Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Banyak umat Muslim menantikan datangnya Muharram karena berbagai keistimewaan bulan Muharram yang penuh berkah, keutamaan, dan pahala. Bukan hanya sebagai awal tahun hijriah, bulan ini juga memiliki tempat khusus dalam sejarah dan ajaran agama.
Tidak heran jika Muharram termasuk dalam empat bulan suci yang dijaga kehormatannya sejak zaman dahulu. Dalam bulan ini, amalan baik dilipatgandakan dan umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah.
Lantas, apa saja yang membuat bulan Muharram ini begitu istimewa? Mari cari tahu jawaban selengkapnya di bawah ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keistimewaan Bulan Muharram
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriah. Bulan ini memiliki berbagai keistimewaan dalam ajaran Islam. Keutamaannya dijelaskan dalam hadits dan ayat Al-Quran yang sahih. Berikut penjelasannya yang dihimpun dari buku Apakah Amalan Kita Diterima Allah Swt? oleh Alexander Zulkarnaen serta Kalender Ibadah Sepanjang Tahun oleh Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid.
1. Muharram Termasuk Empat Bulan Suci
Bulan Muharram termasuk dalam empat bulan suci dalam Islam. Bulan-bulan ini disebut sebagai Asyhurul Hurum. Dalam bulan-bulan ini umat Islam dilarang berbuat dzalim atau melanggar perintah Allah. Penjelasan tentang hal ini disebutkan dalam Al-Quran:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu" (QS At-Taubah ayat 36)
Empat bulan suci itu adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Penjelasan ini juga disebutkan dalam hadits dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu:
"Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan. Darinya ada empat bulan haram. Tiga di antaranya adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang terdapat di antara Jumadil Tsani dan Syaban." (HR Bukhari dan Muslim)
Pada bulan-bulan ini masyarakat Arab di zaman dahulu dilarang untuk berperang. Ini menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Karena itu pula Muharram dijuluki Syahrullah al-Asham yang berarti bulan Allah yang sunyi.
2. Muharram Adalah Bulan Allah
Bulan Muharram disebut oleh Nabi Muhammad SAW sebagai bulan Allah. Ini menunjukkan keistimewaan bulan tersebut di sisi Allah. Penjelasan ini disebutkan dalam hadits shahih:
"Puasa yang paling afdal setelah puasa Ramadan adalah puasa pada Syahrullah Al Muharram." (HR Muslim)
Penisbatan bulan ini kepada Allah adalah bentuk pemuliaan. Sebab Allah tidak menyandarkan nama-Nya kepada sesuatu kecuali karena kemuliaan dan keistimewaan. Seperti sebutan Baitullah untuk Ka'bah dan Habibullah untuk Nabi Muhammad SAW.
Al Hafizh Abul Fadhl Al Iraqiy menyebutkan dalam Syarah Tirmidzi bahwa penyandaran nama Allah pada bulan ini adalah karena keutamaan dan kesuciannya. Pada bulan ini diharamkan pembunuhan. Bulan ini juga adalah bulan pertama dalam setahun. Nabi SAW tidak pernah menyandarkan bulan lain kepada Allah selain bulan Muharram.
3. Terdapat Hari Asyura di Bulan Muharram
Di dalam bulan Muharram terdapat satu hari istimewa yaitu hari Asyura. Asyura berasal dari kata Al-Asyirah yang berarti hari kesepuluh. Hari ini menjadi salah satu dari sepuluh hari mulia dalam setahun. Sepuluh hari pertama Muharram dimuliakan karena adanya hari Asyura. Sepuluh hari terakhir Ramadhan dimuliakan karena adanya Lailatul Qadar. Sepuluh hari pertama Dzulhijjah dimuliakan karena adanya hari Arafah.
Hari Asyura sangat dimuliakan oleh umat beragama. Umat Yahudi merayakannya dengan berpuasa sebagai bentuk syukur atas keselamatan Nabi Musa AS dari Fir'aun. Umat Islam pun diperintahkan untuk berpuasa pada hari ini. Hal ini disebutkan dalam hadits dari Ibnu Abbas:
"Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau bertanya, 'Hari apa ini?' Mereka menjawab, 'Hari yang baik. Hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya. Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah.' Akhirnya Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Kami kaum muslimin lebih layak menghormati Musa daripada kalian.' Kemudian Nabi Muhammad SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa." (HR Muslim)
Puasa Asyura menunjukkan bahwa Islam menghormati peristiwa penyelamatan itu sebagai bagian dari sejarah kenabian yang mulia. Oleh karena itu, hari Asyura adalah salah satu alasan utama Muharram menjadi bulan yang istimewa.
Larangan di Bulan Muharram
Selain memiliki keistimewaan seperti yang telah dijelaskan di atas, pada bulan Muharram juga terdapat sejumlah larangan yang berlaku bagi umat Islam.
1. Larangan Berperang dan Membunuh
Salah satu larangan utama pada bulan Muharram adalah berperang atau membunuh. Muharram termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam diperintahkan untuk menjauhi segala bentuk pertumpahan darah. Larangan ini disebutkan dalam firman Allah:
"Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, 'Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar.'" (QS Al-Baqarah: 217)
Dalam buku Ayatul Ahkam karya Dr. Ahmad Sholihin Siregar, MA, dijelaskan bahwa ayat ini menegaskan haramnya berperang dan membunuh dalam bulan-bulan suci, termasuk Muharram. Larangan tersebut dianggap sebagai bagian dari penghormatan terhadap kesucian waktu yang ditetapkan oleh Allah.
Namun, dalam pandangan jumhur ulama, larangan ini telah dinasakh atau dihapus hukumnya. Hal ini dijelaskan dalam buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan oleh Abu Marsyam Kautsar Amru. Sebagai bukti, Rasulullah SAW pernah berperang dalam bulan Dzulqa'dah pada Perang Hunain. Meski hukum larangannya dinasakh, kemuliaan bulan Muharram tetap terjaga dan dihormati.
Allah SWT berfirman tentang diperbolehkannya kembali berperang setelah berakhirnya bulan haram:
"Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS At-Taubah: 5)
2. Larangan Berbuat Maksiat dan Menganiaya Diri
Pada bulan Muharram, umat Islam juga dilarang berbuat maksiat atau menzalimi diri sendiri. Larangan ini berakar dari kesucian bulan tersebut sebagai salah satu dari empat bulan haram. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa." (QS At-Taubah: 36)
Dalam buku Memburu Syurga di Bulan Istimewa oleh Miftah Fauzi dijelaskan bahwa dosa pada bulan haram, termasuk Muharram, dihitung lebih berat dibandingkan bulan lainnya. Ini karena bulan-bulan tersebut disucikan oleh Allah, dan pelanggaran yang terjadi di dalamnya berarti juga mencederai kehormatan waktu yang dimuliakan.
Ulama juga berpendapat bahwa pelanggaran pada bulan haram dapat menyebabkan sanksi lebih berat, seperti pemberatan hukuman diyat. Perbuatan dosa di bulan haram disamakan dengan berbuat dosa di tanah suci Makkah. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
"Dan siapa yang dimaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya Kami akan rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih." (QS Al-Hajj: 25)
3. Larangan Melakukan Bidah
Larangan lainnya di bulan Muharram adalah melakukan amalan bidah yang tidak bersumber dari Al-Quran maupun sunnah. Salah satu bentuk bidah yang terjadi adalah peringatan Hari Karbala dengan menyakiti diri. Perbuatan ini tidak memiliki dasar dalam ajaran Rasulullah SAW.
Dalam buku 1500++ Hadis & Sunah Pilihan karya Syamsul Rizal Hamid, dijelaskan bahwa bidah adalah perkara baru yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bidah disebut juga muhdatsatul umuur, yaitu amalan yang diada-adakan dalam agama.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur'an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Dan, sejelek-jelek urusan adalah urusan baru dan setiap urusan baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka." (HR Ahmad, Muslim, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah)
Berdasarkan keterangan dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia, setiap bidah yang dilakukan atas nama agama tanpa dalil yang sah dianggap sesat dan bertentangan dengan syariat.
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai keistimewaan bulan Muharram, beserta dalil naqlinya. Semoga bermanfaat!
(par/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Ponsel Diplomat Kemlu yang Tewas Misterius Ternyata Hilang