Fakta-fakta 20 Orang Terciduk Daki Gunung Merapi Secara Ilegal

Round-Up

Fakta-fakta 20 Orang Terciduk Daki Gunung Merapi Secara Ilegal

Tim detikJogja - detikJogja
Selasa, 15 Apr 2025 06:00 WIB
Para pendaki ilegal di Merapi saat diamankan petugas TNGM dan kepolisian Selo, Boyolali, Minggu (13/4/2025)
Para pendaki ilegal di Merapi saat diamankan petugas TNGM dan kepolisian Selo, Boyolali, Minggu (13/4/2025) Foto: dok TNGM
Jogja -

Sebanyak 20 orang diamankan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) karena mendaki Merapi secara ilegal. Mereka mendaki melalui pintu pendakian Selo di Boyolali.

Para pendaki ilegal itu berkumpul pada Minggu (13/4) pukul 02.00 WIB dini hari di Cepogo, Boyolali. Mereka tertangkap basah usai petugas TNGM di Resor Pengelolaan TN Wilayah Selo mendapati 12 kendaraan roda dua di New Selo, Selo, Boyolali.

Para pendaki ilegal itu berasal dari berbagai wilayah, mulai Jogja hingga Lamongan, Jawa Timur. Berikut fakta-faktanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Bermula Postingan di TikTok

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Boyolali-Klaten, Ruky Umaya, menuturkan aksi puluhan orang itu berawal dari unggahan di TikTok, yang berlanjut open trip.

"Dari informasi sementara yang kami kumpulkan kemarin sore sampai dengan tadi pagi jam kurang lebih jam 4 terhadap 20 pendaki ilegal itu diawali dari media sosial TikTok dengan akun AldoGracia," ucap Ruky, Senin (14/4/2025).

ADVERTISEMENT

Postingan itu memancing 19 pendaki lainnya. Mereka yang tertarik dimasukkan ke grup WhatsApp untuk mendaki Gunung Merapi.

"Dari akun yang beredar tersebut itu memang memancing para pelaku pendaki ilegal lainnya yang kemarin naik 19 itu. Motifnya memang diawali dari akun yang memposting sebelumnya. Kemudian mereka berantai mendapatkan informasi tadi sampai juga dibuat WA grupnya," jelas dia.

2. Ada Peserta yang Setor Uang

Ruky mengungkapkan pendakian ilegal tersebut dikoordinasi oleh pemilik akun AldoGracia, seorang remaja asal Sragen, Jawa Tengah, berinisial AA (19). Terungkap juga selama pemeriksaan, ada peserta yang mengaku menyetor sejumlah uang.

"Ada satu orang yang menyatakan kalau dia akan membayar tapi uangnya belum diserahkan sebesar Rp 200 ribu, ada satu orang menyatakan akan membayar Rp 50 ribu untuk membayar transpor tapi masih kita dalami," ujarnya.

3. Sebagian Pendaki Ngaku Pamit Daki Gunung Andong ke Ortu

Ruky melanjutkan sebagian peserta pendakian ilegal berstatus pelajar. Ternyata mereka berbohong ke orang tua supaya diizinkan naik ke Merapi.

"Pamitnya ke Gunung Andong. Oh, ternyata naiknya yang Merapi, dan disampaikan Merapi tutup karena kondisi erupsi dan sebagainya," ucap dia.

Selain itu, lanjut Ruky, peserta pendakian juga terorganisir. Awalnya, petugas pada Minggu dini hari melihat ada mobil naik ke New Selo.

Saat diklarifikasi, rombongan tersebut benar wisatawan. Namun, petugas lantas menemukan ada 12 sepeda motor terparkir di kawasan New Selo.

"Jam 05.00 WIB dijumpai 12 sepeda motor di parkiran New Selo. Indikasi (pendakian ilegal) sangat kuat pagi-pagi tidak ada wisatawan ada sepeda motor," ujarnya.

Berdasar temuan itu, Balai TNGM kemudian berkoordinasi dengan pihak kepolisian, dan TNI untuk menyisir kawasan. Baru pada sekitar pukul 16.00 WIB, bertahap para pendaki ilegal diamankan.

"Kita mintakan keterangan, identitas, dan alat komunikasi dan betul ditemukan mereka sampai Pasar Bubrah. Kemudian dari penggalian informasi mereka terkoordinir, dan dari yang mengkoordinir membagikan alat komunikasi HT kecil untuk para pesertanya," ujarnya.

4. Kaget Saat Turun

Kepala Balai TNGM, M Wahyudi, saat dihubungi Minggu (13/4) berujar petugas TNGM mengamankan motor itu dan menunggu pemiliknya turun.

"Mereka kaget dan tidak menyangka ketika turun dari atas, sudah ditunggu petugas. Kendaraan mereka sudah diamankan lebih dulu," paparnya.

Para pendaki itu berasal dari berbagai daerah dan rentang usia. Disebutkan mereka mendaki Gunung Merapi yang saat ini masih ditutup pada pukul 02.00 WIB untuk menghindari pengawasan masyarakat dan petugas TNGM.

"Sementara dari kartu pengenal diketahui ada yang berasal dari Sragen, Solo, Klaten dan DIY. Ada yang masih pelajar SMA kelas 3, ada yang mahasiswa, ada juga yang sudah bekerja. Mungkin mereka saling komunikasi dan sudah janjian sebelumnya," kata dia.




(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads