35 Contoh Puisi Berbagai Tema yang Singkat, Kalimat Indah Penuh Makna

35 Contoh Puisi Berbagai Tema yang Singkat, Kalimat Indah Penuh Makna

Anindya Milagsita - detikJogja
Kamis, 16 Jan 2025 15:25 WIB
Contoh Puisi Berbagai Tema yang Singkat
Contoh puisi berbagai tema yang singkat. (Foto: Freepik/freepik)
Jogja -

Puisi dikenal sebagai kumpulan kalimat indah yang biasanya digunakan oleh seseorang atau penyair untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Sebagai bahan bacaan, berikut akan disampaikan 35 contoh puisi berbagai tema yang singkat dan penuh makna.

Menurut KBBI, puisi adalah salah satu dari ragam sastra yang memiliki ciri kebahasaan khusus. Bahasa di dalam puisi biasanya terikat oleh rima, irama, matra, hingga tersusun dalam larik dan juga bait. Secara umum puisi juga kerap disebut sebagai sajak yang tidak jarang berisikan pengalaman hidup seseorang hingga mampu memberikan kesan mendalam kepada para pembaca.

Puisi juga menjadi salah satu ragam sastra yang digemari oleh berbagai kalangan. Terlebih kalimat indah yang terdapat di dalamnya kerap membuat seseorang terpesona hingga merasa bahagia setelah membacanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, bagi detikers yang tengah mencari referensi kumpulan contoh puisi dari berbagai tema, detikJogja telah merangkum beberapa pilihannya. Simak kumpulan contoh puisi berbagai tema yang singkat dan penuh makna melalui artikel ini, ya.

35 Contoh Puisi Berbagai Tema yang Singkat dan Penuh Makna

Dikutip dari buku '60 Puisi Indonesia Terbaik, 2009' yang disusun oleh Joko Pinurbo, dkk., 'Menjawab Waktu - Antologi Puisi' karya Etta Adil, 'Antologi Puisi: Sekat' karya Nanda A.S, 'Antologi Puisi Pondasi Abu-Abu' karya Rika Kartika, dkk., 'Antologi Puisi Anak' karya Coretan RA, hingga 'Antologi Puisi: Pergi ke Alaska' yang disusun oleh 65 Penyair "Ruang Hampa", berikut 35 contoh puisi berbagai tema yang singkat dan penuh makna.

ADVERTISEMENT

Contoh Puisi #1: Di Ruang Ini

Di ruang ini lelaki itu pernah duduk
Mungkin pernah ditulisnya surat sepucuk
Pada sebuah petang yang agak tak biasa
Mungkin ada disebutnya juga namamu
Tanpa setahumu, pada ujung paragraf
Dibisikkannya yang urung tertulis
Yang lantas dijemput angin yang lewat
Yang sehabis menyapa jendela
Membawanya pada kemungkinan lain
Pada alamat lain yang tak pernah
Dipikirkan lelaki itu sebelumnya
Lelaki itu mungkin saja aku adanya
Barangkali saja kaulah lelaki itu
Di ruang ini kau duduk suatu kali
Takzim kautuliskan surat sepucuk
Pada sebuah pateng sedikit suram
Kau sebut namaku berulang kali tapi
Pada ujung baris itu entah kenapa
Kau ragu-ragu dan batal kautuliskan
Jejak gerimis yang sampai di halaman
Padahal begitu lama sudah aku bersabar
Di ruang ini duduk menantikan
Rahasia hujan genap tersampaikan

(Ook Nugroho)

Contoh Puisi #2: Bisakah Kembali

Aku letih, ibu
Sungguh aku sudah sangat letih
Menapak kehidupan, mencari penghidupan
Tertatih-tatih merintih dalam pengembaraan
Terseok-seok meratap dalam perjalanan
Aku menangis di pinggir jalan

Aku letih, ibu
Di negeri rantau, aku sendiri
Hanya berteman panas Matahari dan debu jalanan
Kaki tak tentu arah melangkah, tak tahu harus kemana
Pakaian yang tersisa hanya di badan dan aku tak tahu sampai kapan harus terpakai
Bisakah aku punya waktu untuk kembali

Aku letih, itu
Kuingin hanya bersamamu, dalam peluk kasihmu
Kuingin hanya bertemanmu, dalam canda tawamu
Bilakah kembali ibu jika disini aku tersiksa dalam kejahilan
Bilakah aku mendekapmu ibu jika disini aku terpenjara dalam derita
Bilakah kembali?

(Etta Adil)

Contoh Puisi #3: Lintani Kecemasan

Tuhan muncul dan lenyap
seperti merayap dalam gelap
dan tiba-tiba kau merasa
malam menjadi lebih pekat
di balkon ini, kota karam dalam pengap
dan kau pun mengeluh
kenapa udara seperti bau mesiu?
ah, mestinya kulupakan kesedihan ini,
juga doa-doa yang tak juga sunyi
seperti Tuhan
dan rasa dingin
baiknya kita bercerita tentang vampire
atau makhluk apa pun yang lebih ganjil
yang mengancam imajimu
atau bayangkan kita di sebuah rawa
yang mengancam imajimu
atau bayangkan kita di sebuah rawa
yang terkepung para zombie
di mana mungkin kecemasan akan beharakiri
tapi malam semakin pekat,
paru-parumu semakin pengap
dan Tuhan terus saja muncul dan lenyap
seperti ular, seperti ular, ia terus merayap
di balkon ini, kita bagaikan orang dungu
yang menunggu waktu pecah di batu
sedangkan dingin tak juga berlalu
atau membeku
karena itu, berangkatlah!
kata perempuan itu
sebelum cuaca rusuh mengulitimu!

(Sunlie Thomas Alexander)

Contoh Puisi #4: Penghianat

Masihkah kau pungkiri
Dalam gelap temaram penuh nafsu
Pada nafas yang beradu
Di malam bergairah
Kau bersekongkol dengan iblis

Kau pengkhianat di malam pengantin
Tak perlu membunuhmu
Karena itu hanya akan membuatku
Abadi dalam neraka, bersamamu

(Etta Adil)

Contoh Puisi #5: Di Mata Bunga

dalam mimpiku
gus mus bersorban ungu

timur tidur
mendaur umur
di tidur timur
tiada yang pejam atau mendengkur

hening sunyi tak terkata
namun tiada kosong terpeta
kerna kangen dan cinta
mengembuni nafas tidurnya

tiap ketika timur tidur
ombak, angin, dan bintang-bintang berbaur
senyum, bisik, dan peluk cium bertabur
beri nyala segala suar dan saur

gema menggempita tak terkira
berjalin pilin saling menyatakan cinta
kerna yang paling dibutuhkan dunia
memang sedang hanya cinta

ungu bersemu merah dadu

(Timur Sinar Suprabana)

Contoh Puisi #6

Tak boleh ada penyesalan di antara gelapnya malam, Tak boleh ada air mata ketika sang Surya telah menyembunyikan sinarnya
Dan tak boleh ada jeritan di tengah kesunyian yang mulai menggelap Mengikuti awan yang telah berubah.
Tak apa jika dunia tak memperdulikanmu Ketika kesedihanmu sudah memuncak setinggi gunung kerinci,
Tak apa jika jeritanmu tak lagi orang lain dengar Karena yang keluar dari jeritanmu hanya menggambarkan sebuah kesedihan belaka.
Hilangkanlah semua kesedihanmu setidaknya ukirlah senyuman indah di pipi manismu itu,
Hingga bumi tak lagi bergemuruh ketika malam mulai menyembunyikan sinarnya,
Langit tak menyembunyikan sang rembulan untuk kesekian kalinya,
Awan tak lagi menggelap karena kehilangan sebuah senyuman yang selalu kau sembunyikan. Dan bahkan dunia tak lagi mengamuk
Karena telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya untuk selamanya

(Nanda A.S)

Contoh Puisi #7: Kuliah Lagi, Lagi Kuliah!

Aku berjalan tertatih-tatih
Menyeberangi samudera ilmu
Tanpa ada lagi batasan spesialisasi
Satu bidang ilmu tak lagi menjadi konsentrasi
Karena, aku sudah lama kehilangan fokus

Universitas kehidupan, tempatku kuliah
Di setiap sudut kehidupanku, dimanapun berada
Kau bisa menemukan tempatku kuliah
Dan bagi dirimu yang ingin menambahkan segunung pengetahuan buatku
Datanglah kapan saja atau biar aku saja yang mendatangimu
Kuliah lagi, lagi kuliah
Sepanjang hayat dikandung badan

(Etta Adil)

Contoh Puisi #8: Penyesalan

Senja yang telah menampakkan sinar jingganya,
Sang Surya yang perlahan bersembunyi di balik bumi, hamparan awan putih yang perlahan berubah menjadi berwarna jingga

Bak kumpulan kapas yang terlarut dalam sebuah perasa.
Kicauan burung yang terdengar di antara banyaknya suara dari semilir angin
Mampu menambahkan rasa-rasa nyaman laksana dalam sebuah pelukan.
Ku tambah kan kalimat metafora di setiap ketikanku Semata-mata hanya untuk menambah kebingungan di dalam otak dan hati yang telah lama
Tak tersentuh oleh cinta lagi
beberapa orang bahkan mulai berpikiran
"aku takan melanjutkan membaca untaian kata tak jelas ini"
bukan karena tak mau atau pun tak mampu
tetapi karena otak dan hati yang selalu merindu dan selalu menuntut untuk selalu bertemu.

(Nanda A.S)

Contoh Puisi #9: Semangat

Tak ada yang abadi di dunia ini
Kecuali perubahan
Karena itu, berubahlah
Buang malasmu
Nyalakan api di tungku hatimu
Hangatkan kehidupan

Berlarilah
Tak ada sukses tanpa kerja keras
Kobarkan semangatmu
Kejarlah cita-citamu
Gapailah bintang di langit sana
Man jadda wajada!

(Etta Adil)

Contoh Puisi #10: Rumah Tua Punya Cerita

Tampak di lorong sudut kota
Isak tangis bocah kecil
Telah kehilangan gubuk reyot
Tampak di lorong sudut kota
Terdengar tuan-tuan sentosa
Mencerca, menepik hingga mencekik Bocah-bocah tak berdosa
Tampak pula terdengar Jeritan perempuan tua
Sambil Meronta -ronta
Sambil Meraung-raung
Menilik bangunan tua
Rata dengan tanah
Tampak di lorong sudut kota
Aku bercerita...

(Rika Kartika)

Contoh Puisi #11: Ketika Tak Lagi Muda

Sayang, malam ini aku hanya bisa menyapa bayangmu
Sosokmu tak lagi misteri, namun aku tetap tak berani menatap fisik indahmu
Sosokmu tak lagi asing, namun aku tetap tak kuat merengkuh tubuhmu
Hanya bayangmu yang sanggup kuajak bicara.
Sayang, lihatlah diriku kini. Tak lagi muda dan tak lagi kuat
Ototku sudah kaku dan sudah tersiksa jika harus lompat jauh
Kehebatanku di lapangan olahraga sudah hilang,
Pandanganku sudah rabun jika harus memasukkan bola ke keranjang basket
Bahkan aku sudah sering salah memakai sepatu.

Sayang, walau aku hanya sanggup bercumbu dengan bayangmu
Dirimu tetap inspirasiku, yang selalu bisa menggelorakan semangatku meraba duniamu.

(Etta Adil)

Contoh Puisi #12: Bertemankan Sepi

Telah berteman baik dengan sepi
Akibat dilahap kekecewaan
Tak tau harus dimana meletak harap
Tersesat dalam keputusasaan
Sebegitu hebat luka ini
Hingga tenggelam dalam tangis yang menyesakkan

Benar memang
Tak ada yang tahu
Apa yang akan terjadi
Semua orang punya rencana
Tak semua bisa dianalogikan
Karena ada sebab
Bukan alasan yang tak punya landasan

(Dwi Kurniati)

Contoh Puisi #13: Lelah

Sebelum cahaya itu redup
Sebelum sinarnya sang sinar mentari
Dan sebelum bumi menjadi gelap gulita
Ku santunkan sejuta asa yang telah lama
Terbelenggu
Dan terbungkus rapi dalam lubuk hati ini
Aku letih dengan caramu mencintaiku
Aku letih dengan segala pertanyaanmu
Aku letih dengan sejuta egomu
Aku letih...
Dan sangat letih
Kumohon agar mengertilah pada kehidupanku
Hargailah atas semua sikap dan sifatku
Dan lepaskanlah belenggu
Yang kau ikatkan padaku

(Evi Tri Damayanti)

Contoh Puisi #14: Setengah Sengsara

Huhuhu
Itulah menangis
Sungguh muskil
Lamunan angan ataukah prakiraan?

Ataukah mungkin kelesuan pikiran?
Tidak, ini hanya ilustrasi kepedihan
Biarkah jika tidak merembet manusia
Pilu dalam kalbu

Malas bergeming enggan bicara
Tak usah dikira maupun diterka
Biarkan sajalah
Hidup sengsara dalam angan yang berkelanjutan

(Eka Saputra)

Contoh Puisi #15: Pudar

Senja tiba dengan rona bayanganmu
Yang memenuhi semesta,
Sejauh mata berkaca,
Wajahmu seperti lampu cahaya
Yang memenuhi segala

Selalu ada yang melintas di kepala
Entah itu syairmu atau wajahmu
Yang hanya bisa kureka

Namun itu hanya khayalan saja
Sekarang kehilangan sering kali
Tanpa diharapkan

Bagian kehidupan yang terkadang
Melahirkan kedukaan

Namun...
Bayanganmu kini semakin hilang
Dalam benakku
Karena cinta yang diharapkan
Tak lagi seperti muara

(Enggy Vistia Effendi)

Contoh Puisi #16: Syahdu yang Fana

Hembusan angan yang kelabu
Menjadi abu karena debu
Begitu belagu walau kadang pilu
Pelangi itu masih menunggu

Walau hari itu menggebu-gebu
Namun hidup masih terbelenggu
Panas yang dingin kian membeku
Kalau merasuk ke tubuh

Terasa ngilu walau syahdu
Keselarasan baik nada dan kata
Menjadi frasa walau nyata
Tanda yang masih bertanya

Kini berubah menjadi rasa
Jiwa semakin menggelora
Naluri yang membara
Terbawa oleh aliran cinta

(M. Faisal Kansal)

Contoh Puisi #17: Aku

Namaku...
Ayah dan ibu yang memberi
Aku...
Gadis kecil di Negeri Pertiwi
Citaku...
Sederhana namun berjuta mimpi
Hidupku...
Keluarga cemara yang kucintai

(Rara)

Contoh Puisi #18: Keragaman Negeriku

Terhampar ribuan pulau,
Menyatu-padu menjadi satu negeri
Indonesiaku tercinta...
Keragaman elok mempesona

Indonesiaku
Tanahku berpijak
Di mana kumengenal beribu bahasa
Bermacam adat istiadat

Tarian Tanggai dari Pulau Sumatera
Tari Jaipong dari Pulau Jawa
Tari Mandau dari Kalimantan
Tari Bosara dari Sulawesi

Lestarikan dan jagalah budaya Indonesia
Demi keamanan dan kesejahteraan Bumi Pertiwi
Aku bangga menjadi Anak Indonesia
Selalu sehat negeriku

(Annisa)

Contoh Puisi #19: Panutanku

Wahai guruku,
Engkau orang yang mendidik dan membimbingku
Banyak ilmu yang kau beri untukku
Engkau panutanku

Guruku
Walau ada rasa lelah di hatimu
Kau tak pernah mengeluh
Hatimu begitu ikhlas
Walau diriku kadang tak menjadi yang kau harapkan

Kau sujana
Perangaimu bijaksana
Kau pelita
Mendorong dan memberikanku tombak kebenaran

(Annisa)

Contoh Puisi #20: Bukannya Apa

Aku tidak pernah khawatir nanti
Kembalimu membawa apa
Aku juga tidak peduli kau mau
menghabiskan rintik dengan siapa
Hanya sedikit tidak percaya diri
Karena saat kau tak ada
rindu ada

(Achmad Naufal L.)

Contoh Puisi #21: Tegak Kayu

Sekokoh itu kah badanmu sehingga kau dikagumi?
Seberharga itu kah badanmu sehingga kau dihormati?
Kau tak bersuara dan kau tak hidup
Lalu apa
Tak boleh duduk di muka mu

(Aprilia Mulyaningsih)

Contoh Puisi #22: Malamku yang Indah

Senja mulai pergi
Malamku tiba
Rembulan menampakkan diri
Kutatap dirimu bersinar terang

Udara begitu segar
Kupeluk malamku ini
Kan kukenang
Sebuah kisah indah di bulan purnama

Oh asyiknya
Mendengar musik di malam ini
Bernyanyi riang
Alunan musik berdendang meneduhkan hati

(Siti)

Contoh Puisi #23: Teman Sejati

Teman sejati...
Kau orang yang terbaik
Kau sahabat sejati
Kau yang memperjuangkan kepedulian
Di kala yang lain meninggalkan

Sahabat,
Kita melewati rintangan bersama
Dan kaulah yang membuatku bahagia
Di saat suasana yang menyedihkan

Sahabat,
Ia yang memberi cinta
Ia yang terbaik
Pertahankan persahabatan ini

(Annisa)

Contoh Puisi #24: Menanti Imaji

Suara itu masih teringat
Rintihan yang perlahan menghilang
Layaknya senja mengalami kebutaan
Takkan ada penjelasan

Untuk sebuah keraguan
Noda-noda yang transparan
Menyelimuti kenyataan abstrak
Puing-puing harapan akan sirna

Akibat kedatangan merana
Getaran-getaran memanggilnya
Kehangatan lenyap ditindas oleh kedinginan
Pikiran ini masih melata

Jalur pun terkontra akibat strata
Tapak-tapak mulai kotor
Akibat diktator yang kian menyetor
Bagian-bagian terperinci

Hangatnya bagaikan mentari
Indahnya ilusi yang tak bertepi
Wahai kau sang tak berpondasi

(M. Faisal Kansal)

Contoh Puisi #25: Keheningan Malam

Pendar cahaya perlahan menghilang
Jatuh aku dalam kegelapan
Kau yang kuharapkan datang
Untuk menghias keheningan malam

Namun harapan tak
Menjadi kenyataan
Membuatku semakin pilu
Aku tak mengerti
Apa artinya rindu

Kini kujalani hari
Dengan sendirinya
Keheningan malam setidaknya
Mampu membuatku
Untuk mengatasi rindu
Yang berkecamuk

(Enggy Vistia Effendi)

Contoh Puisi #26: Kalang Kabut

Setelah kukirim buih-buih perpisahan
Benakku ingin rasanya kembali ke alam pembagian
Mencabut keputusan yang kulemparkan
Dan mengganti takdir yang kupangku

Namun langkah kusudah terlalu maju
Hingga enggan untuk berpantang
Sesekali bisikan biarlah bergelimang dalam penyesalan
Daripada berhenti menjadi seorang kesatria

Pengorbanan sudah hangus terbakar
Kekhawatiran selalu menyelubungi pikiran
Penyesalan selangkah menghampiri
Pasrah dalam angan adalah pilihan

Akankah berlari ke jurang?
Atau bersembunyi di kandang harimau?
Sama dengan naik ke bawah dan turun ke atas
Mengejar enggan dikejar diam

(Eka Saputra)

Contoh Puisi #27: Judul Miring

Matahari terbenam senja berlari
Jeritan kemenangan hampir tercium
Jikalau tidak bidikannya meleset
Namun rintihan kembali menggema

Orang awam tetap di tempat
Pemilik peraturan semakin terbahak-bahak
Selalu mencetuskan kesewenang-wenangan
Yang sewajarnya di mustahilkan

Aku tidak melihat alasan
Kenapa harus diam tertekan dan termangu?
Aku ingin secara wajar kita bertukar pikiran
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju

(Eka Saputra)

Contoh Puisi #28: Abu-abu

Pena seperempat senja
Segurat tanya pada matanya
Tulis apa?
Apa saja
Asal kau suka
Walau yang lain kurang suka
Terlebih bila juga suka
Asal jangan kau gores luka
Luka apa saja
Sebab tak ada obatnya
Pahamilah dunia
Ada banyak coretan cerita di dalamnya
Bukan hanya tentang tawa
Tapi juga tentang derita
Tulislah apa saja
Asal jangan kau gores luka
Sebab tak ada obatnya

(Evi Tri Damayanti)

Contoh Puisi #29: Pernah Usai

Langit di kaca jendela
Tersapa awan hitam
Menghadirkan butiran air
Kemana perginya?
Berjalan ke tempat terendah
Membawa mimpi dan harap yang berhasil diporak-porandakan

Kini
Biarlah kembali dibangun
Sebuah mimpi dan harap yang pernah usai

(Dwi Kurniati)

Contoh Puisi #30: Penantian

di dalam lamunan
tanpa ada satu pun senyuman
kenangan yang kembali mengambang
ketika hati telah berhenti mengenang
Dengan tatapan kosong
Aroma khas tubuhmu
Masih melekat erat di pundakku
Aku tak sepenuhnya melupakanmu
Terpaksa terpisah
Meskipun untuk waktu yang cukup lama
Agar sakit yang ada
Dapat pulih seperti biasa
Agar kelak bisa
Melanjutkan cerita
Yang terputus
Untuk kesekian kalinya.

(Nanda A.S)

Contoh Puisi #31: Keluhku

Kukira semua orang akan berpendapat sama denganku
Bahwa orang tertentu harus dihargai jasanya
Dibanding begitu banyak orang yang belum menunjukkan pengabdian

Dibanding yang lain, aku sudah menua
Namun semangatku masih muda, melebihi semangat anak muda
Paling tidak itu kulakukan
Demi menjadi abdi negara dan abdi masyarakat

Ternyata Memang banyak yang keliru terpahami
Tak ada yang gratis di dunia ini
Semua harus dihitung harganya
Karya intelektual berupa buku dan artikel penting dari abdi tulus tak terhitung
Sekian tahun, daerah ini terpublikasi dari pemikiran yang tersebar
Atas semua jerih payah itu, dianggap cukup dihargai dengan status honor daerah
Media mengingatkannya, namun pengambil kebijakan menafikannya

Ah, aku memang harus pergi, karena kusadar tempatku bukan disitu!

(Etta Adil)

Contoh Puisi #32: Wanita Rapuh

Wanita yang hatinya tengah rapuh memilih berdiri Entah apa yang tengah ia tunggu?
Yang ku tahu ia terus menunggu tanpa memikirkan siapa saja yang berlalu
la terus menunggu
Seperti bumi yang menunggu hujan
Ia terus menunggu
Layaknya senja yang merindukan malam
la terus menunggu dengan setia
Layaknya merpati yang merindukan pasangannya yang
tak kunjung datang
Wanita yang parasnya bak bidadari
Menunggu tanpa takut meskipun dia hanya sendiri Menunggu....
la yang mampu menemaninya dalam suka maupun duka Menunggu....
Ia yang kehadiran bukan hanya karena rasa ingin tahunya saja
Namun, ia yang datang dan menetap tanpa
meninggalkan satupun lara
Wanita berhati rapuh
yang kau harapkan datang
Kuharap senyummu tak pernah menghilang hingga ia

(Nanda A.S)

Contoh Puisi #33: Mimpi Negeri Hitam

Pada langit merah membenci awan
Pada laut hitam membunuh ikan
Pada tanah warisan yang kering kerontang
Pada gunung amarah yang mengeluarkan lava
Tak ada lagi kehidupan karena semua telah mati dalam kelam
Pikiran gelap telah menguasai penduduk negeri
Hati kita telah lama menjadi hitam dan agama telah lama kita buang
Garis hitam demarkasi telah lama kita tancapkan dan kita tak lagi saling kenal satu sama lain
Gerombolan tikus hitam menguasai kantor negara dan kita hanya tahu mencari kambing hitam
Dimanakah lagi kita harus lari dan mencari harap
Dalam tanya, sayup-sayup terdengar adzan subuh berkumandang
Astaghfirullah, ternyata aku mimpi
"Tuhan, semoga negeri hitam ini hanya ada dalam mimpi"

(Etta Adil)

Contoh Puisi #34: Dewi Kegelapan

Dingin? keras? membatu? tak berperasaan?
Hati yang dulu sempat selembut gula kapas telah mengeras sekeras karang di lautan
Hati yang dulu selalu menarik perhatian kini telah tertutup dengan rapat kembali
Hati yang dulu selalu merindu kini tak lagi mendapatkan temu
Kepergian orang yang ia sayang kembali menjadi pukulan telak bagi hatinya
Sosok Dewi yang dulu disanjung telah berubah menjadi Dewi kegelapan tak berperasaan Sepi...
Dingin...
Penyesalan...
Semua rasa yang dulu tak pernah mengganggunya
Kini hadir bak serbuan bencana
Sang Dewi kegelapan
Dengan berjuta penyesalan, Telah membuat jalannya sendiri

(Nanda A.S)

Contoh Puisi #35: Indah Yang Sempurna

Dijadikan indah pandanganku ketika mengenal cinta
Keningmu, matamu, hidungmu, bibirmu, parasmu, tubuhmu, perhatianmu
Semuanya terlihat indah dan terasa sempurna
Indah yang sempurna
Sempurna yang indah
Semakin hari begitu indah, kulalui sempurna bersamamu
Sampai waktu itu tiba
Semakin sempurna cinta itu
Saat indah itu tenggelam dalam buaian cinta

Bilakah indah itu tetap sempurna?

(Etta Adil)

Nah, itulah tadi rangkuman 35 contoh puisi berbagai tema yang singkat dan penuh makna yang dapat dijadikan sebagai referensi bacaan bagi detikers. Selamat menghayati puisi-puisi tadi, ya.




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads