Prosesi penutupan Hajad Dalem Sekaten memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW yakni Garebeg Mulud selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Apalagi di tahun ini, ada satu gunungan yang hanya keluar delapan tahun sekali yakni Gunungan Bromo.
Rangkaian acara dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ini digelar mulai Jumat (29/8) atau 5 Mulud Dal 1959 hingga Jumat (5/9) atau 12 Mulud Dal 1959 (12 Rabiulawal 1447 H). Dari rangkaian Hajad Dalem Sekaten yang paling ditunggu biasanya saat Garebeg, karena ada momen merayah gunungan.
Pada Garebeg Mulud Dal 1959, terdapat enam jenis gunungan yang akan dikeluarkan, yakni Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Bromo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gunungan Bromo menjadi gunungan spesial karena hanya keluar saat tahun Dal atau 8 tahun sekali. Usai didoakan di Masjid Gedhe Keraton Jogja, Pareden Gunungan Brama secara khusus diperuntukkan untuk Raja Keraton, keluarga, dan Sentana Dalem.
"Nah, ini ada yang berbeda dari Grebeg Mulud yang lain karena adanya Gunungan Bromo, yaitu semacam gunungan seperti Gunungan Estri. Namun di dalam atau di dasar gunungan itu nanti ada perapian yang nanti akan mengeluarkan asap dari tengah gunungan itu sendiri," jelas Koordinator Rangkaian Prosesi Garebeg Mulud Dal 1959, KRT Kusumonegoro di Masjid Gedhe, Kamis (4/9) malam.
![]() |
Wujud Gunungan Brama mirip Gunungan Estri. Bentuknya silinder tegak dengan bagian tengah sedikit mengecil. Rangkanya terbuat dari bambu dan badannya ditutup dengan pelepah pisang.
Bagian puncak Gunungan Bromo memiliki lubang untuk menempatkan anglo, tungku kecil dari tanah liat. Anglo yang diisi arang membara digunakan untuk membakar kemenyan, sehingga terus-menerus mengepulkan asap.
"Itu tidak dibagikan kepada masyarakat tetapi hanya didoakan oleh Kiai Penghulu di halaman masjid, dan kemudian kembali ke keraton dan dibagikan oleh Ngarsa Dalem ataupun oleh para kerabat putri Dalem kepada abdi Dalem yang ada di sana," jelas Kanjeng Kusumo.
![]() |
Adapun gunungan yang dirayah atau dibagikan oleh masyarakat yakni gunungan Jaler dan Estri. Salah satu wisatawan asal Madura, Caca menjadi satu wisatawan yang beruntung mendapat bagian dari gunungan.
"Alhamdulillah seneng banget, ini sengaja ke Jogja untuk liburan dan melihat ini. Mau saya simpan buat jimat," ungkap Caca.
Wisatawan lainnya asal Jakarta, Artiningsih, mengatakan ia dan rekannya bahkan harus berupaya lebih untuk bisa menyaksikan prosesi ini. Ia juga mengaku beruntung bisa ikut mendapat bagian rayahan gunungan.
"Seneng, seneng banget. Sampai manjat manjat tadi buat nonton, terus pintu dibuka langsung lari," terangnya.
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan