Prosesi Garebeg Syawal Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali digelar di halaman Masjid Gede, Jogja, hari ini. Namun, tahun ini gunungan Garebeg tak lagi diperebutkan atau dirayah seperti tahun-tahun sebelumnya.
Gunungan Garabeg kali ini dibagikan oleh abdi dalem ke masyarakat pada hari kedua Lebaran, yakni Kamis (11/4/2024). Selain itu, adapula satu gunungan yang dihantarkan ke Ndalem Mangkubumen.
Warga Bingung
Menurut pantauan detikJogja, Gunungan Garebeg Syawal tiba di Masjid Gede sekitar pukul 10.27 WIB. Dikawal oleh 10 Bregada dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan 2 bregada Kadipaten Pakualaman. Selain itu, ada pula 4 ekor gajah dari Gembira Loka Zoo yang mengawal di barisan terdepan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga sempat bingung dengan perubahan prosesi Gunungan Garebeg yang kali ini dibagikan oleh abdi dalem. Padahal, mereka telah siap siaga di sisi kiri dan kanan untuk rebutan atau rayahan setelah Gunungan didoakan.
"Kaget ternyata berubah, biasanya kan dirayah ini tadi dibagikan. Sempat tanya abdi dalem ternyata memang perintah Pak Sri Sultan (Sri Sultan Hamengku Buwono X) agar lebih merata," kata seorang warga asal Bantul Darmaji (43).
Walau begitu, ada pula yang menyambut antusias dengan kembalinya tradisi asli Gunungan Garebeg. Salah satunya adalah Azkia Hidayah yang berasal dari Medan, Sumatera Utara.
Azkia mengatakan dirinya datang bersama keluarganya dan baru pertama kali mengikuti prosesi Gunungan Garebeg. Ia memang sengaja datang ke Masjid Gede untuk berwisata dan malah mendapatkan tiga tangkai isi gunungan yang diberikan oleh para abdi dalem.
"Dapat ini enggak tahu namanya, buat kenang-kenangan saja. Iya buat disimpan. Liburan dari Sumatra dari Medan, ini pertama kali ikut kegiatan seperti ini jadi antusias. Mau disimpan saja," ujarnya.
![]() |
Alasan Gunungan Tak Dirayah
Menurut Abdi Dalem Kahartakan Urusan Pengulon Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Sarihartakadipura, perubahan ini merupakan arahan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sri Sultan meminta tradisi ini dikembalikan pada pakemnya, yakni gunungan yang dibagikan bukan dirayah.
"Garebeg Syawal tidak pada biasanya, karena dikembalikan semua sesuai era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII," jelasnya ditemui usai prosesi pembagian Gunungan Garebeg di Kantor Urusan Pungulon, Kamis (11/4/2024).
Sarihartakadipura memastikan, kembalinya adat prosesi gunungan justru semakin menguatkan maknanya. Apalagi, Gunungan Garebeg memang merupakan pemberian seorang Raja kepada rakyatnya.
Walau begitu, diakui Sarihartakadipura perlu adanya penyesuaian, terlebih tradisi asli gunungan ini telah cukup lama terhenti. Sehingga, ada upaya untuk mengembalikan sesuai dengan pakem awal dan makna gunungan garebeg.
"Memang prosesi ini biasanya Gunungan diperebutkan oleh masyarakat khususnya pengunjung dan sebagainya namun pada saat ini, ini adalah dawuh dalem ini untuk dibagikan. Yang membagikan adalah konco-konco urusan pengulon dibantu dengan keamanan," katanya.
Diketahui, ada lima gunungan yang dihantarkan dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di antaranya Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Gepak, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan darat. Seluruhnya didoakan di Masjid Gede sebelum dibagikan ke pengunjung yang hadir.
Untuk tradisi hantaran ke Kompleks Kepatihan Kantor Gubernur DIY dan Kadipaten Pakualaman tetap berlangsung. Bertambah pula hantaran ke Ndalem Mangkubumen yang merupakan tempat tinggal GKR Mangkubumi.
"Diambil secara simbolis itu untuk Kadipaten Pakualaman, Kepatihan, dan Mangkubumen secara simbolis, tapi sebelumnya sudah membawa karena dikembalikan pada semula. Memang semua itu adalah hak prerogratif Kyai Penghulu," jelasnya.
(cln/aku)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi