Cerita Wayang Beber dari Gunungkidul, Perhatikan Larangannya

Cerita Wayang Beber dari Gunungkidul, Perhatikan Larangannya

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 11 Des 2024 17:40 WIB
Pentas wayang beber di kampus ISI Jogja, Sewon, Bantul, Rabu (11/12/2024).
Pentas wayang beber di kampus ISI Jogja, Sewon, Bantul, Rabu (11/12/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Wayang beber ternyata kental akan nuansa magis, bahkan dalam pementasan wayang beber ternyata harus melakukan ritual khusus baik sebelum dan sesudahnya. Selain itu, ada pula larangan khusus saat pementasan wayang beber.

Pewaris ke-15 wayang beber asal Gelaran II, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Wisto Utomo (55), mengatakan bagaimana para pendahulunya mendapatkan wayang beber buatan tahun 1660. Berdasarkan cerita pendahulunya, Wisto menyebut jika semua itu berawal dari Geger Pecinan di Kartasura, Jawa Tengah.

"Dulu waktu Geger Pecinan di Kartasura itu (wayang beber) yang dibawa lari ke Gunungkidul satu dan Pacitan satu," katanya kepada wartawan di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Sewon, Bantul, Rabu (11/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wayang itu dilarikan karena saat Geger Pecinan banyak pembakaran bangunan. Sehingga banyak orang yang menyelamatkan barang-barang berharga salah satunya wayang beber.

"Untuk menyelamatkan, karena di situ banyak pembakaran rumah jadi itu memang diselamatkan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya, generasi pertama dari keluarganya mendapatkan satu kotak berisi wayang beber saat bekerja di ladang. Namun, Wisto tidak mengetahui siapa pemberi wayang beber tersebut.

"Jadi pertama kali mendapatkan wayang beber itu simbah itu buruh menumbuk padi, terus dikasih wayang beber itu tadi. Isinya ada 8 gulung," ucapnya.

"Wayang beber sebenarnya itu bagi keluarga kami pusaka. Wayang beber itu kurang lebih sekitar 4 abad lebih," lanjut Wisto.

Singkat cerita, para pendahulu Wisto lalu melestarikan keberadaan wayang beber dan menjadi dalang. Menurutnya, dari delapan gulung wayang beber itu, Wisto menyebut yang kerap dipentaskan hanya dua cerita saja.

"Ada delapan gulung, tapi yang untuk dipentaskan cerita Panji Asmarabangun, untuk Jaka Tarub jarang sekali dipentaskan," katanya.

Selain itu, ada juga gulungan yang sama sekali belum pernah dibuka. Dia bahkan tak tahu apa isi ceritanya.

"Untuk Jaka Tarub bisa, terus Panji Asmarabangun bisa. Kalau yang paling tua itu namanya Kiai Remeng Mangunjaya, itu yang belum pernah dibuka dan ceritanya apa saya belum tahu," katanya.

Dia juga bercerita soal hal unik dari gulungan Kiai Remeng Mangunjaya. Di mana saat Keraton Surakarta terbakar gulungan tersebut tampak ikut terbakar.

"Tapi itu pernah kejadian di Solo, pas kejadian Keraton Solo terbakar itu yang tua itu (gulungan Kiai Remeng Mangunjaya) juga ikut terbakar, seperti terkena sundutan rokok," ujarnya.

Wayang beber sendiri merupakan seni pertunjukan yang menggunakan lembaran kertas. Lembaran itu berisi lukisan berkisah yang terjadi dalam adegan wayang.

Pementasan wayang beber sendiri terbilang unik, di mana membentangkan gulungan dan sang dalang menunjuk setiap gambar sembari bercerita diiringi alunan gamelan. Selain itu, ada tantangan tersendiri dalam pementasan wayang beber karena kondisinya yang terbilang sudah rapuh.

"Ya memang yang asli itu sudah rapuh, sebenarnya sudah tidak layak untuk dipentaskan. Kalau bahannya wayang beber itu dari kertas daluwang," ujarnya.

Ritual dan Larangan Wayang Beber bisa dibaca di halaman berikutnya...

Ada Ritual dan Larangan

Wisto juga menyebut bahwa wayang beber memiliki ritual khusus yang dilakukan sebelum dan sesudah pementasan. Sehingga untuk membentangkan wayang beber tidak bisa dilakukan sesuka hati.

"Semua ada syaratnya, ada ritualnya. Jadi sebelum dipentaskan itu ada ritual, istilahnya orang Jawa kulo nuwun (salam atau permisi), seperti itu. Dan nanti ada ritual penutupan juga," ucapnya.

Selain harus melakukan ritual sebelum pentas, Wisto mengungkapkan ada larangan-larangan khusus. Larangan itu adalah jangan sekali-kali melintas di bagian kepala kotak penyimpanan gulungan wayang beber.

Pewaris ke-15 wayang beber di Gunungkidul, Wisto Utomo (55).Pewaris ke-15 wayang beber di Gunungkidul, Wisto Utomo (55). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Perlu diketahui, tempat penyimpanan wayang beber berbentuk persegi panjang berbahan kayu. Wisto menyebut pada kotak itu ada bagian kepala dan kaki.

"Kalau untuk wayang beber ada larangan-larangan. Ada atas dan bawah (bagian kotak penyimpanan dan membentangkan), jadi tidak boleh di atasnya, itu akan berisiko sekali," ucapnya.

Bahkan, Wisto menyebut ada kejadian aneh jika larangan tersebut dilanggar. Kejadian itu terjadi saat pentas wayang beber.

"Jadi tidak boleh di atas kepala. Itu sering terjadi kejadian aneh-aneh, dulu pernah pentas dan atasnya sudah saya bilangin tidak boleh dan saya kasih kursi dan kursi itu diambil buat foto," katanya.

"Akhirnya dia tidak bisa membaca sinopsis sampai dia heran, terus dia kena tamparan di dadanya sampai tidak bisa napas dan ke belakang. Itu langsung kejadiannya," lanjut Wisto.

Lebih lanjut, kejadian aneh juga pernah terjadi saat wayang beber dibawa ke Keraton. Saat itu, Wisto masih kecil dan berpesan kepada kru pengrawit agar tidak boleh ada orang di atas tempat penyimpanan wayang beber khususnya bagian kepala.

"Terus pernah waktu dibawa ke Keraton saya bilang kepada kru pengrawit tidak boleh di atas itu ada orangnya. Saat itu saya masih kecil, jadi dia tidak respons saya. Akhirnya sampai jalan itu kaca mobil bagian samping itu pecah," ucapnya.

Di sisi lain, Wisto mengungkapkan rasa senangnya bisa terus mementaskan wayang beber. Salah satunya di DKV Connect ISI Jogja hari ini.

"Saya senang sekali (bisa pentas wayang beber) karena dengan adanya ini wayang beber bisa berkembang," ujarnya.

Ketua Panitia Desain Komunikasi Visual (DKV) Connect, Daru Tunggul Aji, menambahkan bahwa pentas wayang beber ini merupakan implementasi dari kampus merdeka belajar dalam hal ini pembelajaran luar kelas. Apalagi, Prodi DKV ISI Jogja menaruh perhatian besar dalam konservasi kebudayaan.

"Jadi ini akan berkelanjutan melalui perancangan aset-aset visual yang diharapkan dapat menjadikan wayang beber Wonosari lebih lestari dan dapat menarik minat serta perhatian khalayak luas," katanya.


Hide Ads