Selamatan di Karang Bajang Sleman Jelang Pembangunan Tol Jogja-Solo Seksi 2

Selamatan di Karang Bajang Sleman Jelang Pembangunan Tol Jogja-Solo Seksi 2

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Sabtu, 02 Mar 2024 13:19 WIB
PT Adhi Karya bersama warga Karang Bajang, Kabupaten Sleman, menggelar selametan sebelum proses pembangunan tol Jogja-Solo, Sabtu (2/3/2024).
PT Adhi Karya bersama warga Karang Bajang, Kabupaten Sleman, menggelar selametan sebelum proses pembangunan tol Jogja-Solo, Sabtu (2/3/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Sleman -

PT Adhi Karya selaku pemrakarsa jalan tol Jogja-Solo bersama warga Padukuhan Karang Bajang, Tlogoadi, Mlati, Sleman, menggelar upacara selamatan. Tujuannya memohon kelancaran dalam pembangunan tol Jogja-Solo Seksi 2 Paket 2.2.

"Jadi ini maksudnya kita kearifan lokal, kita mau membangun trase ini melewati Sungai Bedog. Itu kita mengadakan sugengan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kelancaran dan kesuksesan," kata Humas PT Adhi Karya Pembangunan Tol Jogja-Solo Seksi 2, Agung Murhandjanto kepada wartawan, Sabtu (2/3/2024).

Prosesi selamatan dimulai dengan doa yang dipimpin tetua desa dan abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Uba rampe yang disiapkan seperti nasi uduk, hasil bumi, ingkung, air, jenang, tumpeng, jajan pasar, dan lain-lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT Adhi Karya bersama warga Karang Bajang, Kabupaten Sleman, menggelar selametan sebelum proses pembangunan tol Jogja-Solo, Sabtu (2/3/2024).PT Adhi Karya bersama warga Karang Bajang, Kabupaten Sleman, menggelar selametan sebelum proses pembangunan tol Jogja-Solo, Sabtu (2/3/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

Usai berdoa, abdi dalem dan tetua desa kemudian mengubur uba rampe di lokasi tanah yang bakal dibangun jalan tol.

Agung menjelaskan, di lokasi tersebut nantinya jalan tol akan melintasi Sungai Bedog. Usai prosesi selamatan ini nantinya segera dimulai land clearing.

ADVERTISEMENT

"Ini nanti kan itu sungai nanti ada semacam jembatan (di atas Sungai Bedog). Mungkin minggu depan dimulai (land clearing) di area ini," ujar Agung.

Upacara selamatan semacam ini tidak hanya dilakukan di Padukuhan Karang Bajang saja. Agung bilang, sebelumnya di jalan tol Jogja-Solo Paket 1.2, Kalasan, juga dilakukan hal serupa.

Lurah Tlogoadi, Sutarjo, mengatakan upacara adat ini merupakan ritual masyarakat yang didukung oleh keraton. Dia mengatakan selamatan ini agar kontraktor maupun warga diberikan keselamatan dan jalan tol bisa dinikmati seluruh masyarakat.

"Intinya ini meminta keselamatan dalam melaksanakan proyek strategis jalan tol ini Jogja-Solo agar dalam pelaksanaannya bisa berjalan baik. Mudah-mudahan semua aman, tenteram, tidak ada kendala," ucap Sutarja.

Lebih lanjut, dia mengatakan selamatan juga sebagai bentuk nguri-uri kabudayan. Apalagi di masyarakat Tlogoadi masih ada cerita rakyat maupun mitos yang masih dipercaya oleh warga.

"Di sini juga ada mitos, sebelah sana ada jurang dan ada mata air yang sumber mata air yang itu memberikan keselamatan dan kebarokahan, kesejahteraan bagi warga, alirannya melewati di seluruh jalan tol ini," ujarnya.

Abdi dalem Keraton Ngayogyakarta, KMT Cermo Wicoro menjelaskan beberapa uba rampe dalam acara selametan dan doa untuk mengawali pembangunan jalan tol ini berupa nasi gurih, ingkung, tumpeng, dan lain sebagainya. Selain itu ada juga yang ditanam di lokasi pembangunan.

"Yang ditanam itu istilahnya untuk memulai proses pembangunan itu meminta izin kepada yang lenggah (duduk) di Dusun Karang Bajang ini, yang ditanam itu ada kayu walikukun, kayu mojo, kayu dadap, kayu awar-awar, kayu jarak, suket alang-alang, dan ditali dengan lawe wenang," kata KMT Cermo.

"Harapannya semoga tanah yang dibangun ini terhindar dari yang tidak baik, sehingga proses pembangunan berjalan lancar sampai tol ini digunakan," sambungya.

Di sisi lain, pemilihan lokasi ini juga tak lepas dari kepercayaan masyarakat sekitar yang menganggap lokasi jalan tol sebagai tempat yang wingit. Harapannya, dengan upacara selamatan ini pembangunan jalan tol lancar tanpa kendala.

"Ini dipilih tempat yang agak disakralkan oleh masyarakat sekitar ini dianggap wingit, kenapa tempatnya ada di sini? Karena nantinya diharapkan leluhur yang ada di sini itu tidak mengganggu proses pembangunannya," pungkas KMT Cermo Wicoro.




(dil/dil)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjogja

Hide Ads