Upaya Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo untuk mengembangkan Kabupaten Sleman dari segi perekonomian tidak main-main. Mulai dari program Pertanian Sehat hingga mengangkat Batik Sinom Parijotho Salak khas Sleman ke pasar internasional.
Bupati Kustini telah mencanangkan program Pertanian Sehat di Kabupaten Sleman. Program ini diharapkan dapat menjadikan Sleman sebagai kabupaten lumbung pangan dan memastikan masyarakat memiliki makanan yang sehat.
"Pertanian di Sleman itu menjadi unggulan, kami memastikan bagaimana Sleman itu menjadi lumbung pangan. Jadi perlu adanya inovasi-inovasi. Kemarin kami launching program ini, yaitu bagaimana pertanian Sleman menjadi lumbung, tapi masyarakat juga mempunyai makanan yang sehat," kata Kustini dalam acara Blak-blakan detikcom, Senin (4/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam Pertanian Sehat tersebut terdapat beberapa program mulai dari Cabai Sehat hingga Telur Sehat. Hal ini diharapkan dapat menjadi upaya untuk meningkatkan mutu pangan masyarakat Sleman.
"Di Pertanian Sehat itu ada program Cabai Sehat, Telur Sehat. Karena asupan yang kita makan itu kan tabungan ya. Kalau cabai itu ditanamnya kalau tidak dipestisida beberapa kali kan tidak bisa. Terus masyarakat Jogja itu suka makan gorengan. Kalau cabainya tidak dicuci dengan benar itu nanti masih ada pestisida. Jadi kita punya program bagaimana masyarakat bisa memiliki cabai yang sehat," jelasnya.
Program Tani Milenial
Program Pertanian Sehat ini juga menyasar anak-anak muda dengan nama program Tani Milenial. Diharapkan dengan adanya Tani Milenial dapat terus mengembangkan sektor pertanian Kabupaten Sleman.
"Untuk menghidupkan kembali pertanian di Sleman, banyak anak-anak petani itu kami rengkuh dengan nama Tani Milenial dan kami target, tiga bulan kami kumpulkan dua ribuan anak-anak. Kami dampingi, ada di peternakan hingga perikanan yang isinya anak-anak muda," ujar Kustini.
Batik Sinom Parijotho Dilirik Internasional
Tak hanya dari sektor pertanian, perekonomian Kabupaten Sleman juga ditopang dari segi budaya melalui Batik Sinom Parijotho Salak yang mulai dilirik pasar internasional, mulai dari Korea Selatan, Malaysia, hingga Eropa.
"Kami mengambil desainer-desainer fashion itu pertama kalinya di Ambarrukmo. Waktu itu kita diajak supaya nanti fashion batik itu terlihat bagus dan mendapat respons yang bagus juga. Akhirnya ada desainer Samuel Wattimena yang mau mengangkat fashion batik ke Korea dan dikenalkan hingga Eropa," ungkap Bupati kelahiran 1960 itu.
"Kebetulan di sana ada pengrajin Malaysia juga pesan sampai 1.500 untuk batik day di Malaysia. Tapi mungkin mereka tidak tahu kalau batik itu punyanya Sleman. Tapi mereka senang motifnya cantik dan manis. Lalu, sekarang sudah banyak desainnya macam-macam," tambahnya.
Menurut Kustini, makin berkembangnya produksi Batik Sinom Parijotho Salak dapat menumbuhkan perekonomian Sleman. Beberapa perajin mulai membuat batik dengan metode printing, sehingga harganya lebih murah dan dapat dijangkau segala lapisan masyarakat.
"Kami sudah punya HAKI-nya. Kami sudah melakukan segala macam proses untuk HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Kalo nggak gitu nanti rebutan punyanya ini punyanya itu. Memang pola batik itu nggak boleh diprinting," ucapnya.
"Tapi kalau batik cap, lalu cap kombinasi tulis, itu harganya mahal. Tapi dengan ini kami berharap pengrajin tetap hidup walau banyak di pasaran yang membuat dengan diprinting jadi harganya lebih murah. Kita kan nggak bisa membatasi perkembangan pasar," pungkas Kustini.
(dil/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Ponsel Diplomat Kemlu yang Tewas Misterius Ternyata Hilang