Warga sekitar SPBU 44.552.14 Gedong Tengen, Pringgokusuman, Kota Jogja, menolak SPBU itu beroperasi kembali karena ledakan yang terjadi Selasa (27/5) lalu. Pertamina Patra Niaga pun angkat bicara mengenai penolakan ini.
Area Manager Comm, Rel, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan, menegaskan jika di SPBU Gedong Tengan bukan membangun baru, tapi hanya perbaikan. Maka, sudah ada dokumen yang dikantongi oleh pihak SPBU.
"Sebetulnya silakan warga itu menyatakan haknya, tapi bisa dikomunikasikan dengan SPBU langsung. Tapi kita juga jadinya flashback saat pembangunan SPBU itu," jelasnya saat dihubungi, Senin (30/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kan sudah tidak bisa diusik lagi karena SPBU itu akta pendiriannya sudah ada, dan pada saat dokumen amdalnya disetujui dan ditandatangani oleh warga sekitar. Iki kan bukan mendirikan baru ya," sambung Taufiq.
Menanggapi penolakan warga itu, dijelaskan Taufiq, ada beberapa alasan SPBU Gedong Tengen untuk tetap beroperasi. Salah satunya yakni posisi SPBU yang vital karena menjadi SPBU yang paling dekat dengan Malioboro dan Stasiun Tugu Jogja.
"Pertama, mohon dipahami bersama oleh masyarakat bahwa ini musibah. Kedua, proses pertanggungjawaban sudah ditunaikan, perbaikan sudah dilakukan di tujuh rumah yang sudah melaporkan ke SPBU. Perbaikan rumah ada yang memperbaiki sendiri ada yang, intinya kesepakatan antara SPBU dan pemilik rumah," ujarnya.
Pertamina Jamin Keamanan
Taufiq menjelaskan pihaknya telah menegaskan kepada pihak SPBU untuk melakukan upgrading fasilitas SPBU sesuai dengan prosedur keamanan. Selain itu juga dilakukan perbaikan sesuai dengan penyebab kebakaran.
"Yang pasti ada flash point, itu disebabkan adanya uap berlebih. Ya penyebab api kan ada oksigen ada uap gitu, maka terjadi percikan," papar Taufiq.
"(SPBU) Model lama kan kayak segitiga, posisi tangki, posisi pompa, dan posisi dispenser. Kalau model baru posisi tangki sama posisi pompa aja, nggak perlu tempat lain untuk rumah pompa," imbuhnya.
Taufiq bilang pihak SPBU saat ini tengah dalam proses pemenuhan upgrading fasilitas SPBU menjadi model baru. Mengingat SPBU Gedong Tengen masih menggunakan model lama.
Tak berhenti di situ, lanjutnya, setelah terpenuhi upgrading fasilitas itu pihaknya akan melakukan pengecekan sebelum memutuskan apakah SPBU Gedong Tengen layak beroperasi kembali.
"Dari Pertamina merekomendasikan kepada SPBU perbaikan sarana fasilitas, supaya tidak timbul kejadian serupa. Dan kami jamin SPBU mau mengikuti upgrading fasilitas ini," terang Taufiq.
"Kita termasuk menjamin ke masyarakat juga pas dibuka kembali nanti tidak perlu ada kekhawatiran lah. Kita jamin semua, dari sisi safety-nya aman baru dioperasionalkan, Kita juga nggak mau buka kalau dia tidak upgrading fasilitasnya," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, akibat ledakan dan kebakaran yang terjadi di SPBU 44.552.14, Selasa (27/5) lalu, warga sekitar kini menolak SPBU itu untuk beroperasi kembali. Trauma menjadi alasan penolakan itu.
Pantauan detikJogja siang ini, warga memasang spanduk besar bertuliskan tuntutan agar SPBU tak beroperasi kembali. Spanduk itu terpasang di tembok di sebelah utara SPBU. Ketua RW 9, Heri Santosa ledakan SPBU itu sangat besar hingga membuat trauma warga. Sejumlah kerusakan rumah warga dan fasilitas umum menurutnya cukup menggambarkan dahsyatnya ledakan saat itu.
"Ledakannya itu sangat luar biasa, itu sampai utara Stasiun (Tugu Jogja) terasa itu. Warga kan trauma to, dan rumah sekitar juga banyak yang rusak. Termasuk SD Gedong Tengen, hotel depannya itu juga," jelasnya saat ditemui di kediamannya, Pringgokusuman, Kota Jogja, Senin (30/6).
Pemasangan spanduk ini, kata Heri, menjadi upaya warga untuk menolak SPBU Gedong Tengen beroperasi kembali. Para warga sepakat menolak usai mengadakan pertemuan.
"Pemasangan (spanduk) hari Sabtu (28/6), (pakai dana) dari warga urunan. Iya (hasil dari rembukan)," jelas Heri.
"Kalau yang KK sini ada 100 lebih, tapi kalau yang domisili sini, yang kelihatan itu sekitar 50-an KK, yang tanda tangan (penolakan) itu sekitar 40-an warga," sambungnya.
Sementara, salah satu warga RW 9, Miskiyah mengenang ngerinya ledakan SPBU bulan lalu itu.
"(Waktu ledakan) saya sedang masak, kebetulan kompornya di bawah, itu kompornya sampai lompat, pas lagi goreng alhamdulillah isinya nggak tumpah, kalau tumpah bisa kebakaran itu," paparnya.
Warga pun, menurut Miskiyah, mengaku khawatir kejadian serupa bisa terjadi lagi jika SPBU beroperasi kembali. Kejadian ledakan bulan lalu itu cukup membuat warga trauma.
"Kami sebagai warga sangat khawatir, karena ledakan menimbulkan dampak yang bener-bener membahayakan," tegas Miskiyah.
"Dari kejadian itu trauma warga ndak bisa hilang, sehingga lebih baik menolak beroperasi, alasan apapun, karena kita nggak bisa mengawasi kinerja mereka. Dari kejadian itu kan berarti ada keteledoran to," pungkasnya.
(apl/dil)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan