Berkunjung ke Dalem Pujokusuman, Ada Sanggar Tari-Kafe Klasik

Berkunjung ke Dalem Pujokusuman, Ada Sanggar Tari-Kafe Klasik

Fiesta Inka Purwoko, Iis Sulistiani - detikJogja
Kamis, 14 Sep 2023 17:58 WIB
Anakk-anak mengikuti latihan tari klasik di pendopo Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023).
Anak-anak mengikuti latihan tari klasik di pendopo Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023). Foto: Iis Sulistiani/detikJogja
Jogja -

Ndalem atau Dalem Pujokusuman di Kelurahan Keparakan, Kemantren Mergangsan, Kota Jogja, merupakan salah satu bangunan cagar budaya. Tak hanya itu, Dalem Pujokusuman juga menjadi salah satu pusat kegiatan pelestarian seni tari tradisional.

Sanggar tari di bawah Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM) terletak di pendopo Dalem Pujokusuman. Awalnya, YPBSM bernama Mardawa Budaya.

Rama Titih atau KRT Jatihadiningrat, cucu dari Sultan Hamengku Buwono VIII mengungkapkan sanggar ini dulunya didirikan oleh orang asing dari Inggris bernama Honsche.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mardawa Budaya dulunya yang mendirikan malah orang asing dari Inggris namanya Honsche. Berarti Pak Sasminto Mardowo, Pakdhe Titri Waluyo, saya, dan kakak saya itu pendiri sanggar tari Mardowo Budoyo dengan orang asing itu," ungkap Rama Titih saat berbincang dengan tim detikJogja, Kamis (7/9/2023).

Sanggar tari Mardawa Budaya dulunya dikelola oleh adik dari ibu Rama Titih, Raden Betho Sasminto Mardawa. Setelah meninggal, sanggar ini kemudian dilanjutkan oleh putra satu-satunya yaitu Mas Alin.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan Kota Jogja, YPBSM didirikan pada 14 Juli 1962 dengan ketua kelompok kebudayaan Ali Nur Sotya Nugraha.

Pendopo Dalem Pujokusuman saat ini hanya digunakan untuk kegiatan tari. Sebelum terjadi gempa tahun 2006 silam, dalam sepekan rutin tiga kali diadakan kegiatan pentas seni tari untuk menyambut turis-turis asing.

"Jadi dulu sebelum 2006 peristiwa gempa itu, kita ada kegiatan pentas untuk menyambut turis-turis asing, 3 kali seminggu. Akhirnya 2 kali seminggu. Nah ini sekarang mau seperti itu lagi tapi setelah kita hitung-hitung banyak biayanya. Jadi belum," jelas Rama Titih.

Anakk-anak mengikuti latihan tari klasik di pendopo Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023).Anak-anak mengikuti latihan tari klasik di pendopo Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023). Foto: Iis Sulistiani/detikJogja

Kegiatan latihan tari dilakukan setiap sore. Pantauan detikJogja pada Kamis (7/9), terlihat anak-anak mengikuti latihan tari klasik.

Dalem Pujokusuman dulunya merupakan rumah GBPH Pujokusumo, putra Sultan Hamengku Buwono VIII. Dahulu, dalem ini ditempati oleh KRT Danudiningrat, menantu Sultan Hamengku Buwono VII. Sekarang dalem tersebut ditempati oleh cucu Sultan Hamengku Buwono VIII.

Pantauan detikJogja, Kamis (7/9), bangunan di dalam Dalem Pujokusuman masih terlihat kokoh. Terdapat beberapa hiasan dan perabot klasik yang terpajang.

Selain itu, terdapat pendopo yang cukup luas di dalam Dalem Pujokusuman, lengkap dengan alat musik gamelan. Pendopo tersebut digunakan untuk sanggar tari.

Selengkapnya di halaman selanjutnya

Dibuka Kafe Klasik-Modern

Di depan pendopo terdapat kafe dengan nuansa klasik, yaitu kafe de Ngokow. Kafe tersebut menempel langsung dengan Dalem Pujokusuman. Kafe ini merupakan bentuk usaha waralaba atau franchise di mana salah satu pemiliknya merupakan cucu dari Sultan HB VIII, Rama Titih.

Cafe de Ngokow di Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023).Kafe de Ngokow di Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023). Foto: Iis Sulistiani/detikJogja

"Sebetulnya ini franchise, owner ini ada beberapa orang, salah satunya cucu sultan HB VIII, Rama Titih atau KRT Jatihadiningrat," ungkap Hadi selaku CEO de Ngokow saat ditemui tim detikJogja, Kamis (7/9).

Cafe de Ngokow di Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023).Kafe de Ngokow di Dalem Pujokusuman, Jogja. Foto diunggah pada Kamis (14/9/2023). Foto: Iis Sulistiani/detikJogja

Kafe de Ngokow mengusung konsep homie yang memberikan nuansa klasik dengan beberapa meja kursi kuno. Kafe ini juga dilengkapi dengan barang-barang jadul seperti sepeda ontel dan mesin ketik. Kafe de Ngokow juga menyediakan beberapa jajanan jadul yang jarang ditemui, seperti cokelat yosan.

"Jadi tujuan saya di situ, meng-combine antara klasik dengan modern. Dan mungkin tidak ada yang lain, bisa sambil lihat latihan pentas tari. Kelebihannya di situ," imbuh Rama Titih.

Artikel ini ditulis oleh Iis Sulistiani dan Fiesta Inka Purwoko peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(rih/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads