Mengenal Catur Gatra Tunggal, Tata Kota Penuh Filosofi yang Dipakai Jogja

Mengenal Catur Gatra Tunggal, Tata Kota Penuh Filosofi yang Dipakai Jogja

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Selasa, 21 Nov 2023 11:53 WIB
Sumbu Filosofis Yogyakarta
Ilustrasi Catur Gatra Tunggal, Tata Kota Penuh Filosofi yang Dipakai Jogja (Foto: Sumbu Filosofis Yogyakarta / Situs Kemdikbud)
Jogja -

Jogja memesona banyak orang sebagai kota yang penuh dengan kekayaan budaya. Keberadaan Kraton Jogja menjadi landasan utama dalam menjaga tradisi dan warisan sejarah Jawa. Ini berarti setiap aspek kehidupan memiliki pemaknaannya sendiri dalam budaya Jawa.

Tak terkecuali sistem tata ruang kota yang mengikuti konsep Catur Gatra Tunggal. Konsep ini banyak digunakan di bekas pusat kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, misalnya Keraton Jogja, Kawasan Pakualaman, dan Kotagede. Lantas, apa sebenarnya Catur Gatra Tunggal?

Apa Itu Catur Gatra Tunggal?

Pengertian Catur Gatra Tunggal

Dilansir laman resmi Kemdikbud, Catur Gatra Tunggal adalah filosofi yang meliputi empat elemen untuk menjadi satu kesatuan tunggal. Definisi tersebut merupakan makna literal dari istilah Catur Gatra Tunggal yang terdiri dari tiga kata, yaitu catur, gatra, dan tunggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata catur berarti empat, kata gatra berarti baris, sedangkan tunggal berarti satu. Konsep ini tidak dapat terlepas dari aspek ekonomi, religius, dan juga sosial. Adapun empat elemen yang membentuk satu kesatuan meliputi sebagai berikut.

  1. Pusat pemerintahan
    Menjadi pusat administrasi dan pengambilan keputusan dalam suatu wilayah. Tempat ini berfungsi sebagai ruang, di mana pemerintahan setempat menjalankan tugasnya untuk mengatur dan mengelola urusan publik.
  2. Pusat kegiatan sosial
    Mewakili tempat interaksi sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat berlangsung. Fungsi ini mencakup tempat-tempat umum,seperti taman atau area masyarakat dapat bertemu dan beraktivitas bersama.
  3. Pusat peribadatan
    Menjadi pusat kegiatan keagamaan dan spiritualitas yang melibatkan tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja, pura, atau kuil yang memenuhi kebutuhan rohani masyarakat.
  4. Pusat perekonomian
    Tempat transaksi perdagangan, pertukaran barang dan jasa, serta kegiatan ekonomi lainnya berlangsung.

Konsep ini menjadi pembentuk identitas kota yang awalnya digagas oleh Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati, raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Oleh karena itu, implementasi tata ruang kota di Jogja banyak yang merepresentasikan filosofi Catur Gatra Tunggal.

ADVERTISEMENT

Makna Catur Gatra Tunggal

Konsep Catur Gatra Tunggal memiliki peran yang penting dalam tata kota kerajaan-kerajaan di Jawa, termasuk dalam penataan ibu kota Kasultanan Yogyakarta. Karena mencakup aspek-aspek yang penting dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahan.

Mengutip buku Wujud Nilai Budaya Jawa pada Permukiman Kauman karya Cama Juli Rianingrum, konsep tersebut juga menciptakan tata kota yang harmonis dan seimbang sehingga mencerminkan kehidupan yang terorganisir dan berkesinambungan. Setiap elemen, seperti Kraton, alun-alun, masjid, dan pasar saling mendukung dan menciptakan harmoni dalam ruang kota.

Catur Gatra Tunggal menjadi cermin dari nilai-nilai budaya, tradisi, dan kebijaksanaan lokal yang diterapkan dalam tata kota. Ini membantu melestarikan identitas budaya suatu daerah dan menghormati warisan nenek moyang.

Catur Gatra Tunggal di Kraton Jogja

Sarat akan nilai-nilai, konsep Catur Gatra Tunggal dapat terlihat jelas dalam penataan ruang di pusat kota Jogja, tepatnya di lingkungan Kraton Jogja. Masih mengutip laman Kemdikbud, empat bangunan mewakili empat elemen terkait.

  1. Keraton Jogja sebagai pusat pemerintahan dan kediaman Sultan beserta keluarganya yang menjadi simbol pusat kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.
  2. Alun-alun Utara dan Alun-alun Kidul sebagai pusat kegiatan masyarakat sekaligus tempat interaksi dengan raja. Terdapat satu pasang pohon beringin di masing-masing alun-alun yang melambangkan konsep Manunggaling Kawula lan Gusti.
  3. Masjid Gedhe Kauman sebagai pusat peribadatan yang secara simbolis menunjukkan bahwa Sultan tidak hanya bertugas sebagai penguasa saja, tetapi juga sebagai sayidin panatagama khalifatullah.
  4. Pasar Beringharjo sebagai pusat perekonomian masyarakat. Pasar telah masuk menjadi komponen utama di dalam tata kota lama.

Catur Gatra Tunggal di Kawasan Pakualaman

Tak hanya di Kraton Jogja saja, konsep Catur Gatra Tunggal juga disimbolkan di Kawasan Pakualaman. Berikut adalah representasi tempat dari keempat elemen yang membentuk satu kesatuan tunggal.

  1. Puro Pakualaman sebagai pusat pemerintahan Adipati Paku Alam.
  2. Alun-alun Sewandanan sebagai pusat kegiatan sosial dan interaksi antara raja dengan masyarakat.
  3. Masjid Pakualaman sebagai pusat peribadatan.
  4. Pasar Sentul sebagai pusat perekonomian masyarakat.

Itu dia penjelasan mengenai Catur Gatra Tunggal yang banyak dijumpai di tata kota pusat kerajaan Islam. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(rih/apl)

Hide Ads