Kementerian Kebudayaan menetapkan 32 karya budaya di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb). Di antaranya ada ampo, kuliner asal Bantul yang terbuat dari tanah.
Meski ampo sudah jadi WBTb, makanan ini konon belum dikenal luas. Hal ini diungkapkan salah satu pembuat ampo di Kerten, Imogiri, Bantul, Atun Dwi Astuti (43).
"Biarpun dari Jogja atau Bantul itu banyak yang belum tahu ampo itu apa. Kalau sudah saya kemasi kadang dikira gula jawa. Banyak, banyak yang nggak tahu," jelas Atun saat ditemui detikJogja di kediamannya di Imogiri, Jumat (13/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski banyak yang belum mengenal ampo, menurut Atun, permintaan Ampo di pasaran cukup tinggi. Dengan harga Rp 3 ribu per kilogram, Atun bisa menjual minimal lima kuintal per pekan.
"Kita kemasi per kilo, patok harga Rp 3 ribu per kilo. Per minggu saya pasti produksi 5 kuintal, pasti habis, malah kadang kurang. Ini aja sudah ada yang minta tapi belum ada barangnya," ujarnya.
Apa itu Ampo?
Ampo merupakan olahan tanah liat murni berbentuk gulungan tipis tanah liat kering seukuran jari manusia. Selain untuk konsumsi, ampo ternyata juga memiliki fungsi lainnya tergantung ukurannya.
"Cuma ada dua jenis, kecil sama besar. Kalau ampo besar itu biasanya buat merebus daun pepaya biar ndak pahit. Kalau yang kecil bisa dimakan," jelas Atun.
Atun menyebut dua jenis ampo tersebut dibuat dengan cara dan bahan yang sama. Hal yang membedakan hanya saat proses mengiris tanah liat yang telah dipadatkan menggunakan bilah bambu.
![]() |
Adapun proses pembuatannya, dimulai dengan mengolah tanah liat agar bersih dari sisa batu, dan mudah dibentuk. Kemudian tanah itu dipadatkan dan dibentuk bundar.
"Pertama tanah itu kita rendam air, biar bisa dibentuk. Kalau sudah 1-2 hari nanti tanahnya bisa istilahnya pulen gitu, kan sebelumnya keras," papar Atun.
"Terus kita cetak bulet itu pakai velg motor. Kita padatkan terus kita diamkan satu malam, kita angin-angin kan biar agak keras. Terus dikempleng, dipukul-pukul, setelah itu baru bisa diiris," sambungnya.
![]() |
Menggunakan Tanah Khusus
Meski dibuat dari tanah liat, namun tak sembarangan bahan yang digunakan untuk membuat ampo. Atun mengaku sempat kesulitan mencari tanah liat pilihan hingga akhirnya mencari penyuplai tanah liat ke perajin batu bata.
"Saya dulu cari sendiri, cari lokasi, cari punya siapa yang punya, tapi lama-lama carinya susah. Terus saya ada kenalan, yang biasa jual tanah buat bata itu, terus saya minta tolong sekalian," terang Atun.
"Biasanya tanah kedua, lapisan kedua itu. Lapisan pertama kan biasanya banyak kerikil itu to, terus tanahnya kayak padas itu, keras, kan ndak bisa. Kalau tanah kedua itu ulet. Ini masih di daerah Bantul, biasanya di pegunungan, di lereng-lereng itu. Ndak bisa semua tanah, harus tanah pilihan," pungkasnya.
(ams/apl)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM