Di tengah hiruk pikuk suasana perkampungan di Dusun Senuko, Kalurahan Sidoagung, Kapanewon Godean, Sleman, ternyata ada makam Kiai Raden Bagus Khasantuko yang konon penyebar Islam sekaligus cikal bakal nama dusun setempat. Begini kisahnya.
Juru Kunci sekaligus Ketua Paguyuban Khasantuko, Supardiana Saputro, menuturkan Raden Bagus Khasantuko adalah sosok pangeran Mataram tepatnya dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Sosok ini memiliki nama asli Raden Bagus Kemuning.
"Karena adanya politik pecah belah kompeni waktu itu, Raden Bagus Khasantuko memilih untuk keluar dari Karaton dan mengembara ke barat. Berguru ke sejumlah pondok hingga akhirnya melakukan siar di wilayah Godean sini," jelasnya saat ditemui di Makam Pucung, Dusun Senuko, Selasa (20/8/2024).
Pria yang juga akrab disapa Mbah Pe melanjutkan, dalam perjalanan hidupnya Raden Bagus Khasantuko akhirnya memutuskan untuk melakukan siar Islam. Wilayah siar berada di kawasan barat Kota Jogja. Diawali dari wilayah yang kini bernama Dusun Senuko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sudah berpisah dengan Karaton, namun gelar Raden Bagus tetap melekat sebagai bukti garis keturunan raja. Walau begitu, lanjutnya, tata lakunya tetap sederhana dan mengayomi sehingga perlahan pengikutnya terus bertambah.
"Iya, beliau setelah berkelana dan berguru ke sejumlah pondok akhirnya melakukan siar Islam di wilayah barat Jogja. Diawali dari Dusun Senuko ini hingga akhirnya menyebar ke sejumlah wilayah," imbuhnya.
![]() |
Mbah Pe menceritakan, Raden Bagus Khasantuka adalah sosok yang karismatik. Berdasarkan catatan sejarah yang dia ketahui, merupakan garis keturunan dari Sultan Agung Hanyokrokusumo lalu ke Sunan Amangkurat I, terus ke Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III, hingga akhirnya ke Raden Bagus Khasantuka.
Garis keturunan setelahnya adalah KH Abdurrouf. Sosok KH Abdurrouf sendiri merupakan pendiri Ponpes Darussalam Watucongol, Magelang, Jawa Tengah. Berlanjut garis keturunan KH Abdurrahman, Syekh Dalhar Watucongol dan KH Ahmad Abdul Haq Watucongol.
"Sekarang pun santri-santri Watucongol juga kerap ziarah ke sini. Biasanya datang berombongan dari Watucongol Magelang ke sini," katanya.
Untuk menuju lokasi makam ini tidak sulit. Cukup mengacu pada arah peta digital Makam Kyai Raden Bagus Khasantuko. Meski letaknya di tengah perkampungan namun akses jalan terjangkau.
Suasana kompleks makam juga terbilang rindang karena banyak pepohonan. Pada sisi selatan atau sebelum pintu masuk terdapat Sendang Bagusan yang bersumber dari mata air. Lalu di sebelah baratnya terdapat musala Khasantuko.
"Dulu daerah makam itu terkenal wingit karena memang gelap dan sepi. Untuk masuk ke area makam juga sulit. Lalu perlahan diperbagus diawali pembangunan sendang pada tahun 1973. Dulu sendang itu bentuknya belik dan banyak pohon, sekarang sudah kotak," ujarnya.
Sendang Tak Pernah Kering
Sumber mata air Sendang, lanjut Mbah Pe juga tak pernah kering. Bahkan saat musim kemarau seperti saat ini juga tetap deras mengalir. Sendang ini juga masih digunakan untuk mandi para peziarah maupun warga sekitar.
Di sisi utara sendang, tepatnya depan pintu makam Kiai Raden Bagus Khasantuko terdapat dua nisan tanpa nama. Mbah Pe bercerita bahwa kedua makam ini adalah santri Raden Bagus Khasantuko. Tulang belulangnya ditemukan saat kawasan makam tergerus air hujan.
Pascapenemuan tulang belulang ini, warga memutuskan untuk melakukan renovasi. Sekaligus memperindah kawasan makam Raden Bagus Khasantuko. Tulang belulang dimakamkan di sisi selatan dari makam Kiai Raden Bagus Khasantuko
"Sebelum renovasi itu saya mimpi didatangi tiga orang. Satu orang di tengah tubuhnya lebih pendek dari dua orang lainnya. Nah yang tengah ini cuma senyum dalam mimpi saya, sementara dua yang tinggi itu santrinya," katanya.
Ramai Peziarah
Layaknya tempat ziarah, makam ini tak pernah sepi pengunjung. Terlebih memasuki penanggalan Jawa bulan Sura. Tak hanya dari Jogja, peziarah datang dari sejumlah lokasi dan datang berombongan ke Makam Kiai Raden Bagus Khasantuko.
Bahkan saat momen Pemilu ataupun Pilkada juga ramai. Baik yang sekadar ziarah hingga meminta doa restu. Mbah Pe tak pernah melarang aktivitas ini selama tidak bertindak menyimpang dari ajaran agama.
"Kalau rutin itu dari Pondok Pesantren Watucongol Magelang. Ini karena salah satu keturunan Raden Bagus Khasantuko yang bernama Kiai Haji Abdurrouf adalah pendiri dari ponpes itu," ujarnya.
![]() |
Selengkapnya baca di halaman berikut.
Cikal Bakal Nama Dusun Senuko
Terkait jejak waktu Kiai Raden Bagus Khasantuko menepi ke Godean, Mbah Pe tak bisa menjelaskan detailnya. Kedatangan Sang Pangeran ke wilayah Godean diakui olehnya tidak diketahui secara resmi. Tidak tercatat pula oleh para sesepuh Dusun Senuko.
Namun sosok Kiai Raden Bagus Khasantuko adalah cikal bakal penamaan Dusun Senuko. Ini karena atas perannya dalam melakukan siar Islam di wilayah Godean. Hingga akhirnya warga berinisiatif menyematkan nama Santuko sebagai nama Dusun.
"Pada awalnya memang Santuko tapi karena lidah orang Jawa, maka jadinya Senuko. Nama inilah yang dipakai hingga saat ini dan sosok Raden Bagus Khasantuko adalah cikal bakalnya," katanya.
Satu Masa dengan Mbah Godek-Mbah Jembrak Pasar Godean
Mbah Pe menyebut bahwa sosok Kiai Raden Bagus Khasantuko hidup satu masa dengan sosok Pangeran Haryo Gagak Handoko. Sosok ini lebih dikenal sebagai Mbah Godek dan Mbah Jembrak. Makamnya berada di area kompleks Pasar Godean.
Mbah Pe juga menyebut keduanya masih keturunan Karaton. Hanya saja tidak ada pertalian darah di antaranya keduanya. Namun keduanya memiliki peran besar di wilayah Godean dengan jalan hidupnya masing-masing.
"Kalau kedekatan emosional itu ada, karena ulama-ulama ulama zaman dulu itu orangnya (santrinya) kan belum banyak seperti sekarang. Mungkin baru ada orang 30 sampai 100 orang, terus Pasar Godean itu juga dekat dari sini. Jadi memang satu masa (waktu) gitu," ujarnya.
Kedua tokoh ini, lanjutnya, memiliki latar belakang cerita yang berbeda. Hanya saja dalam beberapa kesempatan para peziarah juga berkunjung ke kedua makam. Usai dari Makam Mbah Jembrak berlanjut ke Makam Raden Bagus Khasantuko atau sebaliknya.
"Tapi keduanya hubungannya bukan hubungan keluarga. Cuma terkadang memang peziarah ada yang berziarah di dua makam ini dalam waktu kesempatan yang sama," katanya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi