Apa Itu Puisi? Ini Pengertian, Fungsi, Jenis, Struktur, Unsur-Contohnya

Apa Itu Puisi? Ini Pengertian, Fungsi, Jenis, Struktur, Unsur-Contohnya

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Senin, 20 Nov 2023 09:36 WIB
Hari Puisi Sedunia 2023 diperingati pada 21 Maret. Tujuan peringatannya adalah merayakan bentuk ekspresi, identitas budaya, dan bahasa manusia dalam bentuk karya sastra puisi.
Ilustrasi puisi dan penjelasan soal pengertian,fungsi, jenis, struktur, unsur-contohnya. (Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/ultramarinfoto)
Jogja -

Puisi menjadi salah satu bentuk tulisan yang banyak digemari karena pemilihan diksinya yang indah sehingga mampu menyalurkan emosi secara mendalam. Lantas, bagaimana cara menulis puisi yang baik? Sebelum itu, yuk pahami dulu apa itu puisi.

Puisi tidak hanya berisi rangkaian kata saja, melainkan juga mewakili perasaan manusia. Puisi menghadirkan keindahan dalam setiap baitnya dan memungkinkan untuk menyelami kesan tertentu saat membaca atau mendengarnya.

Berikut telah dirangkum seluk-beluk puisi terlengkap, mulai dari pengertian, fungsi, ciri-ciri, jenis, struktur, unsur pembangun, langkah menulis, hingga contohnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi berakar dari bahasa Yunani, yaitu poites yang artinya pembangun, pembentuk, dan pembuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Diambil dari buku Seni Mengenal Puisi yang ditulis Agnes Pitaloka, puisi juga dapat didefinisikan sebagai wadah pengekspresian diri yang mampu melukiskan ungkapan hati penulis atau penyair, di mana ini dapat berbentuk keresahan, imajinasi, kritik, pemikiran, pengalaman, kesenangan, atau nasihat.

ADVERTISEMENT

Puisi termasuk jenis karya sastra tertua dengan temuan Epos Gilgamesh di Mesopotamia yang dipercaya berasal dari kurang lebih 2100-1200 SM. Tertulis dalam sejarah bahwa puisi tersebut dikerjakan oleh lebih dari satu penulis selama 1.000 tahun.

Fungsi Puisi

Kemudian, apa fungsi utama dari puisi? Puisi sering digunakan sebagai medium untuk mengekspresikan emosi, pemikiran, dan pengalaman pribadi. Penyair menggunakan kata-kata dengan cermat untuk menyampaikan nuansa perasaan yang mungkin sulit diungkapkan melalui bahasa sehari-hari.

Menyadur buku Strategi Memahami Makna Puisi karya Kodrat Eko Putro Setiawan, puisi bahkan dianggap sebagai karya sastra yang istimewa di beberapa daerah, seperti India. Puisi dinilai seperti kitab suci yang disebut dengan parajanana atau penjaga kehidupan.

Puisi juga dapat berfungsi untuk membawa keindahan yang menggunakan elemen alam dengan menempatkan manusia sebagai subjek utama. Penting untuk dipahami bahwa puisi yang baik selalu mencerminkan kebenaran dan memperluas wawasan pembacanya.

Lebih dari itu, puisi selalu mengeksplorasi aspek manusia sebagai fokus utama budaya dengan segala permasalahan yang dihadapi. Puisi juga mampu menggambarkan rasa kegelisahan bersama yang dialami oleh suatu kelompok masyarakat.

Ciri-ciri Puisi

Melihat usianya yang sudah ada sejak lama, secara umum puisi terbagi menjadi puisi lama dan puisi baru yang masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri.

Ciri-ciri Puisi Lama

  • Nama pengarang tidak diketahui, biasanya berupa puisi rakyat.
  • Terikat oleh aturan, jumlah baris tiap bait, dan jumlah suku kata pada tiap baris.
  • Penyebaran secara lisan atau dari mulut ke mulut, juga disebut sebagai folklor.
  • Majas (gaya bahasa) yang digunakan bersifat tetap.
  • Istanasentris atau berorientasi pada kehidupan kerajaan.

Ciri-ciri Puisi Baru

  • Nama pengarang jelas.
  • Tidak terikat aturan bait, baris, suku kata, dan rima.
  • Diungkapkan secara lisan dan tertulis.
  • Majas bersifat dinamis.
  • Menggambarkan kehidupan pada umumnya.

Jenis-jenis Puisi

1. Jenis Puisi Berdasarkan Bentuk

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, puisi memiliki beberapa jenis menurut bentuk dan isinya. Puisi berdasarkan bentuknya meliputi 3 jenis, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer.

  • Puisi Lama

Puisi lama merujuk pada jenis puisi yang muncul pada periode zaman dahulu, terutama sebelum abad ke-20. Kategori ini mencakup berbagai bentuk puisi tradisional dari berbagai budaya yang meliputi berbagai struktur, gaya, dan tema. Contoh puisi lama antara lain pantun, talibun, pantun berkait (seloka), pantun kilat (karmina), gurindam, syair, dan mantra.

  • Puisi Baru

Dibandingkan puisi lama, puisi baru tidak terikat oleh aturan sehingga lebih bebas dalam hal penulisannya, baik dalam jumlah baris, suku kata, maupun rima. Beberapa jenis puisi baru adalah balada, himne (gita puja), ode, epigram, romansa, elegi, satire, distikon, terzina, kuatren, kuint, sekstet, septima, oktaf/stanza, dan soneta.

  • Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang berupaya untuk membebaskan diri dari aturan puisi konvensional. Puisi ini selalu beradaptasi dengan perubahan zaman dan tidak lagi memberikan penekanan pada elemen-elemen seperti irama, gaya bahasa, dan unsur-unsur tradisional yang ditemukan dalam puisi lama maupun baru.

Puisi jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni puisi mantra yang mengambil sifat-sifat dari mantra, puisi mbeling yang sudah tidak mengikuti ketentuan dalam puisi, dan puisi konkret yang lebih berfokus pada bentuk grafis.

2. Jenis Puisi Berdasarkan Isi

Sementara berdasarkan isinya, puisi mencakup 17 jenis antara lain puisi naratif. puisi epik, puisi lirik, puisi deskriptif, puisi fiskal, puisi platonik, puisi metafisikal, puisi subjektif, puisi objektif, puisi konkret, puisi diafan, puisi prismatis, puisi parnasian, puisi inspiratif, puisi demonstrasi, puisi pamflet, dan puisi alegori.

  • Puisi Naratif

Puisi naratif adalah bentuk puisi yang mengisahkan suatu cerita dengan memasukkan unsur-unsur seperti pelaku, perwatakan, setting, dan serangkaian peristiwa. Dalam puisi ini, kata-kata digunakan untuk menciptakan gambaran visual dari cerita atau pengalaman, dengan tokoh-tokoh yang memiliki peran khusus dan latar tempat kejadian yang memberikan konteks.

  • Puisi Epik

Puisi epik merupakan bentuk puisi yang menampilkan cerita kepahlawanan. Cerita dalam puisi epik sering kali melibatkan tokoh-tokoh utama yang melakukan perbuatan heroik atau menghadapi tantangan besar, baik itu berdasarkan legenda, kepercayaan masyarakat, atau sejarah.

Puisi epik memiliki ciri khas berupa penggunaan bahasa yang megah dan gaya penyampaian yang dramatis untuk menyoroti kebesaran dan keteguhan karakter utama.

  • Puisi Lirik

Puisi lirik merupakan wujud kreativitas sastra yang menggambarkan ungkapan batin penyairnya melalui kata-kata yang penuh dengan nuansa, emosi, dan makna mendalam. Parafrase puisi lirik dapat dilakukan dengan menginterpretasikan dan menggambarkan ulang pesan atau perasaan yang ingin disampaikan oleh penyair.

  • Puisi Deskriptif

Puisi deskriptif adalah jenis puisi yang memfokuskan perhatian pada penjelasan rinci dan gambaran yang mendalam terhadap suatu keadaan, peristiwa, benda, atau suasana. Contoh dari puisi deskriptif antara lain puisi satire, kritik sosial dan impresionistik.

  • Puisi Fisikal

Puisi fisikal adalah jenis puisi yang berfokus pada deskripsi kenyataan atau keadaan, bukan sekadar gagasan atau abstraksi. Puisi ini dapat mencakup berbagai bentuk, seperti puisi naratif, balada, impresionis, dan dramatis.

  • Puisi Platonik

Puisi platonik merupakan bentuk puisi yang mengandung unsur-unsur spiritual. Dalam kategori ini, terdapat puisi religius, didaktik, ide atau cita-cita, serta romantik.

  • Puisi Metafisikal

Selanjutnya adalah puisi metafisikal. Puisi yang satu ini bersifat filosofis dan mendorong pembaca untuk merenung tentang makna kehidupan dan keberadaan Tuhan. Puisi religius dapat dianggap sebagai puisi platonik, namun juga dapat dikategorikan sebagai puisi metafisikal.

  • Puisi Subjektif

Puisi subjektif menyampaikan ide, pemikiran, perasaan, dan suasana hati penyair. Puisi ekspresionis, sebagai contoh, dapat dimasukkan dalam kategori ini karena menggambarkan kondisi batin penyair.

  • Puisi Objektif

Puisi objektif menggambarkan realitas di luar diri penyair. Sebagian besar puisi naratif dan deskriptif dapat dikategorikan sebagai objektif, meskipun beberapa juga memiliki unsur subjektif.

  • Puisi Konkret

Puisi konkret adalah puisi yang menekankan aspek visual, di mana keindahan bentuk sangat diperhatikan dari perspektif penglihatan.

  • Puisi Diafan

Puisi diafan bersifat sederhana dan mudah dimengerti, dengan sedikit penggunaan imajinasi, kata-kata konkret, dan bahasa kiasan, seperti bahasa sehari-hari.

  • Puisi Prismatis

Puisi prismatis menunjukkan keseimbangan antara penyair dan kemampuannya dalam menciptakan elemen-elemen sastra seperti gaya bahasa, struktur puisi, pemilihan kata, dan imajinasi.

  • Puisi Parnasian

Puisi parnasian menggambarkan keindahan dan diciptakan berdasarkan pertimbangan ilmiah, bukan didorong oleh inspirasi dari dalam hati penyair.

  • Puisi Inspiratif

Sesuai namanya, puisi inspiratif terbentuk dari suasana hati penyair sehingga menarik perhatian pembaca atau pendengar.

  • Puisi Demonstrasi

Puisi demonstrasi menggambarkan perasaan bersama dari suatu kelompok, khususnya yang berkaitan dengan peristiwa demonstrasi mahasiswa dan pelajar pada tahun 1966.

  • Puisi Pamflet

Puisi pamflet menggunakan bahasa yang mengandung protes sosial dan mengekspresikan ketidakpuasan secara spontan tanpa refleksi yang terlalu mendalam.

  • Puisi Alegori

Puisi alegori berisi cerita yang menyampaikan nasihat tentang moral dan agama sehingga sering kali berbentuk dongeng perumpamaan.

Unsur Pembangun Puisi

Masih mengutip dari buku Strategi Memahami Makna Puisi, unsur pembangun puisi merujuk pada elemen-elemen dasar yang membentuk struktur dan keindahan sebuah karya puisi. Setiap puisi memiliki unsur-unsur tertentu yang digunakan penyair untuk menyampaikan pesan atau ekspresi secara efektif.

Yang pertama adalah unsur intrinsik, yaitu unsur yang berada dalam karya sastra dan memengaruhi karya sastra sebagai karya seni. Unsur intrinsik meliputi diksi, imaji, bahasa figuratif, bunyi, rima, irama, dan tema.

Yang kedua adalah unsur ekstrinsik atau elemen-elemen yang ada di luar teks puisi itu sendiri, tetapi memiliki dampak terhadap interpretasinya. Unsur ekstrinsik meliputi aspek historis, sosiologis, psikologis, filsafat, dan religius.

Struktur Puisi

Selain unsur pembangun, puisi juga memiliki struktur yang memberikan kerangka dan pola tertentu. Struktur puisi dibagi menjadi dua, yaitu struktur fisik dan struktur batin.

  • Struktur Batin

Penting untuk mengetahui struktur batin pada puisi yang terdiri atas tema atau makna, nada, rasa, dan amanat. Struktur batin memberikan gambaran mengenai keadaan jiwa penyair serta melihat kompleksitas emosi yang tercermin dalam puisi.

  • Struktur Fisik

Struktur fisik pada puisi lebih bersifat tersurat daripada tersirat karena terlihat secara kasat mata dalam tiap larik dan baitnya. Struktur fisik meliputi rima, imajinasi, gaya bahasa, diksi, dan tipografi.

Cara Menulis Puisi

Setelah mengetahui pengertian, fungsi, hingga struktur puisi, bagaimana cara menulisnya? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menulis puisi, misalnya persamaan konsonan, vokal, bunyi pada awal larik, tengah larik, dan juga akhir larik. Adapun langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut.

1. Menentukan ide

Ide dapat dianggap sebagai inti dari dunia penulisan, termasuk dalam menciptakan puisi. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu diambil dalam menulis puisi adalah mencari inspirasi mengenai ide apa yang akan diangkat.

2. Memasukkan imajinasi

Imajinasi dapat dicari dengan menggunakan pancaindra. Dengan imajinasi yang baik, maka kualitas puisi yang dihasilkan pun akan mengikuti.

3. Tema yang tepat

Sama seperti ide, tema juga merupakan hal yang penting ketika menulis puisi. Pemilihan tema yang tepat dapat memberikan kerangka kerja yang kuat untuk merangkai kata-kata.

4. Membuat judul yang menarik

Judul menjadi pintu gerbang pertama bagi pembaca yang dapat menentukan apakah mereka tertarik untuk membaca isi puisi atau tidak. Judul yang menarik dapat mencerminkan inti dari karya tersebut, menciptakan ekspektasi, atau bahkan mengejutkan pembaca.

5. Menggunakan diksi dan majas menarik

Pemilihan kata-kata yang tepat dapat memperkuat ekspresi sehingga merepresentasikan nuansa yang ingin disampaikan. Majas seperti metafora, personifikasi, atau simile juga dapat memberikan dimensi baru pada puisi dan membuatnya lebih memikat.

Contoh Puisi

Di bawah ini adalah contoh puisi yang bersumber dari buku antologi puisi yang dihimpun oleh Kemdikbud agar detikers lebih memahami tentang puisi.

Puisi #1 Rumah Pusaka oleh Indri Yuswandari

Rumah pusaka itu

Masih layak ditempati

Tata ruangnya teratur

Fajar pagi masuk

Lewat jendela-jendela

Walau tak sering dicat

Namun sejuk

Untuk bercengkerama

Jam dinding tua

Masih terawat

Cermin kristal

Di ruang keluarga

Masih bisa untuk berhias

Bila kita ke pesta

Rumah tua itu

Masih saja untuk kenduri

Bila kita punya hajat

Dari ruang ke ruang

Tampak bersinambungan

Rumah tua itu

Untuk tirah siapa saja

Lukisan jaman kolonial

Foto-foto leluhur

Tampak teratur di ruang kaca

Di ruang makan

Masih saja ada

Guci filter peninggalan

Semua masih terjaga

Tercatat di buku arsip

Rumah pusaka itu

Rumah pusaka para tetua

Leluhur ayah bunda

Puisi #2 Di Atas Dupa oleh Alifia Rifani Khoirunnisa

Semoga inilah lembah terdalam pada jalan kelanaku

Sepotong sajak yang kugantung di tepi mendung

Telah menghujam

Dan malam pun lupa menyalakan kemenyan yang padam


Oh, sungguh!

Menapak jejak-jejak mu

Ternyata tidak serenyah menumbuk batu-batu

Sementara pada puncuk-puncuk cemara

Sang surya telah membayang peraduan

Dan hamparan belantara menjadi lembaran

Yang terbakar di selangkang langit yang kekar

Dan seiring pelupuk mengeringkan perigi

Bukan gunung yang berlari, menjauh

Namun akulah

Yang lalai melepas dekapan!

Puisi #3 Di Antara Tiang yang Menjulang oleh Kahar Dp

Bawah meru menjadi panggungku

Aku beroleh peran pemegang laku

Bersama empat tiang

Mata angin empat penjuru

Pajupat, pusat kekuatan di bawah kakiku

Tepat di persimpangan jagad besar

Empat bergetar

Pancer, pusat bumi menggeliat

Air, ari, dan pusar saudara muda bertemu

Tiang menyangga guru

Guru menyangga meru

Dalam pertunjukan konstelasi


Lalu, ada suara dari pekiwan

Pengatur laku berteriak sadis

"Tegakkan punggungmu!"


Demikian serba-serbi lengkap mengenai puisi, mulai dari pengertian, fungsi, ciri, jenis, struktur, unsur pembangun, cara menulis, dan contohnya. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apl/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads