Peyek Tumpuk Khas Bantul, Bisa Jadi Alternatif Oleh-oleh Pemudik

Peyek Tumpuk Khas Bantul, Bisa Jadi Alternatif Oleh-oleh Pemudik

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Sabtu, 06 Apr 2024 22:10 WIB
Peyek tumpuk produksi Mujinem warga Pedukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Sabtu (6/4/2024).
Peyek tumpuk produksi Mujinem warga Pedukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Sabtu (6/4/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Beragam kuliner khas Bantul bisa dijadikan oleh-oleh para pemudik. Salah satunya adalah peyek tumpuk.

Salah satu pembuat peyek tumpuk, Mujinem (63) warga Pedukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul. Ia sudah berproduksi sejak puluhan tahun lalu.

"Kalau buat peyek tumpuk di rumah sejak tahun 1995 sampai sekarang," kata Mujinem saat ditemui di rumahnya, Sabtu (6/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahan dan Cara Buat Peyek Tumpuk

Mujinem memberi label produksinya dengan nama peyek tumpuk 'Mbok Jinem'. Terkait penamaan peyek tumpuk, Mujinem menjelaskan karena pembuatannya bertumpuk-tumpuk.

"Karena kacangnya hanya ditumpuk-tumpuk. Jadi pembuatannya adonan peyek dituang ke wajan berisi minyak panas lalu adonan ditumpuk-tumpuk menggunakan serok. Tapi harus pas, kalau kematangan kan jadi kering dan tidak bisa merekat," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Jadi diabul-abul dulu, lalu dikumpulkan ditumpuk hingga berbentuk bulat. Kalau kekeringan tidak bisa, harus tepat waktunya, itu pakai feeling (perasaan)," ucapnya.

Selanjutnya, api untuk menggoreng peyek tumpuk harus besar. Mujinem memilih menggunakan kayu bakar sebagai sumber api penggorengan.

"Kalau kompor gas kurang panas itu, perlu api besar. Apalagi penggorengan dua kali, lalu proses pengeringan. Jadi tidak sekali jadi biar bisa berwarna putih seperti itu, dan buat sekarang biasanya mengeringkan dua hari," ucapnya.

Menurutnya, untuk satu kali proses membuat peyek tumpuk bisa menghasilkan 1 kuintal peyek. Bahan bakunya terdiri dari tepung beras 27 kg, tepung tapioka 2 kg, telur 1 kg, dan minyak goreng satu jeriken kapasitas 19 kilogram.

"Untuk bumbunya bawang putih, kencur dihaluskan. Lalu pakai kelapa untuk buat santan, perlu 50 biji kelapa karena kita sekali buat kan 1 kuintal," jelasnya.

Setelah itu, bumbu halus dan adonan tepung dicampur dan direndam menggunakan santan sekitar satu jam. Setelah itu kacang dimasukkan ke dalam adonan tersebut lalu digoreng.

"Saya pakai minyak yang bagus, karena kalau minyak goreng tidak tahan lama nanti peyeknya. Kalau minyaknya bagus dan bahan bakunya bersih 1-2 bulan bisa tahan," ucapnya.

Peyek tumpuk produksi Mujinem warga Pedukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Sabtu (6/4/2024).Peyek tumpuk produksi Mujinem warga Pedukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Sabtu (6/4/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Penjualan

Untuk penjualan, Mujinem mengaku dipasarkan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Anak Mujinem yang berperan sebagai bagian penjualannya.

"Penjualan anak saya, di Wates, Ambarketawang sampai Wijilan, Kota Jogja. Selain itu ada juga orang yang datang ke rumah untuk beli," katanya.

Menurutnya, peyek tumpuk banyak dilirik pemudik saat hendak kembali ke perantauan. Pemudik menjadikan peyek tumpuk sebagai oleh-oleh khas Bantul.

"Kalau sekarang masih sepi, biasanya kalau pemudik mau pulang ludes semua, ini saya stok lima kuintal. Jadi kalau pada saatnya pasti laku semua, karena peyek itu kan musiman," ujarnya.

Peyek tumpuk produksi Mujinem warga Pedukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Sabtu (6/4/2024).Peyek tumpuk produksi Mujinem warga Pedukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Sabtu (6/4/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Harga

Mujinem menambahkan, untuk satu bungkus peyek tumpuk dipatok Rp 27.500. Satu bungkus peyek seberat setengah kilogram.

"Satu kilo dua bungkus, per bungkus isi empat peyek tumpuk. Dari saya satu plastik Rp 27.500, kalau di pasaran tergantung jualnya berapa. Kenapa murah, karena untuk produksinya saya lakukan sendiri," imbuhnya.




(rih/rih)

Hide Ads