Sejumlah pelajar difabel di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuat Wayang Suket dari anyaman rumput kering. Proses pembuatan Wayang Suket ini sekaligus melatih motorik para siswa.
Pembuatan Wayang Suket itu dilakukan oleh 20 pelajar dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Kulon Progo, di Panjatan, Kulon Progo. Dalam prosesnya, para pelajar didampingi Komunitas Wayang Suket Indonesia, sebuah komunitas berisi pelestari budaya yang fokus pada pengenalan dan pengembangan Wayang Suket.
Wayang Suket sendiri merupakan tiruan wayang asli, hanya saja terbuat dari rangkaian rumput kering. Wayang ini jadi salah satu warisan budaya khas Nusantara yang berasal dari pulau Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendiri Wayang Suket Indonesia, Gaga Rizky, mengatakan keterlibatan pelajar difabel Kulon Progo dalam pembuatan Wayang Suket merupakan bagian dari program bertajuk Dolan Sekolahan yang diinisiasi pihaknya. Program ini dimaksudkan untuk melatih pelajar sekaligus ajang pengenalan dan pelestarian Wayang Suket.
"Jadi program ini untuk mengenalkan sekaligus melestarikan Wayang Suket yang merupakan warisan budaya," ucap Gaga, saat ditemui di sela-sela pembuatan Wayang Suket, di SLB N 1 Panjatan, Kulon Progo, Kamis (4/9/2025).
Gaga menerangkan proses pembuatan Wayang Suket tergolong gampang-gampang susah. Tahap pertama yaitu mengumpulkan bahan berupa rumput mendong yang kemudian dikeringkan. Setelah kering, rumput tersebut dianyam perlahan mulai dari membentuk wajah, pundak, bahu hingga berwujud keseluruhan tubuh wayang yang diinginkan.
![]() |
Proses pembuatan Wayang Suket ini memerlukan keterampilan, ketelitian dan kesabaran ekstra. Meski awalnya cukup kesusahan, para pelajar difabel yang mayoritas adalah tunagrahita nyatanya tetap berhasil menciptakan Wayang Suket karya mereka sendiri.
"Untuk mengajari mereka (pelajar difabel) kami sudah melakukan riset dulu, termasuk belajar metode pendampingan yang benar, hingga akhirnya pelajar berhasil menciptakan Wayang Suket sendiri," ujar Gaga.
![]() |
Gaga mengatakan pembuatan Wayang Suket bisa jadi media pembelajaran siswa di setiap SLB. Dengan cara ini, siswa dapat belajar fokus, mengasah keterampilan dan kreativitas mereka. Oleh karena itu, hasil dari pendampingan ini bakal jadi bahan evaluasi bagi setiap guru atau tenaga pendidik khususnya yang bekerja di SLB.
"Nantinya ini jadi bahan evaluasi bagi para pengajar untuk bisa diterapkan di sekolah khususnya SLB," ucapnya.
Sementara itu Guru SLB N 1 Kulon Progo, Yustina, menyebut pembelajaran dan praktik soal Wayang Kulit jadi hal baru baik itu oleh siswa maupun para guru. Dengan cara ini, Yustina yakin siswa jadi bisa lebih berkonsentrasi dan fokus saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas.
"Siswa jadi bisa fokus, dan juga dapat melatih motorik siswa agar lebih responsif dan baik ke depannya," ujar Yustina.
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan