Mengunjungi Kafe Nyentrik Penuh Barang Antik di Gang Sempit Sendangguwo

Regional

Mengunjungi Kafe Nyentrik Penuh Barang Antik di Gang Sempit Sendangguwo

Arina Zulfa Ul Haq - detikJogja
Minggu, 13 Okt 2024 12:09 WIB
Kedai kopi Sen-Gu yang juga jadi galeri barang antik di Jalan Sendangguwo, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Sabtu (12/10/2024).
Kedai kopi Sen-Gu yang juga jadi galeri barang antik di Jalan Sendangguwo, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Sabtu (12/10/2024). (Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Semarang -

Ada yang spesial dari salah satu gang sempit di Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Siapa sangka ada kedai kecil tersembunyi yang menyimpan puluhan barang antik berharga.

Kedai bernama Sen-Gu, kepanjangan Sendangguwo itu mengusung konsep kedai tahun 1980-an. Tak hanya terdengar dari instrumen musik jadul yang mengalun lembut di penjuru kedai, konsep retro ini juga tampak dari barang-barang antik yang terpajang.

Terlihat beberapa lukisan sejarah menghiasi dinding kedai. Kamera-kamera analog lawas terpajang di atas meja, beserta kaset-kaset lagu jadul. Bahkan, ada pula mesin ketik dan televisi jadul di salah satu sudut yang mengundang perhatian para pengunjung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lampu remang-remang menemani perbincangan para pengunjung malam itu. Suara jangkrik sesekali juga terdengar dari sela-sela pohon bambu di samping kedai.

Pemilik kedai Sen-Gu, Abdul Lathif (46), sempat menceritakan perjalanannya yang tak mudah dalam membangun kedai tersembunyi di gang kecil itu. Kedai yang berdiri sejak 2022 itu bermula dari kesenangannya mengoleksi barang antik.

ADVERTISEMENT

"Saya suka barang-barang antik, barang-barang yang disebut kuno, tapi bukan yang bersifat mistis. Murni yang ada sejarahnya. Saya jual beli, kemudian ada gagasan dari teman untuk sekalian bikin kafe," kata Lathif saat ditemui detikJateng di Kelurahan Sendangguwo, Sabtu (12/10/2024).

Awal buka, Sen-Gu hanya menjual kopi seduh dan didatangi kolega-kolega Lathif yang juga memiliki ketertarikan pada barang antik. Dari situ, muncul niatnya untuk membuka kafe sekaligus galeri barang antik di Jalan Sendangguwo Selatan.

"Lebih sering kolega antik datang menjadi konsumen barang sekaligus konsumen kopi. Di situ mulai berpikir sekalian saja dibesarkan. Saya masih terus mengembangkan ini jadi tempat kopi sekaligus galeri," ungkapnya.

Kedai kopi Sen-Gu yang juga jadi galeri barang antik di Jalan Sendangguwo, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Sabtu (12/10/2024).Kedai kopi Sen-Gu yang juga jadi galeri barang antik di Jalan Sendangguwo, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Sabtu (12/10/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

"Nanti teman-teman bisa bertanya-tanya mengenai barang-barang antik di sini, kita jelaskan ini apa atau dari kapan, sejarahnya dulu apa. Sekitar 80 persen barang tahu lah sejarahnya," lanjut dia.

Barang-barang jadul yang terpampang itu pun ia kumpulkan selama berkeliling penjuru Indonesia. Lathif mengaku tertarik dengan fotografi, tampak dari foto-foto bersejarah dan kamera lawas yang terpampan.

"Ndilalah (kebetulan) selain fotografi, saya suka elektronik lama. Makanya di sini kita bisa lihat radio lama atau TV lama," jelasnya.

"Itu dari tetangga. Ada yang dikasih, ada yang minta untuk dibeli, kita terserah aja maunya gimana. Kebetulan kita sedikit bisa reparasi lah, jadi kalau bisa bunyi ya syukur, kalau nggak bisa ya sudah kita pajang saja," imbuhnya.

Beberapa barang lawas yang terpajang masih berfungsi, meski sebagian juga sudah rusak dan hanya menyimpan sisa-sisa kenangannya. Barang antik terlama di galerinya, yakni kamera analog tahun 1940-an.

"Paling lama itu kamera tahun 1943. Kita coba ulik ini dulunya apa. Inimanual, secara fungsi sebenarnya bisa, hanya filmnya sudah nggak ada yang jual," tuturnya.

"Karena ini kamera khusus untuk foto pasukan, berjumlah banyak, dan dia memang besar filmnya dan ini udah nggak ada yang produksi lagi. Kita sebut sebagai barang kuno antik, karena lama dan ada fungsi yang menarik," sambungnya.

Sejak awal buka, jalan yang ditempuhnya itu tak mudah. Ia sempat nyaris menyerah, lantaran tak ada pengunjung. Terlebih, jalan menuju kedainya itu cukup sulit. Pengunjung harus melewati gang sempit hingga makam.

"Di tahun pertama kita sempat hampir putus asa. Artinya sudahlah kopinya nggak usah, tapi galerinya tetap kita terusin karena ini satu-satunya yang bisa saya perkenalkan ke orang-orang," ujarnya.

Namun ia tak menyerah dan tetap konsisten menyajikan menu kopi dan makanan dengan harga yang murah meriah. Menu kopi dijual mulai Rp 6-16 ribu saja.

Akhirnya, kedai itu mulai ramai akhir-akhir ini saat ada beberapa influencer yang memperkenalkan Sen-Gu lewat media sosial. Kedai tersebut terkenal dengan konsep kafe hidden gem atau tersembunyi.




(aku/aku)

Hide Ads