Dalam acara pengukuhan yang digelar Selasa (21/5/2024), ia menyampaikan pidato yang berjudul 'Membangun Industri Pesawat Tanpa Awak Indonesia'. Selain itu di Balairung UGM juga turut dipamerkan dua pesawat tanpa awak karya Prof Gesang.
"Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat tanpa adanya awak di dalamnya. Karena tidak memiliki awak, UAV harus dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote control dari luar kendaraan atau biasa disebut Remotely Piloted Vehicle (RPV). Selain itu, UAV juga dapat bergerak secara otomatis berdasarkan program yang sudah ditanamkan pada sistem komputernya," kata Prof Gesang dalam pidatonya.
Pada awal perkembangannya, pesawat tanpa awak banyak dimanfaatkan di bidang militer. Pesawat tanpa awak atau drone memiliki kontribusi yang signifikan di sektor militer dengan berbagai manfaat utama.
"Salah satu kegunaannya yaitu untuk pengintaian dan pemantauan, memungkinkan pasukan militer untuk memahami situasi di lapangan tanpa menempatkan personel langsung di wilayah berisiko tinggi," ujarnya.
"Selain untuk keperluan militer, pesawat tanpa awak (UAVs) memberikan sejumlah manfaat di sektor sipil, terutama dalam survei, pemetaan, dan pengembangan wilayah perkotaan," imbuhnya.
Dalam perkembangannya, Prof Gesang melakukan riset-riset untuk pengembangan pesawat tanpa awak. Penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Gadjah Mada dimulai sejak tahun 2011 dengan diawali pendirian Flying Object Research Center (FORCE).
"Pengembangan pesawat tanpa awak yang kami lakukan, dimulai dengan desain dan manufaktur pesawat tanpa awak menggunakan material hard foam dan system propulsi menggunakan motor listrik. Sejak saat itu Force sudah mampu membuat pesawat tanpa awak kecil yang dapat terbang secara autonomous," jelasnya.
Dia melanjutkan, pesawat tanpa awak (UAV) di Indonesia menjanjikan progres yang luar biasa, menggambarkan landskap yang dinamis dan penuh potensi. Dalam sektor ini, Prof Gesang menyebut terdapat lebih dari 100 perusahaan yang sebagian besar UMKM, melibatkan diri sebagai penyedia jasa, produsen, dan distributor atau reseller pesawat tanpa awak.
"Dalam konteks kebutuhan UAV di Indonesia, pengembangan drone produksi dalam negeri diharapkan dapat menjawab berbagai kebutuhan misi sipil. Mulai dari pemantauan, survei udara, hingga pemetaan, drone Indonesia diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti," jelasnya.
![]() |
Kembangkan 2 Pesawat Tanpa Awak
Saat pengukuhan guru besar itu, turut dipajang dua pesawat yang dikembangkan oleh Prof Gesang. Yakni Palapa S-1 dan Palapa S-2.
"Pesawat ini bisa dimanfaatkan untuk pemantauan kebakaran hutan, kemudian bisa digunakan mantau tanaman, bencana dan seterusnya," kata Prof Gesang.
Prof Gesang menyampaikan, cara kerja pesawat ini yakni memasukkan koordinat pesawat. Setelah take off, pesawat akan mengikuti koordinat. Selama terbang, pesawat akan mengambil foto dan video yang kemudian langsung dipancarkan ke ground control station sehingga bisa mengamati apa yang terjadi di bawah pesawat.
"Palapa S-1 ini untuk terbang selama 6 jam nonstop, kalau S-2 ini kita desain untuk terbang selama 10 jam nonstop. Jadi bedanya endurance dan berat take off," bebernya.
Dia melanjutkan, peluang industri pesawat sangat besar. Oleh karena itu, dirinya mendorong pemerintah agar bisa mendirikan industri komponen pesawat.
"Mesin ini menggunakan mesin dari Jepang, jadi di Indonesia belum ada industri engine, maka dalam pidato saya tadi, saya ingin mendorong pemerintah untuk mendirikan industri-industri komponen pesawat. Jadi kita harus berfokus pada komponen," pungkasnya. (apu/rih)
Komentar Terbanyak
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya