Salah satu bioskop lawas di Jogja yang ramai dikunjungi pada era 1980-1990 adalah Bioskop Widya. Bioskop yang pernah menjadi favorit warga Jogja ini kini tinggal sebidang tanah kosong yang asetnya dimiliki Pemerintah Kota Jogja.
Staf Kemantren Gondomanan, Dahono (58) menceritakan Bioskop Widya semula dimiliki Persatuan Pengusaha Batik Indonesia (PPBI) pada rentang tahun 1985-1989. Tak ada jejak yang tersisa dari bioskop yang berada di Jalan Ibu Ruswo ini.
"Sekitar tahun 1985, (tanah) itu masih kepunyaan Koperasi Batik PPBI. Disewa untuk Bioskop Widya kurang lebih 5 tahun dari 1985-1989. Widya Theater itu dulu masih kepunyaan PPBI," terang Dahono saat diwawancara detikJogja di Kantor Kemantren Gondomanan, Jogja, Kamis (12/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dahono mengenang setelah masa sewanya habis, Bioskop Widya tak lagi beroperasi. Gedung eks bioskop itu pun sempat dijual dan disewakan sebagai rumah makan pada tahun 1995.
"Terus dijual tanahnya, (tanah) itu dibeli sekitar tahun 1995. Disewa lima tahun untuk Dapur Sambal, lima tahun Rp 500 juta," kata Dahono yang dulu berprofesi sebagai tukang becak di sekitar Bioskop Widya.
Tanah tersebut sempat beberapa kali berpindah tangan sebelum akhirnya dibeli oleh Pemerintah Kota Jogja belum lama ini. Aset itu pun kini menjadi tanah kosong hingga kini.
"Dijual lagi sama pemiliknya, terus dibeli Pemkot belum lama ini. Waktu dibeli (Pemkot) bangunannya udah rata karena dulu Dapur Sambal nyewa tanah, bangunannya ditinggal," lanjut Dahono menjelaskan.
![]() |
Bioskop Widya Langganan Mahasiswa
Dahono mengenang suasana Bioskop Widya yang ramai dikunjungi mahasiswa. Dia teringat pemutaran film di bioskop tersebut dimulai pada pukul 10.00 WIB.
"Ramai dulu. Masuknya kan jam 10.00 WIB mulai main itu (filmnya). (Penonton mayoritas) Mahasiswa umum yang penting di atas 17 tahun, kalau di bawah belum boleh masuk, kecuali anak-anak," kenangnya.
Pada waktu itu harga tiket untuk sekali menonton bioskop adalah Rp 500 di hari biasa dan Rp 750 ketika malam Minggu. Bioskop Widya memiliki kapasitas hingga ratusan orang.
"(Harga tiket) Rp 500 hari biasa, malem Minggu Rp 750. (Kapasitas) 500 (orang) bisa, ada satu layar," ujar Dahono.
Selengkapnya cerita soal rol film di bioskop...
Cerita Soal Rol Film untuk Pemutaran Bioskop
Selain berprofesi sebagai tukang becak, Dahono juga turut berkontribusi mengantarkan rol film ke Semarang bersama karyawan lain. Rol film tersebut ia antarkan menggunakan bus menuju Semarang.
"Iya sama karyawan lainnya juga. Tiap malam langganan kalau nganter filmnya itu dari sini (Bioskop Widya) dibawa ke Wirobrajan naik bus yang jam pertama, lalu bawa ke Semarang. Filmnya kan dari Semarang," terangnya.
Hal ini senada juga disampaikan Dosen Sejarah FIB UGM, Baha' Uddin. Sebelum memasuki abad ke-21, gulungan film harus dipindahkan secara manual menuju gedung bioskop selanjutnya.
"Dulu rol film itu dipindahkan dari bioskop satu ke bioskop lain. Jadi kalau nganternya terlambat ya filmnya terlambat karena ditunggu," ujar Baha kepada detikJogja, Senin (16/10).
Bioskop Widya sendiri termasuk dalam bioskop kelas dua. Jumlah rol film yang terbatas mengharuskan beberapa bioskop kelas dua dan tiga menayangkan film dengan selisih waktu sekitar satu bulan dari bioskop kelas satu.
"Kopi filmnya terbatas. Itu juga menjadi kelas tadi. Kalau kelas-kelas pertama muter filmnya awal, baru seminggu kemudian di bioskop-bioskop bawahnya. Satu bulan baru nyampe di bioskop terkecil itu," tutur dosen UGM itu.
Bioskop Widya Bukan Cagar Budaya
Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Susilo Munandar menjelaskan Bioskop Widya tidak termasuk ke dalam bangunan cagar budaya. Terlebih bangunannya saat ini sudah diratakan.
"Kalau (Bioskop) Widya jelas bukan cagar budaya. Bangunannya udah lama tapi memang sekarang sudah rata dengan tanah dan itu sudah dijual dari pengusaha tadi, sekarang milik asetnya Pemkot dan masih tanah kosong, belum digunakan. Dulu sempat ada wacana untuk dijadikan pusat oleh-oleh, jadi untuk menampung UMKM, tapi baru wacana," jelas Susilo saat dimintai konfirmasi.
Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Jihan Nisrina Khairani Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka