Mengenal Ular Weling yang Disebut Tak Boleh Dibunuh, Apakah Berbahaya?

Mengenal Ular Weling yang Disebut Tak Boleh Dibunuh, Apakah Berbahaya?

Nur Umar Akashi - detikJogja
Selasa, 30 Jul 2024 16:44 WIB
Ular weling (bungarus candidus) adalah jenis ular berbisa dari suku elapidae yang menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali.
Ilustrasi ular weling. Foto: Istimewa/Instagram
Jogja -

Di tengah masyarakat Jawa, beberapa orang percaya bahwasanya ular weling tidak boleh dibunuh. Alasannya, ditakutkan si pembunuh akan terkena balas dendam ular satu ini. Yuk, kenalan lebih jauh lagi dengan ular weling!

Dilansir laman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo, nama ilmiah ular weling adalah Bungarus candidus. Selain itu, ular satu ini dikenal dengan sejumlah nama lain. Di antaranya adalah malayan krait dan blue krait.

Ular weling mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, detikers harus paham seluk-beluk detailnya sehingga bisa mengambil tindakan tepat ketika berjumpa. Sebab, bisa ular weling dikenal sangat mematikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mari, pelajari ular weling secara lebih mendalam, mulai dari klasifikasi, morfologi, habitat, makanan, hingga perilakunya melalui artikel berikut.

Klasifikasi Ular Weling

Dikutip dari laman Global Biodiversity Information Facility (GBIF), klasifikasi ular weling adalah:

ADVERTISEMENT
  • Kingdom: Animalia
  • Phylum: Chordata
  • Class: Squamata
  • Family: Elapidae
  • Genus: Bungarus Daudin
  • Species: Bungarus Candidus

Lebih lanjut, dirujuk dari laman Thai National Parks, terdapat beberapa spesies saudara ular weling dari genus yang sama. Ini daftarnya:

  • Bungarus fasciatus (Banded krait/ular welang)
  • Bungarus flaviceps (Red-headed krait)
  • Bungarus sagittatus (Arrow-vented krait)
  • Bungarus slowinskii (Red river krait)
  • Bungarus wanghaotingi (Many-banded krait)

Morfologi Ular Weling

Dalam buku Morfologi, Topografi, Sel, dan Jaringan oleh Dwi Nur Rikhma Sari dan Septiarini Dian Anitasari, morfologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Yang dimaksud bentuk luar organisme adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya, warna.

Dirangkum dari situs Malaysia Biodiversity Information System (MyBIS), ular weling memiliki ukuran rata-rata 100 sampai 150 sentimeter. Tubuhnya berbentuk silinder dengan garis-garis putih dan hitam berselang-seling berukuran sama di bagian punggung.

Sisik ventral ular weling berwarna putih seragam dan terdapat pembesaran di sisik-sisik sepanjang punggung tulang belakang. Total, ular weling memiliki 15 deret sisik dorsal, 209-219 sisik ventral, 40-50 buah sisik subkaudal, sisik anal tunggal, dan 7 buah sisik perisai labial.

Ekornya memanjang dan meruncing ke belakang dengan panjang kira-kira 16 cm. Meruncingnya ekor ular weling berbeda dengan saudaranya, ular welang yang berbentuk tumpul. Perbedaan lebih lanjut antarkeduanya bisa detikers temui dalam pembahasan yang akan datang.

Selain memiliki bentuk dan warna yang mengintimidasi, ular weling juga dikenal akan kekuatan bisa alias racunnya. Informasi dari laman National Library of Medicine (NCBI) menjelaskan, bisa ular weling mengandung neurotoksin yang sangat kuat.

Bisa milik ular weling juga diketahui bisa menyebabkan rhabdomyolysis dan gangguan kardiovaskular seperti hipertensi dan syok. Bahkan, tingkat kematian (Untreated Mortality Rate) karena gigitan ular weling mencapai 60-70% bagi manusia.

Persebaran dan Habitat Ular Weling

Berdasar informasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, ular weling dapat dijumpai di sejumlah negara Asia Tenggara. Di antaranya adalah Kamboja; Indonesia (Sumatera, Jawa, dan Bali); Laos; Malaysia; Thailand; dan Vietnam.

Sementara itu, ular weling juga bisa dijumpai di Myanmar dan Singapura biarpun tidak pasti keberadaannya. Lalu, di mana habitat ular weling?

Menurut Setiawan dan Marisa dalam Journal of Scientech Research (JSRD) berjudul 'Keanekaragaman Spesies Ular di Resort Rowo Bendo Taman Nasional Alas Purwo' oleh Venansius Hugo Pantur dkk, ular weling berhabitat di sungai dan rawa. Alasannya, di sanalah tempat tersedia makanannya, seperti katak dan ikan.

Ular weling dapat ditemukan di dataran rendah hingga ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Wilayah-wilayah seperti hutan, mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan pemukiman juga menjadi wilayah habitat ular weling.

Makanan Ular Weling

Menurut penjelasan dalam jurnal bertajuk 'Notes on the Diet of the Malayan Krait, Bungarus Candidus (Linnaeus, 1758)' oleh Ulrich Kuch, ular weling terbukti memiliki sejumlah mangsa. Pertama-tama, ular ini diketahui memangsa spesies ular lain yang lebih kecil, seperti ular pohon dan ular air.

Di samping itu, ular weling juga berburu kadal, kodok, dan mamalia kecil, seperti tikus dan hewan pengerat lain. Masih tidak cukup, dari percobaan yang dilakukan, ular weling juga diketahui doyan memakan belut dan ikan.

Perbedaan Ular Weling dan Welang

Ular welang adalah spesies kerabat ular weling dengan nama latin Bungarus fasciatus. Sekilas, keduanya tampak memiliki kemiripan. Namun, tentu saja, ada beberapa hal yang membedakan antarkeduanya.

Dikutip jurnal berjudul 'Ular Welang, Bungarus fasciatus (Schneider, 1801), di Lereng Selatan Gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta' oleh Donan Satria Yudha dkk, perbedaan keduanya bisa ditelaah dari segi perbedaan kepala dan leher, bentuk potongan melintang tubuh, bentuk sisik vertebral, ujung ekor, dan pola warna belang tubuh. Ini rangkumannya:

Ular weling:

  1. Kepala tidak terpisah jelas dari leher.
  2. Potongan melintang tengah tubuh ular weling adalah tubular.
  3. Bentuk sisik vertebral ular weling tidak melebar.
  4. Ujung ekor ular weling runcing.
  5. Pola warna belang ular weling adalah melingkar hingga lateral tubuh.

Ular welang:

  1. Kepala terpisah jelas dari leher.
  2. Potongan melintang tengah tubuh ular welang adalah triangular.
  3. Bentuk sisik vertebral ular welang sangat melebar.
  4. Ujung ekor ulang welang tumpul.
  5. Warna belang tubuh ular welang adalah melingkar hingga ventral.
  6. Di samping itu, perbedaan panjang keduanya juga berbeda. Panjang ular weling adalah 160 cm, sedangkan ular welang 200 cm. Jumlah sisik ventralnya juga cukup berbeda, yakni 194-237 buah (ular weling) dan 200-236 buah (ular welang).

Perilaku Ular Weling

Kembali dikutip dari situs BPDB Kabupaten Purworejo, ular weling termasuk hewan nokturnal. Artinya, ia akan aktif pada malam hari. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan detikers berjumpa dengan hewan melata satu ini pada siang hari.

Apabila merasa terganggu atau terancam, ular weling akan menyembunyikan kepala di bawah gulungan badannya. Meskipun begitu, ular ini tetap tidak boleh diganggu untuk meminimalisir kemungkinan terkena racun neurotoksinnya yang berbahaya.

Ular weling termasuk hewan ovipar (bertelur). Sekali bertelur, jumlah yang dihasilkan sebanyak 4 sampai 10 butir. Saat menetas, bayi ular weling memiliki panjang antara 27 sampai 29 sentimeter.

Demikian penjelasan lengkap mengenai ular weling yang terkenal akan mitosnya di Indonesia. Semoga menambah wawasan detikers!




(sto/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads