Warga sekitar SPBU 44.552.14 Gedong Tengen, Pringgokusuman, Kota Jogja, mengaku trauma imbas ledakan yang terjadi pada Selasa (27/5) lalu. Mereka, menolak SPBU yang masih tutup itu beroperasi kembali.
Seperti diketahui ledakan dan kebakaran terjadi di SPBU Gedong Tengen pada Selasa (27/5). Akibatnya, sejumlah bangunan dekat SPBU itu terdampak. Sedikitnya, delapan orang mengalami luka.
Sebulan berlalu, warga kemudian menyatakan sikap menolak SPBU itu beroperasi kembali. Warga, memasangi area sekitar SPBU itu dengan spanduk penolakan pada Senin (30/6).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Trauma
Salah satu warga RW 9, Miskiyah mengenang ngerinya ledakan SPBU bulan lalu itu. Dia khawatir kejadian sama akan kembali terulang.
"(Waktu ledakan) Saya sedang masak, kebetulan kompornya di bawah, itu kompornya sampai lompat, pas lagi goreng alhamdulillah isinya nggak tumpah, kalau tumpah bisa kebakaran itu," paparnya di Pringgokusuman, Kota Jogja, Senin (30/6/2025).
![]() |
Warga lain, menurut Miskiyah, juga mengaku khawatir kejadian serupa terjadi lagi jika SPBU beroperasi kembali.
"Kami sebagai warga sangat khawatir, karena ledakan menimbulkan dampak yang bener-bener membahayakan," tegas Miskiyah.
"Dari kejadian itu trauma warga ndak bisa hilang, sehingga lebih baik menolak beroperasi, alasan apapun, karena kita nggak bisa mengawasi kinerja mereka. Dari kejadian itu kan berarti ada keteledoran to," jelasnya.
Ketua RW 9, Heri Santosa, mengatakan warga menolak SPBU itu dibuka kembali karena trauma. Dia menyebut ledakan SPBU itu sangat besar. Sejumlah kerusakan rumah warga dan fasilitas umum menurutnya cukup menggambarkan dahsyatnya ledakan saat itu.
"Ledakannya itu sangat luar biasa, itu sampai utara stasiun (Tugu Jogja) terasa itu. Warga kan trauma to, dan rumah sekitar juga banyak yang rusak. Termasuk SD Gedong Tengen, hotel depannya itu juga," jelasnya saat ditemui di kediamannya.
![]() |
Warga Sepakat Tolak SPBU Gedong Tengen
Pemasangan spanduk ini, kata Heri, menjadi upaya warga untuk menolak SPBU Gedong Tengen beroperasi kembali. Para warga sepakat menolak usai mengadakan pertemuan.
"Pemasangan (spanduk) hari Sabtu (28/6), (pakai dana) dari warga urunan. Iya (hasil dari rembukan)," jelas Heri.
"Kalau yang KK sini ada 100 lebih, tapi kalau yang domisili sini, yang kelihatan itu sekitar 50-an KK, yang tanda tangan (penolakan) itu sekitar 40-an warga," sambungnya.
Sudah 3 Kali Ledakan
Heri Santosa, juga menyebut sudah ada tiga kali ledakan yang terjadi di SPBU itu. Semuanya terjadi di tahun 2025.
"Sudah ada 3 kali ledakan, belum lama juga, (ledakan pertama) ya di 2025 juga. Yang kedua tanggal 6 Mei 2025, ketiga ya itu 27 Mei 2025," jelas Heri saat dihubungi, Rabu (2/7/2025).
"Kalau rusak hanya hartanya bisa dikompensasi ya. Tapi kalau menimbulkan korban jiwa kan nggak bisa, walaupun ada asuransi, misal meninggal karena kebakaran apa mau," sambungnya.
Selain itu, kata Heri, keberadaan SPBU itu di wilayahnya yang notebene padat penduduk itu juga menimbulkan dampak pada pencemaran air sumur di pemukiman.
"Sebelumnya juga ada warga yang komplain pencemaran air tanah sumurnya, bau minyak. Itu di sekitar SPBU," terang Heri.
Respons Pertamina di halaman selanjutnya...
Simak Video "Hari Lingkungan Hidup 2025: Pertamina Tampilkan Teknologi Ramah LingkunganΒ dariΒ Desa"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Birdha Diduga Aniaya Driver di Godean Ternyata Bukan Mas-mas Pelayaran
1 Warga Lempuyangan Bertahan Bakal Gugat PT KAI soal Status Aset Tanah
Forum Ojol Yogyakarta Buka Suara soal Ricuh Massa Driver di Godean