Perjuangan Jumarsih Sulap Keripik Pakis Jadi Oleh-oleh Khas Pangandaran

Perjuangan Jumarsih Sulap Keripik Pakis Jadi Oleh-oleh Khas Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Sabtu, 22 Mar 2025 13:00 WIB
Jumarsih saat berjualan keripik pakis di kegiatan pangan murah di Pangandaran.
Jumarsih saat berjualan keripik pakis di kegiatan pangan murah di Pangandaran. (Foto: Aldi Nur Fadiilah)
Pangandaran -

Jumiarsih (45), warga Dusun Bojongmalang, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, sukses mengolah daun pakis menjadi cemilan renyah dan oleh-oleh khas daerah.

Keripik pakis ini berbeda dari keripik pada umumnya. Jika biasanya pakis hanya dikenal sebagai bahan sayur lodeh, Jumiarsih berinovasi menjadikannya camilan gurih yang semakin diminati wisatawan. "Ya, betul. Biasanya pakis diolah menjadi lodeh, tapi saya mencoba membuatnya menjadi keripik," ujar Jumiarsih kepada detikJabar dalam acara pangan murah, Kamis (20/3/2025).

Daun pakis yang digunakan adalah jenis pakis paku yang tumbuh subur di area perbukitan dan hutan Pangandaran, terutama di daerah Desa Selasari, Kecamatan Parigi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumiarsih menjelaskan tentang cara membuat keripik pakis dengan mempertahankan gizinya. Ada empat tahapan dalam pembuatan keripik pakis. Pertama, daun pakis dipisahkan dari tangkainya, hanya bagian daunnya yang digunakan. Kedua, daun dicuci bersih lalu direbus selama 1-5 menit agar tidak terlalu lembek. Kemudian, pakis dicampur dengan adonan tepung berbumbu. Dan keempat, proses terakhir adalah menggoreng hingga renyah, lalu menggunakan spinner untuk mengurangi minyak berlebih.

"Spinner ini penting supaya keripik tidak terlalu berminyak," kata Jumiarsih.

ADVERTISEMENT

Keripik pakis Restu ini kini tersedia di berbagai pusat oleh-oleh di Pangandaran, seperti Owen (Jl. Babakan No. 65), Atlantik, dan Lesehan Beti Tanjung di Banjar. Harganya berkisar antara Rp15.000 hingga Rp25.000. Produk ini juga bisa dipesan secara online melalui Facebook dan marketplace.

Dari Iseng hingga Sukses Menjadi Oleh-oleh Khas

Jumiarsih awalnya hanya membuat keripik pakis untuk konsumsi pribadi. Namun, pada tahun 2016, ia mulai mencoba memasarkannya setelah mendapat respons positif dari keluarga. Melihat potensi besar, ia bergabung dengan Baraya UMKM Pangandaran, yang membawanya ke berbagai pameran kuliner lokal. Dinas terkait pun akhirnya memasukkan keripik pakis buatannya dalam daftar oleh-oleh khas Pangandaran.

"Setelah dikenalkan melalui pameran, banyak toko oleh-oleh yang tertarik. Sekarang, selain di Pangandaran, produk saya juga tersedia di Bandung dan Bali," jelasnya.

Selain keripik pakis, Jumiarsih juga memproduksi jus honje dan sambal kecombrang, dua produk lain yang kini semakin populer di Pangandaran.

Jumarsih saat berjualan keripik pakis di kegiatan pangan murah di Pangandaran.Jumarsih saat berjualan keripik pakis di kegiatan pangan murah di Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadiilah

Perjuangan dan Ketegaran Seorang Ibu

Kesuksesan yang diraih Jumiarsih tidak didapat dengan mudah. Setelah kehilangan suaminya beberapa tahun lalu, ia harus berjuang sendiri untuk menghidupi keluarganya.

"Sebelumnya, saya hanya ibu rumah tangga dan membantu usaha suami. Tapi setelah suami meninggal, saya harus mencari cara untuk bertahan," ungkapnya.

Kini, dari bisnisnya, Jumiarsih mampu menjual 2.000 bungkus keripik pakis dan 1.000 botol jus honje setiap bulan. Omzetnya pun mencapai Rp20-30 juta per bulan, cukup untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

"Alhamdulillah, hasil usaha ini cukup untuk menyekolahkan anak saya yang masih kuliah dan sekolah," katanya dengan bangga.

Dibantu Pinjaman KUR BRI untuk Berkembang

Perjalanan bisnis Jumiarsih juga didukung oleh program pinjaman KUR BRI. Pada tahun 2017, ia mendapat pinjaman sebesar Rp 50 juta yang digunakannya untuk produksi dan branding. Namun, pandemi COVID-19 sempat menghambat pembayaran cicilan.

"Tahun 2020 sempat macet karena pandemi, tapi setelah kondisi membaik, saya lanjut bayar hingga lunas," ungkapnya.

Kini, dengan perjuangan dan keteguhannya, Jumiarsih berhasil menjadikan keripik pakis sebagai oleh-oleh khas Pangandaran yang semakin dikenal luas.

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan tahun 2024, total kredit yang disalurkan BRI mencapai Rp1.354,64 triliun. Dari jumlah tersebut, 81,97% atau sekitar Rp1.110,37 triliun dialokasikan khusus untuk sektor UMKM.

Dukungan ini diwujudkan melalui sinergi dalam Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Sejak dibentuk, Holding UMi telah memberikan layanan keuangan dan pemberdayaan kepada 35,9 juta nasabah. Layanan ini diperkuat dengan 1.032 Sentra Layanan Ultra Mikro (SENYUM) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, memastikan akses keuangan lebih luas bagi pelaku usaha mikro.

"BRI tidak hanya memberikan akses permodalan, tetapi juga membangun ekosistem pemberdayaan UMKM yang berkelanjutan. Berbagai program telah dihadirkan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM," kata Sadmiadi.

Adapun program yang diproyeksikan untuk pembinaan UMKM diantaranya, Rumah BUMN BRI di 54 titik di seluruh Indonesia, Desa BRILian untuk pengembangan ekonomi berbasis desa, klaster Usaha guna memperkuat sektor-sektor industri unggulan, Platform Link UMKM sebagai marketplace digital bagi pelaku UMKM, BRIncubator, program akselerasi bisnis UMKM, Pengusaha Muda BRilian, program yang mendorong wirausaha muda dan BRI UMKM Export, inisiatif untuk membawa UMKM ke pasar global.

(sud/sud)


Hide Ads