Hanya Ada 3 di Indonesia, Ini Potret Reaktor Nuklir di Poltek Nuklir Jogja

Hanya Ada 3 di Indonesia, Ini Potret Reaktor Nuklir di Poltek Nuklir Jogja

Adji G Rinepta - detikJogja
Rabu, 10 Sep 2025 18:19 WIB
Reaktor Kartini yang terletak di Poltek Nuklir Indonesia, Depok, Sleman
Reaktor Kartini yang terletak di Poltek Nuklir Indonesia, Depok, Sleman. Foto: Dok Poltek Nuklir Indonesia.
Jogja -

Indonesia memiliki tiga reaktor nuklir yang salah satunya berada di Jogja, namanya Reaktor Kartini. Saat ini Reaktor Kartini menjadi sarana pendidikan dan penelitian. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 2032 mendatang.

Dilansir laman Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN), Reaktor Nuklir Kartini diresmikan pada 1 Maret 1979. Reaktor ini berada di lingkungan kampus Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) di Depok, Sleman, DIY.

Nama Kartini berasal dari akronim Karya Teknisi Indonesia. Reaktor ini berjenis TRIGA atau Training, Research, Isotop Production, General Atomic dan hanya berkapasitas 100 kWh. Fungsi utamanya memang sebagai fasilitas training dan research.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indonesia sudah memiliki tiga reaktor nuklir, ada di Bandung, ada di sini, dan ada di Serpong. Tinggal nanti bagaimana untuk memperbesar volumenya, jumlahnya, dan sebagainya," Deputi Sumber Daya Manusia dan Iptek (SDMI) BRIN, Edy Giri Rachman Putra dalam jumpa pers di Jogja, Rabu (10/9/2025).

ADVERTISEMENT

Reaktor Kartini yang terletak di Poltek Nuklir Indonesia, Depok, SlemanReaktor Kartini yang terletak di Poltek Nuklir Indonesia, Depok, Sleman Foto: Dok Poltek Nuklir Indonesia

Karena fungsinya itu, reaktor nuklir Kartini menjadi sarana belajar di Poltek Nuklir, perguruan tinggi vokasi di bawah BRIN. Poltek Nuklir menjadi satu-satunya perguruan tinggi vokasi di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan serta pengabdian masyarakat pada bidang ketenaganukliran.

Kata Edy, hal ini sejalan dengan program pemerintah yang akan membangun PLTN 2032 mendatang. Poltek Nuklir menjadi sarana mengembangkan sumber daya manusia (SDM) guna menyiapkan rencana PLTN itu.

"Kita semua sudah tahu, pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan bahwa kita mau tidak mau menyiapkan diri untuk pemanfaatan tenaga nuklir untuk energi, paling tidak tahun 2032 ada PLTN di Indonesia," ungkap Edy.

"Di Poltek Nuklir kita fokus pada Nuklir Teknologinya, orang-orang yang memiliki kompetensi skill dalam mengoperasikan, memelihara, merawat sebuah fasilitas nuklir," sambungnya.

Direktur Poltek Nuklir BRIN, Zainal Arief, menjelaskan guna memenuhi tuntutan itu Poltek Nuklir memfasilitasi mahasiswa dengan tiga program studi. Elektronika Instrumentasi, Elektromekanik, dan Teknokimia Nuklir.

"Kita fokuskan lagi ke 6 peminatan yang mendukung terhadap kebutuhan SDM terutama pembangunan PLTN di 2032," papar Zainal.

Enam peminatan itu antara lain prodi Elektronika Instrumentasi peminatannya ada teknologi akselerator dan radiasi serta teknologi instrumentasi medik nuklir. Prodi Elektromekanik peminatannya pada teknologi pembangkit energi nuklir dan teknologi analisis nuklir serta radiasi.

Kemudian Prodi Teknokimia Nuklir dengan fokus peminatan pada teknologi radioisotop dan radiofarmaka, juga teknologi proses bahan bakar nuklir.

"Enam peminatan ini akan mendukung terhadap program pemerintah, baik itu pemanfaatan nuklir untuk energi atau pemanfaatan teknologi nuklir untuk industri, pertanian, atau medik," jelasnya.

Pada wisuda tahun akademik 2024/2025, Poltek Nuklir mengukuhkan 74 wisudawan dari tiga Prodi itu. 28 orang dari Prodi Teknokimia Nuklir, 21 orang dari Prodi Elektronika Instrumentasi, dan 25 orang dari prodi Elektro Mekanika. Dari 74 wisudawan ini, 65 orang lulus dengan predikat cumlaude.

"Terkait serapan lulusan, ada 95% lulusan kita sudah terserap. Mungkin 100% dari 95% lulusan itu semuanya kaitannya dengan nuklir tapi mereka bisa memanfaatkan teknologi nuklir misalnya di bidang industri, rumah sakit, atau instansi pemerintah," ungkap Zainal.

Seperti Edelweisa Aulia Syahrani, lulusan predikat cumlaude dengan IPK 3,93 dari prodi Elektromekanikal Poltek Nuklir. Ia akan mengikuti jejak kakaknya yang bekerja dalam bidang industri nikel.

"Elektro mekanikal itu seperti gabungan teknik elektro dan teknik mesin. Kalau kenuklirannya kita belajar sistem proteksi radiasi, kita dibekali sertifikasi PPR, petugas proteksi radiasi," ungkapnya.

"Kemarin ikut seleksi bersama dari kampus itu ke PT IWIB di Halmahera Maluku Utara di bidang nikel. Kebetulan kakak saya baru lulus tahun kemarin, sekarang juga di industri nikel juga," pungkas Aulia.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads