Cerita Pedagang Malioboro Hilang Omzet di Balik Perayaan HUT Kota Jogja

Terpopuler Sepekan

Cerita Pedagang Malioboro Hilang Omzet di Balik Perayaan HUT Kota Jogja

Tim detikJogja - detikJogja
Sabtu, 11 Okt 2025 11:51 WIB
Suasana Kawasan Malioboro, Kota Jogja saat uji coba penerapan bebas kendaraan, Selasa (7/10/2025).
Suasana Kawasan Malioboro, Kota Jogja saat uji coba penerapan bebas kendaraan, Selasa (7/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Jogja -

Sebagian pedagang di Malioboro mengaku sepi pembeli saat uji coba full pedestrian dilakukan pada Selasa (7/10) lalu. Dosen Program Studi Manajemen Kebijakan Publik UGM menyebut uji coba itu tak efektif. Pemda DIY dan Pemkot Jogja pun buka suara.

Pedagang Sambat Sepi

Pantauan detikJogja di Malioboro, Selasa (7/10/2025) pukul 18.10 WIB, saat itu banyak pengunjung datang namun tak sepadat biasanya. Tak ada kendaraan yang melintas selain bus Trans Jogja.

Beberapa toko dan warung di Malioboro saat itu tampak sepi. Di beberapa toko dan warung makan hanya terlihat beberapa orang saja. Ada pula warung yang terlihat melompong tanpa pembeli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cukup berdampak, di kami anjlok (penjualan). Faktornya banyak, salah satunya karena akses jalan banyak ditutup. Ini parah sekali sih menurut saya. Minimal hari biasa pemasukan seimbang tapi ini menurun drastis," kata Agung penjaga toko aksesoris di Malioboro, Selasa (7/10/2025).

Agung membuka tokonya dari pagi. Hingga sore itu hanya ada empat pembeli di tokonya.

ADVERTISEMENT
Suasana Kawasan Malioboro, Kota Jogja saat uji coba penerapan bebas kendaraan, Selasa (7/10/2025).Suasana Kawasan Malioboro, Kota Jogja saat uji coba penerapan bebas kendaraan, Selasa (7/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja

"Malioboro kalau ditutup gini ya susah. 90 persen ya penurunan, mungkin lebih. Satu sampai dua orang pembeli tadi juga ngeluh sepi banget Malioboro," ujar warga Gondomanan Jogja itu.

Hal serupa juga dirasakan Mulyati, penjual bakso asal Wirobrajan, Jogja. Sejak siang hingga sore dagangannya masih banyak.

"Pembelinya agak berkurang, biasanya banyak yang mampir, tapi mungkin karena mobilitas yang kurang," ungkapnya.

"Malah enak yang seperti biasa, karena keluar masuk kendaraan mudah. Kalau gini jadi berdampak ke penjualan. Dari jam 11 siang sampai sekarang masih banyak. Bahkan, tadi ada warung mau buka terus pulang. Dekat-dekat sini juga banyak yang nggak jualan," sambungnya.

Pakar UGM Ungkap Penyebabnya

Dosen Program Studi Manajemen Kebijakan Publik Fisipol UGM, Dr Subarsono, menyebut uji coba Malioboro Jogja full pedestrian berdampak ke pedagang kaki lima (PKL) lantaran jumlah wisatawan menjadi berkurang.

"Saya bisa ambil kesimpulan di uji coba tersebut, yang pertama, pangsa Malioboro terutama PKL adalah wisatawan dari luar Jogja yang menggunakan akses bus pariwisata atau minibus," ujar Subarsono saat dihubungi detikJogja, Rabu (8/10/2025).

"Sehingga, ketika akses ke Malioboro itu dihentikan, maka wisatawan tidak berkunjung ke Malioboro. Kenapa? Karena lokasi parkir yang tersedia itu jauh dari Malioboro," lanjutnya.

Subarsono mengatakan, Malioboro yang bebas kendaraan membuat pengunjung enggan jalan kaki dari area parkir yang tersedia. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa banyak PKL yang mengeluhkan sepi pembeli.

"Termasuk juga dampak akses ke hotel sepanjang Malioboro. Ini juga menyulitkan wisatawan masuk hotel. Karena itu tadi yang saya katakan, tempat parkirnya terlalu jauh," katanya.

"Beberapa tempat parkir yang tersedia kalau kita lihat di barat ada Ngabean, terus di selatan itu di timur Bank Indonesia (BI). Ini kan cukup jauh," jelasnya.

Subarsono menyarankan Pemerintah Kota memberlakukan half pedestrian. Yaitu dengan mengizinkan beberapa kendaraan wisata untuk masuk area Malioboro.

"Kalau dilihat data empiris kemarin, menurut saya tidak efektif kalau mau full pedestrian. Yang saya sarankan adalah half atau separuh," katanya.

"Jadi, biarkan bus pariwisata mengantar wisatawan berhenti di Malioboro untuk menurunkan penumpang, asal ada area. Kemudian pada jam tertentu, bus wisata itu kembali menjemput wisatawan." ungkapnya.

Subarsono bilang, jika memang menginginkan kawasan full pedestrian, maka harus dibangun area parkir yang luas dan dekat dengan Kawasan Malioboro.

"Itu tadi kalau half ya, kalau mau benar-benar full, ya lahan parkir harus dibangun di utara Malioboro. Dan itu untuk jangka menengah dan panjang," ucapnya.

"Sebenarnya tata letak di Malioboro itu sudah cocok untuk pedestrian karena space-nya sudah luas. Tapi masalahnya kan datang dari luar, kendaraan mau diparkir di mana? Dan Pemkot biasanya kedodoran di dalam membuat lahan parkir itu," pungkasnya.

Respons Pemda DIY-Pemkot Jogja

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan keluhan pedagang itu masuk dalam poin evaluasi yang akan dibahas selanjutnya.

"Nggak apa-apa, kita kumpulin dulu hasil evaluasi, ini juga sudah ada tim yang membahas hasil evaluasi," ujar Dian saat ditemui di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Jumat (10/10/2025).

"Namanya juga uji coba ya, ada bagus ada nggaknya, nggak masalah menurut saya, yang penting masyarakat dikenalin dulu," sambungnya.

Terpisah, Wakil Wali Kota Jogja Wawan Harmawan menambahkan tak hanya soal keluhan pedagang-penarik becak yang masuk dalam evaluasi.

"Tentu masih banyak yang perlu ditata ulang, dievaluasi ulang. Semuanya, baik itu timming dan sebagainya kita evaluasi ulang. Masih ini kok, masih open, masih bisa didiskusikan, namanya juga baru trial sekali," ujarnya saat ditemui usai menghadiri acara di Kota Jogja, Kamis (9/10).

"Tapi tentu kami sangat memperhatikan suara-suara dari masyarakat, para pengusaha. Kesiapan untuk jadi full pedestrian juga tidak gampang, karena jalur sirip-sirip itu kan juga perlu kita siapkan rutenya," sambung Wawan.

Wawan juga mengonfimasi jika uji coba itu bukan yang terakhir. Pihaknya akan kembali melakukan uji coba dengan penyesuaian berdasarkan hasil evaluasi.

"Kita akan coba evaluasi terus, bulan depan kita coba lagi, kita coba lagi. Ini kita coba, oh dampaknya apa, gitu," ungkap Wawan.

"Tentu setelah hasil kemarin kita evaluasi dulu, kita benahi dulu apa, terus kita coba tes lagi. Jadi nggak terus, harus bulan depan (diujicoba lagi) tapi ndak ada evaluasi," imbuhnya.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads