Deru lokomotif uap dan peluit panjang yang oleh masyarakat jamak disebut sebagai sepur kluthuk telah lama bungkam di Kabupaten Sleman. Dulunya, kabupaten ini dilintasi rel kereta api yang menghubungkan Jogja dengan Magelang.
Dibangun pada 1 Juli 1898 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), jalur kereta ini pernah menjadi urat nadi ekonomi dan mobilitas warga Sleman bagian barat dan utara. Namun, sejarah mencatat, bencana lahar dingin Gunung Merapi pada akhir 1974 hingga awal 1975 menjadi akhir dari segalanya.
Kala itu lahar dingin menerjang dan meruntuhkan Jembatan Krasak di Tempel, batas antara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Jalur itu putus total. Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) akhirnya menyerah pada keadaan dan resmi menutup jalur tersebut pada 5 Maret 1975. Sejak saat itu, stasiun-stasiun yang dulu ramai kini mati.
Meski demikian, sisa-sisa kejayaan jalur kereta api Jogja-Magelang berupa stasiun masih dijumpai di Sleman. Masih ada bangunan stasiun yang masih relatif utuh. Namun ada pula yang sudah berganti wajah. Yang pasti, semuanya kini sudah berganti fungsi.
detikJogja menelusuri bekas stasiun yang ada di Sleman ini. Setidaknya ada lima stasiun di Sleman yang pernah menjadi tempat pemberhentian KA yang melaju dari Jogja menuju Magelang dan sebaliknya.
Salah satunya adalah Stasiun Tempel yang berada di ujung utara Sleman. Bangunan stasiunnya masih relatif utuh. Saat ini tempat tersebut digunakan untuk Taman Penitipan Anak.
Di sebelah selatannya, terdapat bekas Stasiun Medari. Stasiun ini dulu sibuk melayani angkutan tebu dari pabrik gula, kini mengabdikan diri pada kesehatan dan pendidikan.
Sedangkan di daerah Tridadi, dulunya berdiri kokoh Stasiun Beran. Kini, hanya tinggal segelintir jejak stasiun yang tersisa. Bangunan ini kini digunakan untuk Koramil.
Adapun di sekitar Jalan Magelang Km 7,8, dulu pernah berdiri Stasiun Mlati. Kini tempat itu digunakan untuk Pos Polisi. Meski sudah berubah bentuk, masih ada beberapa jejak stasiun yang tersisa.
Sedangkan di Sinduadi pernah berdiri Stasiun Kutu. Kini jangan harap bisa menyaksikan penumpang yang antre menunggu kereta api. Di tempat ini sekarang yang terlihat adalah warga yang lagi asyik menikmati semangkuk soto.
Berbeda dengan kelima stasiun tersebut, masih ada stasiun lain yang legendaris, yaitu Stasiun Maguwo Lama. Stasiun ini bukan menjadi bagian dari sejarah jalur KA Jogja-Magelang, melainkan berada di jalur kereta Jogja-Solo yang kini masih aktif.
Bentuk bangunan Stasiun Maguwoharjo Lama ini termasuk unik. Dindingnya menggunakan kayu. Gaya arsitektur Belanda juga masih kental terasa.
Yuk, simak jejak-jejak stasiun KA di Sleman selengkapnya di sini.
Simak Video "Video: Tampang 'Mas-mas Pelayaran' yang Bentak Driver di Godean"
(ahr/ams)