. Masyarakat ini juga sudah terlalu manja, begitu kita tutup kota punya depo kan gitu. Mestinya masyarakat menyerahkan sampah di situ," jelas Sultan saat ditemui wartawan di kantornya, Jumat (25/8).
"Jadi masyarakat sendiri sudah terlalu manja sudah sekian puluh tahun difasilitasi begitu ditutup bingung dewe. Biarin aja. Kita harus juga mendidik masyarakat jangan dimanjakan," tutupnya.
(ahr/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Ponsel Diplomat Kemlu yang Tewas Misterius Ternyata Hilang