- Daftar 18 Bioskop Lawas di Kota Jogja yang Tinggal Kenangan Bioskop Indra Bioskop Permata Soboharsono Theatre Bioskop Widya Bioskop Senopati Yogya Theatre Empire-21 Regent-21 Royal Theatre Rahayu Theatre Mitra atau Palace Theatre President Theatre Ratih-21 Mataram Theatre Galaxy Theater Golden Theater Arjuna Theatre Istana Theatre
Kota Jogja pernah menjadi surganya bioskop pada era 1980-an silam. Kala itu, ada belasan bioskop dengan target pasar yang berbeda.
Masa keemasan bioskop di Jogja terjadi pada era 70-an akhir sampai 90-an awal. Kala itu, bioskop-bioskop menjadi hiburan semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali. Termasuk tukang becah hingga kaum muda, semua punya bioskop langganannya.
"Seperti bioskop Empire-21 yang sampai saat ini masih ada menjadi tempat nonton anak muda, selain bioskop Mataram Theatre di Lempuyangan," kata budayawan Ahmad Charris Zubair beberapa waktu lalu seperti dikutip dari detikJateng, Kamis (26/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, bioskop langganan masyarakat menengah ke bawah ada di Bioskop Widya, Bioskop Permata, dan Bioskop Indra.
"Bioskop Indra menjadi bioskop tertua yang berdiri sejak zaman Belanda. Dulu namanya Alhambra & Mascot (1915), letaknya tepat di barat pusat keramaian Pasar Gede Beringharjo," katanya.
Kini bioskop tertua itu menjadi Teras Malioboro 1, tempat relokasi pedagang di sepanjang Jalan Malioboro.
Daftar 18 Bioskop Lawas di Kota Jogja yang Tinggal Kenangan
Bioskop Indra
Bioskop Indra merupakan bioskop tertua yang berdiri sejak era Belanda tahun 1915 dengan nama Alhambra dan Mascot. Letaknya persis di Teras Malioboro 1 yang berada di di Jalan Margo Mulyo, Kelurahan Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Jogja tepatnya di seberang Pasar Beringharjo.
Bioskop Permata
Berdiri setelah Bioskop Indra. Bioskop ini dulu bernama Bioskop Luxor, tahun 1940-an. Bioskop ini menjadi menjadi satu-satunya bioskop zaman Belanda yang gedungnya masih berdiri. Sejak awal tahun 2000-an, bioskop ini telah berhenti beroperasi.
Lokasinya berada di Jalan Gajah Mada No 2, Kampung Kauman, Kelurahan Gunungketur, Kecamatan Pakualaman, Jogja (atau di Jalan Sultan Agung) salah satu bioskop paling awal di Kota Jogja yang menjadi bioskop kelas tiga di era 90-an.
Soboharsono Theatre
Terletak di pojok timur laut Alun-alun Utara/Jalan Pekapalan. Pada tahun 90-an, Soboharsono Theatre menjadi bioskop kelas ketiga. Bioskop ini berdiri tahun 1928, salah satu bioskop tertua di Jogja. Nasibnya sama dengan gedung bioskop lain di Jogja yang telah berubah fungsi. Lokasi ini menjadi Jogja Gallery dan Royal Garden Restaurant. Bangunan asli saat ini masih dipertahankan, namun fungsinya saja yang telah berubah.
Bioskop Widya
Bioskop ini masuk bioskop kelas tiga, berada di Jalan Ibu Ruswo/Yudonegaran. Bioskop ini pada tahun 90-an punya ciri khas memutar film-film Asia dan Barat. Penayangannya selisih 3-4 bulan dari bioskop kelas utama.
Bioskop Senopati
Bioskop ini terletak di Jalan Panembahan Senopati, tepatnya di lantai dua Shopping Center yang kini telah menjadi Taman Pintar. Bioskop ini dulu terkenal dengan penayangan film-film lokal 'panas' yang marak pada era tersebut.
Yogya Theatre
Berada satu kompleks dengan Bioskop Senopati berada di lantai 2 Gedung Shopping Center Jalan Panembahan Senopati. Bioskop ini berada di sisi timur dari Bioskop Senopati.
Empire-21
Pada tahun 90-an, bioskop jejaring 21 mulai masuk ke Kota Jogja. Bioskop ini memiliki area food court hingga swalayan Hero yang terbakar dan dibangun kembali dengan nama Cinema XXI.
Bioskop ini merupakan bioskop kelas satu yang kini masih berdiri meski sempat terbakar pada 1999. Letaknya Jalan Urip Sumoharjo atau Jalan Solo dengan bentuk cineplek, ada enam gedung bioskop dalam satu lokasi.
Regent-21
Berada persis di barat Empire-21, hanya berbatasan tembok dengan bentuk Cineplex, dengan jumlah empat gedung bioskop. Bioskop ini termasuk bioskop kelas satu.
Bekas bangunan bioskop ini sudah tak berbekas sejak kebakaran, selang satu bulan setelah Hero Swalayan di kompleks Empire-21 terbakar. Tercatat, kebakaran yang menimpa Regent-21 ini memakan korban jiwa.
Royal Theatre
Masih di kawasan Jalan Solo, satu kompleks dengan Bioskop Empire-21 dan Regent-21. Tapi, gedung bioskop Royal ini hanya ada satu ruangan dan termasuk bioskop kelas tiga yang memutar film-film yang sudah lama.
Rahayu Theatre
Bioskop Rahayu terletak di di Jalan Urip Sumoharjo Yogyakarta yang kini menjadi toko tekstil.
Mitra atau Palace Theatre
Berada di Jalan Solo, dekat dengan Galeria Mall yang kini menjadi toko kain. Bioskop ini termasuk bioskop kelas tiga. Nama Bioskop Mitra sempat berganti nama menjadi Palace Theatre.
President Theatre
Bioskop President berada di Jalan Jenderal Sudirman, yang saat ini menjadi Novotel Jogja.
Ratih-21
Bioskop ini terletak di Jalan Mangkubumi atau Jalan Margo Utomo, dekat kantor Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat. Bentuknya sama seperti Empire-21 dengan konsep Cineplex, yang terdiri dari dua gedung yang memutar film-film terbaru.
Mataram Theatre
Termasuk bioskop langganan remaja dan sekelas dengan Empire, Regent, dan Ratih yang berada di Jalan Dr Sutomo, barat jembatan layang Lempuyangan. Bioskop ini sempat mengalami booming saat film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) pertama. Bangunan bioskop ini mengalami kerusakan cukup parah saat gempa Jogja 2006. Setahun kemudian bioskop ini tutup.
Galaxy Theater
Bioskop ini berada di Kompleks Borobudur Plaza di Jalan Magelang yang saat ini menjadi area food court.
Golden Theater
Sama seperti Galaxy, Golden Theatre terletak di Kompleks Borobudur Plaza Jalan Magelang.
Arjuna Theatre
Bioskop Arjuna terletak di Jalan Tentara Pelajar, Pingit, Jetis, yang berdekatan dengan kantor Samsat Yogyakarta. Saat ini bangunan Arjuna Theatre menjadi sebuah gedung.
Istana Theatre
Satu-satunya bioskop yang terletak di Jogja Selatan tepatnya di Jalan Tegalgendu, Kotagede. Bioskop Istana memiliki pasar warga di kawasan sekitar Kotagede.
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas