Bangsal merupakan salah satu jenis bangunan yang berada di kompleks Keraton Jogja. Simak ulasan mengenai tujuh bangal di Keraton Jogja berikut ini.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Jogja merupakan tempat tinggal sultan beserta keluarganya. Kompleks Keraton Jogja terdiri dari beragam bangunan dengan corak arsitektur khas Jawa salah satunya bangsal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bangsal merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang berarti balai di istana. Dari banyaknya bangsal di Keraton Jogja, berikut pembahasan mengenai tujuh bangsal yang ada di Keraton Jogja dihimpun dari laman resmi Keraton Jogja, Kemdikbud, dan jogjacagar.jogjaprov.go.id
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangsal di Keraton Jogja
Bangsal Pagelaran
Bangsal Pagelaran merupakan bangunan utama Keraton Jogja. Bangsal ini awalnya mempunyai 63 tiang yang terbuat dari bambu. Kemudian empat di antaranya diganti dengan delapan pilar besar sebagai tanda bahwa Bangsal Pagelaran disempurnakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VIII.
Bangsal Pagelaran kini digunakan sebagai tempat diselenggarakannya upacara Grebeg saat hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi. Sebelumnya, Bangsal Pagelaran digunakan sebagai tempat punggawa bertemu sultan saat upacara resmi dan gedung perkuliahan UGM pada tahun 1949-1970.
Bangsal Siti Hinggil
Bangsal Siti Hinggil dulunya beratapkan anyaman bambu, kemudian disempurnakan oleh Sri Sultan HB VIII pada 1926. Pemugaran tersebut ditandai dengan Condrosengkolo dan Suryosengkolo yang terdapat pada bagian atas pintu Bangsal.
Bangsal Siti Hinggil digunakan sebagai tempat penobatan Sri Sultan Keraton Kasultanan Yogyakarta dan tempat diselenggarakannya Pisowanan Agung, yaitu acara bertemunya rakyat dengan Sri Sultan. Selain itu, Bangsal Siti Hinggil juga pernah digunakan sebagai tempat pelantikan Ir. Soekarno sebagai presiden RI.
Bangsal Manguntur Tangkil
Bangsal Manguntur Tangkil terletak di dalam ruang Bangsal Siti Hinggil sisi selatan atau sebelah utara Bangsal Witana. Manguntur Tangkil bermakna kawula menghadap raja pada saat berada di singgasana.
Raja dalam keheningan duduk di singgasana dan berkonsentrasi menghadap ke utara tertuju ke Alun-alun, Jalan Pangurakan, Margamulya, Malioboro, Margautama, dan Tugu. Hal ini dilakukan raja untuk mengajak rakyatnya bersama-sama menghadap dan berserah diri kepada Tuhan. Dengan bersatunya raja dan rakyat (golong-gilig), maka segala nafsu angkara, hambatan, dan dinamika kehidupan akan serasi.
![]() |
Bangsal Witana
Bangsal Witana didirikan pada masa pemerintahan Sultan HB I pada tahun 1756. Bangsal ini berada di sebelah selatan Bangsal Manguntur Tangkil. Bangsal Witana menyimbolkan awal atau dimulainya eksistensi seorang putra mahkota dinobatkan sebagai raja.
Bangsal Witana digunakan untuk menempatkan berbagai atribut atau pusaka kerajaan, khususnya pusaka-pusaka utama sebagai lambang untuk legitimasi raja yang akan naik tahta. Pusaka tersebut di antaranya tombak Kiai Ageng Plered, Kiai Bau, Kiai Gada Tapan, dan Gadawahana.
Bangsal Pancaniti
Bangsal Pancaniti merupakan bangunan utama di kompleks Kamandhungan Lor. Bangsal Pancaniti tidak dapat dimasuki oleh pengunjung/wisatawan. Oleh karena itu, bangungn ini diberi pagar di sekelilingnya agar pengunjung tidak menaiki lantai bangsal tersebut.
Bagian tratag timur dan barat Bangsal Pancaniti digunakan untuk menempatkan Gamelan Sekaten Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga pada saat gamelan tersebut dibunyikan untuk pertama kalinya sebelum dibawa ke Pagongan Masjid Gedhe. Selain itu, pada upacara Garebeg Sekaten tanggal 12 Mulud, tratag Bangsal Pancaniti juga difungsikan untuk menempatkan gunungan dan ubarampe hajat Dalem lainnya sebelum diusung ke Masjid Gedhe.
Baca juga: Makna Tradisi Mubeng Beteng Keraton Jogja |
Bangsal Srimanganti
Bangsal Srimanganti terletak di sebelah selatan kompleks Kemandungan dan dihubungkan oleh Regol Srimanganti. Bangsal Srimanganti memiliki gaya arsitektur Jawa dengan atap berbentuk joglo bertumpuk tiga dimana atap teratas dan atap kedua dibatasi oleh struktur lambang gantung.
Dahulu, Bangsal Srimanganti berfungsi sebagai persinggahan sultan pada saat akan kembali ke Kedhaton. Di sini sultan akan dihaturkan minuman dan dijemput oleh permaisuri dan putra-putra sultan. Saat ini Bangsal Srimanganti berfungsi untuk mementaskan kesenian budaya Keraton Jogja dan digunakan pula sebagai tempat Sultan menjamu tamu.
Bangsal Kencana
Bangsal Kencana dibangun oleh Sultan Hamengku Buwana I dan diberi nama Bangsal Alus. Di Bangsal Kencana, Sultan bertahta menghadap ke timur atau ke arah matahari terbit yang melambangkan kekuasaan Sultan yang perkasa dan mencerahkan seperti matahari.
Bangsal Kencana berfungsi untuk menyambut tamu agung, menyelenggarakan upacara pernikahan dan khitanan, pementasan wayang orang dan tari. Selain itu, Bangsal Kencana juga digunakan untuk menghadap para abdi, pejabat dan kerabat saat menghaturkan sembah dan memohon maaf kepada Sultan seusai perayaan hari raya Idul Fitri.
Itulah tujuh bangsal yang ada di Keraton Jogja beserta fungsinya. Semoga bermanfaat, Lur!
(par/ams)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM