Nasib Museum Wayang Kekayon Bantul, Terus Bertahan di Kesunyian

Nasib Museum Wayang Kekayon Bantul, Terus Bertahan di Kesunyian

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Selasa, 07 Nov 2023 18:11 WIB
Suasana di ruang pamer Museum Wayang Kekayon, Banguntapan, Bantul, Selasa (7/11/2023).
Nasib Museum Wayang Kekayon Bantul, Terus Bertahan di Kesunyian. Suasana di ruang pamer museum wayang kekayon, Banguntapan, Bantul, Selasa (7/11/2023). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja)
Bantul -

Museum Wayang Kekayon di Jalan Jogja-Wonosari KM.7, Kalurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul saat ini seakan mati suri. Bagaimana tidak, tingkat kunjungan di Museum tersebut sangat minim dan tidak sebanding dengan biaya perawatannya.

Pantauan detikJogja, tampak suasana sepi menyelimuti Museum Wayang Kekayon. Terlihat hanya beberapa orang yang berjaga di Museum tersebut.

Melongok lebih jauh, kondisi di luar Museum terkesan terbengkalai. Sedangkan di ruang pamer tampak bersih meski terkesan gelap dan minim cahaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjaga Museum Wayang Kekayon, Hadi Sunarno menjelaskan, pendiri museum tersebut adalah Prof. KPH. Soejono Prawirohadikusumo. Sehingga museum tersebut bersifat museum swasta atau kepemilikannya bersifat pribadi.

Hadi bercerita, bahwa Soejono mendapatkan inspirasi untuk mendirikan Museum Wayang di Yogyakarta usai menyaksikan museum-museum di Belanda sekitar 1967 silam. Mengingat saat itu Soejono menempuh pendidikan S2 di Belanda.

ADVERTISEMENT

"Sepulangnya dari Belanda, beliau yang masih kerabat Pura Pakualaman ini mulai mengumpulkan wayang sedikit demi sedikit dan membangun Museum Wayang hingga selesai pada tahun 1987," katanya kepada detikJogja, Selasa (7/11/2023).

Selanjutnya, museum tersebut diresmikan pada 5 Januari 1991. Saat itu, peresmiannya dilakukan oleh KGPAA Paku Alam VIII.

Secara rinci, kompleks Museum Wayang Kekayon terdiri atas satu ruang auditorium dengan fasilitas audio visual untuk penjelasan awal bagi pengunjung. Sedangkan gedung induk dengan arsitektur khas Jawa lengkap dengan kuncung, pendapa, longkang, peringgitan, ndalem dengan sarean tengahnya.

"Gedung Pendapa yang luas dapat dipergunakan untuk berbagai macam acara yaitu pernikahan, pertemuan, latihan kesenian, dan paket wisata makan malam sambil menyaksikan pergelaran wayang," ucapnya.

"Tujuan utama Museum Wayang Kekayon adalah preservasi kebudayaan nasional, khususnya kebudayaan wayang. Selain sebagai tujuan wisata, museum juga memiliki fungsi pendidikan, wahana penelitian dan rekreasi," katanya.

Menyoal koleksi wayang, Hadi menjelaskan ada ribuan jenis wayang dari seluruh kawasan Nusantara dan mancanegara. Semua itu tertata di 7 unit ruang pamer yang ada di museum tersebut.

Rinciannya, unit 1 menampilkan contoh pagelaran wayang kulit lengkap dan replika wayang wong gatotkaca. Selanjutnya unit 2 menampilkan adegan pagelaran wayang kulit dalam cerita Ramayana, Mahabharata, Hastina, Karna Tanding. Pasca Perang Baratayudha. Wayang yang dipamerkan Wayang Kulit Purwa dan replika Wayang Wong Rama.

Bagaimana 'sepinya' Museum Wayang Kekayon, silakan dibaca di halaman berikut

Maksimal 10 Pengunjung dalam Sepekan

Lebih lanjut, unit 3 menampilkan adegan pagelaran wayang kulit dalam cerita Malowopati (Angling Darmo), Pengging, Alun- Alun Jenggolo, dan Pasetran Gondo Mayit. Wayang yang dipamerkan Wayang Gedhog dan replika Wayang Wong Dewi Sinta. Sedangkan unit 4 menampilkan adegan pagelaran wayang kulit dalam cerita Menak Jinggo dan Damar Wulan. Wayang yang dipamerkan Wayang Klithik, Wayang Beber, dan replika Wayang Wong Bambang Irawan.

Unit 5 menampilkan masterpiece seratus Wayang Kurawa, Wayang Ukur, Wayang Bali, Wayang Demak, Wayang Lombok, Wayang Madura, Wayang Kidang Kencana, Wayang Kaper, Wayang Kayon, Wayang Dupara, replika Wayang Wong Kresna, Hanoman, dan Dewi Trijata.

Untuk unit 6 menampilkan wayang Golek Menak. Wayang Golek Wahyu, Wayang Golek Purwo Wayang Golek Cepak, Wayang Golek Tegul, dan replika Wayang Wong Kumbakarna. Terakhir atau unit 7 menampilkan Wayang Kulit Aji- Ajian, Wayang Kancil, Wayang Suluh, Wayang Geculan, topeng dari berbagai mancanegara, dan replika Wayang Wong Dasamuka.

"Kurang lebih 90 persen koleksi di museum wayang kekayon adalah koleksi pribadi. Selebihnya merupakan hibah dan titipan dari para pecinta seni pewayangan," ujarnya.

Di balik ribuan koleksinya itu, kata Hadi, tidak sebanding dengan pengunjung yang datang. Menurutnya, dalam sepekan tidak sampai 10 orang mengunjungi museum tersebut.

"Sepekan 3 sampai 4 orang. Itu saja orang tertentu, kalau orang umum jarang. Mungkin karena jarang yang tertarik dengan wayang," katanya.

Namun, terkadang ada kunjungan dari instansi dan sekolah yang membuat jumlah kunjungan cukup banyak. Sedangkan untuk biaya masuk museum sendiri hanya Rp 20.000 per orang.

"Jadi terkadang pemasukan sama untuk biaya perawatan museum ini tidak sebanding. Bahkan, dari delapan pegawai saat ini tinggal empat, yaitu dua orang di pagi hari dan masing-masing satu orang di siang dan malam hari," katanya.

Sedangkan untuk jam operasional museum wayang kekayon mulai pukul 09.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Menyoal adanya bantuan dari instansi terkait, Hadi mengaku tidak tahu mengingat museum ini museum swasta.

"Kalau soal itu kita tidak tahu, yang jelas museum ini museum swasta dan kepemilikannya pribadi," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(apu/ahr)

Hide Ads