Pemerintah Kabupaten Sleman mengusulkan aliran piroklastik di Dusun Bakalan, Argomulyo, Cangkringan menjadi kawasan geopark nasional. Di balik terbentuknya aliran itu, ternyata menyimpan cerita dahsyatnya erupsi Merapi yang mengubur Dusun Bakalan yang kini sebagian wilayahnya menjadi Museum Terbuka Bakalan.
Di kawasan museum itu, hanya tersisa tembok rumah yang jadi saksi erupsi 14 tahun silam. Tiga bangunan masih berdiri. Dua di antaranya hanya tersisa tembok, sementara satu bangunan lagi masih utuh.
Sedangkan satu bangunan rumah lainnya sudah setengah terkubur material vulkanik dan hanya tampak bagian atas rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar kawasan museum, juga masih ada rumah. Setidaknya ada tiga rumah yang masih berdiri. Namun, semuanya kosong dan ditinggalkan sehingga ditumbuhi alang-alang.
"Total rumah yang ada tujuh. Dulu ada 88 KK di Dusun Bakalan ini," kata Partono, salah satu pengelola museum sekaligus warga asli Bakalan saat ditemui wartawan, Selasa (30/7/2024).
Dia mengutarakan tak ada lagi warga yang tinggal di wilayah itu. Semua terpaksa pindah karena material vulkanik mengubur seluruh kampung.
"Ya sekarang pindah ke namanya huntap Kuwang. 4,5 kilometer dari sini," ujarnya.
Partono bercerita 5 November 2010 menjadi sejarah kelam untuk kampung itu. Partono bilang, tak semua warga selamat.
"Ada yang meninggal, tiga orang kena dampak langsung," ucapnya.
Ketiga orang itu sebenarnya sudah diajak turun untuk mengungsi. Hanya saja, di malam nahas itu dua orang yang sudah di barak pengungsian justru memutuskan kembali.
"Mereka jam 9 malam izin pulang mengunci rumah. Tapi kami cari tidak ada. Paginya kami kembali ke sini (Bakalan) dan ketemu itu," katanya.
Kala itu, material Merapi meluap dari Kali Gendol yang hanya berjarak kurang dari 50 meter dari kampung. Partono menceritakan, material panas setebal hampir puluhan meter yang mengubur habis kampung.
"Itu di aliran piroklastik ada tiga rumah, satu rumah terkubur dari bawah sampai atas. Satu masih kelihatan, satunya tinggal itu pintu," ujarnya.
Pascaerupsi Merapi, mereka harus mengungsi selama dua bulan. Lepas itu mereka dibangunkan hunian sementara. Hanya seluas 6x6 meter per KK.
"Itu rumahnya temboknya dari bambu. Dua tahun kami menempati," ujarnya.
Mereka kemudian kembali mengungsi karena lokasi hunian sementara dibersihkan untuk dibangun hunian tetap yang ditempati hingga saat ini.
"Baru 2012 kami bisa tinggal di huntap," ucapnya.
![]() |
Kampung Bakalan Jadi Museum Terbuka
Bakalan yang sudah terkubur material memaksa warga pindah. Endapan material Merapi oleh pemerintah kemudian dikeruk. Normalisasi sungai, sebutannya.
Akan tetapi, dari sekian banyak material yang diambil, oleh warga kemudian ada yang diselamatkan dan dijadikan tempat wisata. Kini di lokasi Museum Terbuka Bakalan, terdapat sisa aliran piroklastik yang oleh pemerintah diajukan jadi situs warisan geologi.
"Ini ada beberapa timbunan erupsi termuda material erupsi Merapi 2010 ini ada dua rumah yang terpendam di sini (menunjuk sisa aliran piroklastik), yang satu kelihatan atasnya sedikit, yang satu terpendam tidak kelihatan," ucap Partono.
Dia menjelaskan bangunan museum ini sepenuhnya dikuasai oleh pemerintah. Warga, lanjutnya, yang kemudian mengelola menjadi wisata.
"Tiga bulan ini banyak dari mahasiswa terutama di Jogja sering ke sini untuk kunjungan situs geologi. Dari Australia juga pernah beberapa kali ke sini," katanya.
Selain situs geologi, di museum itu juga terdapat satu rumah yang benar-benar masih utuh. Hanya sebagian kecil saja yang terbakar.
Di dalam rumah berbentuk joglo itu, sisa abu Merapi masih menempel di dinding maupun tiang rumah. Ada juga dua tiang utama di dalam rumah yang gosong terbakar. Sisanya, seperti tak terjadi apa-apa.
"Ada satu rumah di tahun 2010 itu masih utuh, yang lain kanan kiri depan belakang hancur namun itu masih utuh terus di dalamnya ada beberapa benda peninggalan untuk sisa erupsi 2010," ucapnya.
Partono melanjutkan, meski masih ada beberapa sisa rumah yang berdiri, tak ada satupun warga yang kembali ke dusun itu.
"Tinggal sisa rumah, yang di sini tinggal tidak ada karena warga kami kebetulan menurut, karena sini KRB jadi tidak boleh untuk tempat tinggal. Kalau usaha silakan," pungkasnya.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas