Cerita Hampir Seabad Toko Roti Jakarta, Ganti Nama Saat Indonesia Merdeka

Cerita Hampir Seabad Toko Roti Jakarta, Ganti Nama Saat Indonesia Merdeka

Mahendra Lavidavayastama, Galardialga Kustanto - detikJogja
Rabu, 22 Nov 2023 21:10 WIB
Toko Roti Jakarta yang berada di daerah Poncowinatan, Jetis, Kota Jogja yang hampir berusia satu abad.
Foto: Toko Roti Jakarta yang berada di daerah Poncowinatan, Jetis, Kota Jogja yang hampir berusia satu abad. (Mahendra Lavidavayastama/detikJogja)
Jogja -

Toko Roti Jakarta menjadi salah satu toko roti di Jogja yang legendaris. Pasalnya toko ini sudah buka sejak tahun 1924 atau hampir 100 tahun. Toko ini telah melewati empat generasi serta berhasil menjuarai kompetisi roti nasional. Berikut kisah selengkapnya.

General Manager Toko Roti Jakarta, Andreas Purwanto (30) mengatakan bahwa Toko Roti Jakarta berdiri sejak 1924 dan saat ini dikelola oleh generasi keempat.

"Saya generasi keempat di toko ini. Toko ini sudah ada dari 1924," katanya saat ditemui detikJogja di tokonya di daerah Poncowinatan, Jetis, Kota Jogja, pada Kamis (16/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Toko Roti Jakarta telah berpindah lokasi selama beberapa kali. Lokasi pertama toko ini dulu berada di daerah Dagen, Malioboro. Kemudian di tahun 1970-an berpindah ke Poncowinatan. Alasannya saat itu toko sedang direnovasi, maka toko pindah lagi ke daerah Jlagran, yang saat ini menjadi pusat Toko Roti Jakarta.

Sebelum 'Toko Roti Jakarta' Bernama 'Weltevreden'

Awalnya Toko Roti Jakarta bernama Weltevreden, yang merujuk pada nama sebuah kota di Jatinegara, Jakarta Timur. Namun, sejak Indonesia merdeka berganti nama menjadi Toko Roti Jakarta karena pada saat itu terdapat larangan memakai nama dengan unsur Belanda.

ADVERTISEMENT

Alasan mengambil nama yang mengandung unsur Jakarta ini karena dulu pemilik generasi pertama, yaitu Nio sempat belajar membuat roti di Jakarta.

"Yang buka pertama kan eyang buyut ya berarti generasi pertama. Eyang buyut dulu namanya masih pake ejaan lama ya, Ibu Nio. Karena waktu itu di Jogja kan belum banyak toko roti tahun itu. Eyang buyut belajarnya di Jakarta, belajar roti di Jakarta terus pindah balik ke Jogja," jelas Andreas.

Andreas berujar bahwa proses pembuatan roti sudah tidak mempertahankan cara maupun alat jadul.

"Kita masih pakai itu ya bibit biang, jadi tungku dah nggak bisa karena sekarang dah nggak boleh pakai kayu. Dulu kita pakai kayu untuk pembakaran, tapi kan kayu dikurangi ya. Jadi sekarang kita udah pake full gas, kalau mesinnya pengembangannya masih lama ya masih 18-20 jam lah untuk jadi sebuah kue," ujarnya.

Namun, untuk mempertahankan konsumen, Toko Roti Jakarta berupaya mempertahankan ciri khasnya. Salah satunya dengan menjaga konsistensi tekstur roti.

"Quality ya terus ya tetap harus giat, apapun yang terjadi karena sekarang buka usaha mudah tapi untuk mempertahankan itu susah ya. Tapi ya yang penting quality control kita tetap manage terus ya," tambah Andreas.

"Kita punya tekstur yang beda ya untuk rotinya. Kalau roti sekarang kan lebih baunya susu, kita lebih ada ciri khasnya lah kita masih ada kaya kalau suka makan tape gitu ada bau tapenya sedikit," jelas Andreas.

Sementara, ketika ditanya tentang minatnya membuka bisnis sektor lain, Andreas menjawab tidak memiliki rencana. Justru ia lebih berminat menggandeng UMKM lokal sekaligus ingin membantu berkembang.

"Enggak sih kayaknya (rencana buka bisnis sektor lain). Kita lebih ngangkat UMKM sih disini jadi kita banyak titipan oleh-oleh dari pia, pia ada, pie ada, pie susu, terus camilan-camilan gitu jadi kita lebih ke situ. Kalo disini kita lebih membanyakkan produk karena bantu UMKM jadi biar kita berkembang bersama, gitu," ucapnya.

Tetap Stabil Di Masa Pandemi

Sebagian besar pemilik usaha mengalami penurunan omzet yang drastis ketika masa pandemi. Namun, berbeda dengan Toko Roti Jakarta yang di masa pandemi masih tetap stabil. Andreas mengungkapkan bahwa penurunan omzet hanya sekitar 20% saja.

"Turun tapi nggak banyak lah, 20% paling, masih okelah, masing running well. Orang (lain) turun setengah lebih loh, hotel apalagi hancur kan," ungkap Andreas.

Hal tersebut dikarenakan di masa pandemi, Toko Roti Jakarta memanfaatkan jasa pengiriman barang secara daring (online).

"Kan bisa GoSend masihan, GoFood masih oke jalan, Tokped kita masih jalan, Shopee masih oke, jadi nggak ada masalah. Paxel apalagi masuk waktu itu, jadi udah jauh lebih enak sebenarnya dalam masa Covid itu. Karena sebelumnya kan cuman ada JNE, Tiki, tapi sejak Paxel masuk itu kita lumayan kok banyak yang kirim luar kota juga gitu," terangnya.

Diungkap oleh Andreas (30), tokonya jarang mendapat keluhan dari para pelanggannya. Kalau pun ada hal itu hanya seputar harga yang semakin mahal. Namun ia tak mengambil pusing hal itu, yang penting baginya menjaga kualitas dan rasa merupakan prioritasnya selama ini.

"Nggak lah jarang (ada keluhan), nggak (pasti) sebulan sekali (ada). Kalaupun ada biasanya harga mahal ini itu, ya kan trus kalo kualitas kita jarang (ada keluhan), kembali lagi ke rasa tiap orang itu beda-beda, jadi kita punya pangsa pasar sendiri. Kalo orang bilang ini kok nggak enak gini gini, kita tanya kenapa nggak enaknya kalo rasanya kemanisan atau apa kembali lagi kalau kita tinggal di Jawa sama Sumatra kan beda, kalo misal komplainnya misal ini ya terjadi sesuatu di dalam roti baru kita review, tapi kalau masalah rasa itu selera sebenarnya," jelas Andreas.

"Yang penting kita tetap menjaga konsistensi, kita punya market, kita punya variety product beda-beda, gitu aja," lanjutnya.

Andreas mengatakan bahwa pandemi Covid-19 bukanlah tantangan yang sulit. Menurutnya, yang paling berat adalah menyatukan pendapat dari berbagai persepsi.

"Yang paling berat tuh memadukan pendapat ya karena kan kita masing-masing punya persepsi pemikiran sendiri. Dan kita nggak bisa serta merta juga langsung klep diganti ke kita punya. Jadi ya memang ada transisi itu lah," jelasnya.

Selain itu, Andreas menilai bahwa konsumennya semakin bertambah banyak. Maka dari itu, ia mengikuti selera anak muda dengan menghadirkan variasi rasa yang baru.

"Iya tambah ya (konsumen), sekarang kan generasinya generasi muda. Kita dah pakai margarin, Blue Band semua, jadi ada asin-asinnya, jadi kita juga ada adjusting sedikit lah supaya kan anak-anak muda sekarang sukanya yang gurih. Bener (variasi), roti sisir untuk anak muda, srikaya, blueberry, coklat yg melted gitu-gitu, ngikutin lah sekarang, tapi tetep kita punya otentik ciri khasnya masih ada," tegas Andreas.

Salah satu produk Toko Roti Jakarta pernah juara kompetisi nasional. Simak selengkapnya di halaman berikut:

Roti Ontbijtkoek Pernah Juara Kompetisi Nasional

Salah satu produk Toko Roti Jakarta, yakni Roti Ontbijtkoek pernah menjuarai kejuaraan nasional yang diselenggarakan oleh Blue Band di tahun 2017. Roti ini bersaing dengan lebih dari 5.000 bakery pada waktu itu.

"Itu yang juara nasional (tahun) 2017 Blue Band Master, (setiap roti) ada keunikan sendiri-sendiri. Kalau ini luarnya ada asinnya karena kita pakai butter dalamnya manis, tapi bolu nggak terlalu yang enek, ini roti jadul namanya Roti Ontbijtkoek. Kita punya sebuah cara waktu itu gimana caranya kita bisa memenangkan kompetisi dengan baik di antara 5.000 bakery se-Indonesia, jadi packaging, cita rasa, sama selain perijinan segala macem itu ada adat atau ada unsur apa dibalik cerita roti ini ada meaning nya," jelas General Manajer tersebut.

Pria kelahiran 1993 ini bercerita bagaimana tokonya mengikuti kompetisi tersebut hingga akhirnya keluar sebagai salah satu pemenang di dalamnya.

"Kita juara 2 yang ini (Ontbijtkoek), juara 1 nya dari Gorontalo, yang roti gula Jawa ini saya ikut (jadi) juara 2 nya. Jadi kita juara 2 provinsi, karena dari provinsi kita dilombakan ada berapa ratus bakery, ikut terus kita maju nasional juara 2. Iya (berjenjang) lama banget hampir 2 bulan lebih," terangnya.

Menurut akun resmi Instagram Toko Roti Jakarta, @toko_roti_jakarta, Ontbijtkoek merupakan roti khas Belanda yang umum dikonsumsi sebagai sarapan. Secara literal, roti ini berarti breakfast cake atau kue sarapan. Roti ini sendiri dibuat dengan rempah - rempah seperti kayu manis, bunga lawang, kapulaga, jahe, pala cengkeh, dan vanili. Roti ini menjadi salah satu yang menjadi ciri khas dari Toko Roti Jakarta.

Strategi Kembangkan Toko

Tantangan ke depan, Andreas (30) mengungkap jika dirinya ingin mengembangkan toko roti keluarganya lebih besar lagi. Selain itu, ia berharap dapat mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi ke tokonya.

"Sebenarnya lebih ke arah pengembangan, untuk datengin lebih banyak wisatawan lagi ke toko kita. Kita maunya bisa head to head dengan bakpia lah. (Caranya) kita kerjasama dengan tour-tour juga," katanya.

Terakhir, menyambut satu abad Toko Roti Jakarta, Andreas (30) berharap dapat mengembangkannya lebih baik lagi serta konsisten tetap terjaga.

"Tahun depan ada sesuatu yang harus kita kembangkan lebih baik lagi, dalam sales dalam ekspansi kita, yang penting tetap konsisten dalam produk dan network tetap terjaga gitu aja," pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Galardialga Kustanto Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(apu/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads