Satu unit longboat yang ditumpangi tujuh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) terbalik di Perairan Pulau Wahr, Maluku Tenggara, Maluku, kemarin. Dalam insiden itu, perahu tersebut mengangkut belasan karung pasir yang akan digunakan para mahasiswa untuk program KKN.
Sekretaris Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Dr Djarot Heru Santoso menjelaskan para mahasiswa tersebut memiliki program pembangunan tempat sampah dan terumbu karang buatan. Untuk itu, mereka membutuhkan pasir dan harus mencari di pulau lain menggunakan longboat.
"Karena pasir itu harus mencari di pulau lain yang jaraknya sebenarnya 15 sampai 20 menit dari tempat tinggal adik-adik atau tempat pembangunan tempat sampah itu," ujar Djarot saat konpres di Ruang Fortakgama UGM, Rabu (2/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djarot bilang, longboat yang dipakai merupakan perahu yang biasa dipakai oleh penduduk setempat untuk mencari pasir. Perjalanan untuk mencari pasir itu pun dilakukan dua kali dengan trip pertama bisa berjalan lancar dan baru pada trip kedua perahu terbalik.
"Dan mereka kami tekankan bahwa di longboat itu ada 12 orang itu 5 penduduk lokal dan 7 mahasiswa UGM. Dan itu dua kali trip, satu trip pertama itu lancar, gak ada masalah. Kemudian yang trip kedua ini di longboat itu ada 16 karung pasir," ujarnya.
Dia mengatakan, pada perjalanan pertama, longboat membawa 35 karung pasir dan 5 orang. Sementara saat insiden terjadi, longboat mengangkut 16 karung pasir dan 12 orang yang terdiri dari 7 mahasiswa UGM dan 5 warga. Oleh karena itu, dia menegaskan longboat yang ditumpangi mahasiswa KKN tidak mengalami kelebihan muatan.
"Jadi kalau yang klarifikasi beredar, 16 karung pasir beserta 12 orang di dalamnya 5 penduduk setempat, 7 mahasiswa kita. Semuanya berjalan lancar dan itu dalam ukuran yang sangat wajar di sana. Tidak ada hal keberatan, misalnya beban berat pun tidak ada," tegasnya.
"Jangan dibayangkan karung pasirnya gede, karung pasirnya hanya seperempat bagor kalau di sini. Dan itu sudah sesuai ukuran sudah kami tanyakan ke masyarakat di sana sudah biasa seperti itu," imbuhnya.
Dia juga menyampaikan, bahwa kejadian tersebut memang di luar kendali manusia karena terdapat faktor alam.
"300 meter berjalan dari bibir pantai setelah mengambil mau pulang itu dengan 16 karung pasir 12 orang tadi, 300 meter tiba-tiba badai datang. Badainya pun cukup kencang, awalnya dari pagi tidak ada masalah badai. Badai itu hampir 2,5 meter ombak kemudian kapal terbalik," jelasnya.
Saat kapal terbalik, para korban kemudian berusaha berenang ke bibir pantai untuk menyelamatkan diri. Korban Septian Eka sempat berhasil sampai ke tepi pantai dan dilarikan ke rumah sakit. Akan tetapi nyawa korban tak terselamatkan, sementara Bagus yang sempat hilang, ditemukan pada malam harinya dalam kondisi meninggal dunia.
"Kemudian yang lain bisa diselamatkan, ada luka-luka yang tadi sudah disebutkan. Ada 3 orang yang masih dirawat, yang 2 sudah sehat, sudah baik," pungkasnya.
(afn/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi