Fakta-fakta Demo Pedagang Eks TM2 yang Sempat Diwarnai Ketegangan

Round-Up

Fakta-fakta Demo Pedagang Eks TM2 yang Sempat Diwarnai Ketegangan

Tim detikJogja - detikJogja
Sabtu, 08 Feb 2025 07:07 WIB
Massa demo pedagang eks Teras Malioboro 2 (TM2) di Gedung DPRD DIY, Jalan Malioboro, Kota Jogja, Jumat (7/2/2025) malam.
Massa demo pedagang eks Teras Malioboro 2 (TM2) di Gedung DPRD DIY, Jalan Malioboro, Kota Jogja, Jumat (7/2/2025) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Joga -

Massa pedagang eks Teras Malioboro (TM2) menggelar demo di Jalan Malioboro, Kota Jogja, siang kemarin. Ketegangan sempat terjadi saat massa diserang oleh kelompok tak dikenal.

Massa mulai memadati depan gedung DPRD DIY (Daerag Istimewa Yogyakarta) di Jalan Malioboro pukul 14.30 WIB. Massa kemudian menggelar orasi hingga menutup sebagian badan jalan.

Dirangkum detikJogja, berikut fakta-fakta unjuk rasa pedagang TM2 yang kemudian selesai pada Jumat (7/2) petang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Sempat Tutup Jalan Malioboro

Sekitar satu jam berorasi, massa menerima informasi tidak ada anggotan dewan yang bakal menemui mereka. Massa pun marah, dan memblokir Jalan Malioboro.

Kendaraan yang melintas pun diberhentikan tepat di depan gedung DPRD DIY. Petugas kepolisian kemudian bergerak cepat dengan mengarahkan kendaraan ke barat atau Jalan Sosrowijayan.

ADVERTISEMENT

Beberapa kendaraan pun terpaksa harus putar balik atau mundur untuk dialihkan ke Jalan Sosrowijayan.

Koordinator massa, Supriyati, menyatakan aksi penutupan jalan dilakukan karena tidak adanya anggotan DPRD DIY yang berniat menemui mereka. Selain itu, tidak ada kejelasan juga kapan massa diperbolehkan beraudiensi.

"Kami hanya diombang-ambingkan, baru tadi jam 11-an dapat info bahwa tidak bisa ditemui karena jadwal penuh tapi tidak dijelaskan kapan akan diterima, kita lihat DPRD tidak serius menyelesaikan masalah ini," jelas Supriyati di sela aksi.

Upi, sapaannya, menjelaskan kembalinya para pedagang untuk turun ke jalan akibat semenjak relokasi Januari lalu sebagian pedagang belum laku dagangannya. Ia pun menyampaikan tuntutan para pedagang.

"Sebagian besar dari kami bahkan ada yang belum laku dagangannya, dari buka sampai sekarang, iya Rp 0," tegas Upi.

"Menuntut transparansi relokasi dan partisipatif dan jaminan hidup. Kalau memang pemerintah tidak bisa menyediakan anggaran, atau tidak uang, beri kami waktu dan ruang untuk berjualan di selasar, kami mencari jaminan hidup sendiri. Misalkan dalam 2-3 jam kami bisa berjualan di selasar itu win win solution," pungkasnya.

Massa pedagang eks Teras Malioboro 2 (TM2) di gedung DPRD DIY, Jalan Malioboro, Kota Jogja, Jumat (7/2/2025).Massa pedagang eks Teras Malioboro 2 (TM2) di gedung DPRD DIY, Jalan Malioboro, Kota Jogja, Jumat (7/2/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

2. Paksa Jualan di Jalan-Bersitegang dengan Aparat

Ketegangan sempat terjadi antara pedagang dengan aparat dari Satpol PP dan kepolisian yang berjaga. Pasalnya, massa memaksa berjualan di pedestrian Jalan Malioboro.

Dalam pantauan detikJogja, sejumlah pedagang ada yang menggelar lapak di pedestrian. Sontak, aparat merespons dengan berusaha menghalau.

Karena dihalau oleh personel keamanan, massa pedagang melakukan protes keras.

Aksi saling berargumen dengan nada keras antara Satpol PP dan para pedagang yang didominasi ibu-ibu itu pun tak bisa dihindari. Nada-nada keras terus dilontarkan para pedagang beberapa saat sebelum berhasil diredam.

Kepala Satpol PP Kota Jogja, Octo Noor Arafat, menjelaskan kronologi ketegangan antara aparat dan para pedagang Teras Malioboro 2.

"Mereka tetap memaksa mau berdagang di selasar lagi. Sesuai ketentuan Perda Kota Jogja dan Keputusan Wali Kota kan ini memang kawasan larangan untuk berjualan dan PKL," jelas Octo saat ditemui wartawan di sela aksi.

"Kami melokalisir dan meminta mereka untuk tidak berjualan, dan mereka minta dasar hukumnya, ya kan dasar hukumnya sudah jelas," sambung Octo.

3. Diserang Kelompok Tak Dikenal

Sekelompok orang tak dikenal tiba-tiba menyerang massa pedagang Teras Malioboro 2 pada Jumat petang. Mereka bahkan melakukan penyerangan fisik.

Insiden berawal ketika massa tengah duduk di jalan raya. Sekitar pukul 18.30 WIB, tiba-tiba sekelompok orang datang dan menyerang dari arah selatan.

Mereka mengejar massa aksi sambil meneriakkan kata-kata kasar. Beberapa massa pedagang pria dikejar dan dipukul, sedangkan massa ibu-ibu lari menjauh. Aparat keamanan pun kewalahan menghalau serangan ini.

Kemudian massa pedagang diarahkan masuk ke lingkungan DPRD DIY dengan beberapa orang telah diamankan aparat. Gerbang pun dijaga ketat aparat.

Kelompok penyerang berusaha merangsek masuk lewat Jalan Perwakilan. Bahkan, mereka melontarkan ancaman ke pedagang.

"Rak iso metu koe! (Tidak akan bisa keluar kamu!)," teriak salah satu orang dari rombongan penyerang.

Ketegangan antara pedagang eks Teras Malioboro 2 dengan aparat keamanan di selasar Jalan Malioboro, Jumat (7/2/2025) sore.Ketegangan antara pedagang eks Teras Malioboro 2 dengan aparat keamanan di selasar Jalan Malioboro, Jumat (7/2/2025) sore. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

4. Polisi Jelaskan Motif Penyerangan ke Massa Pedagang

Kapolresta Jogja, Kombes Aditya Surya Dharma, mengungkap motif kelompok tersebut menyerang para pedagang yang berunjuk rasa.

Aditya menerangkan, kelompok penyerang adalah para pelaku usaha sekitar seperti juru parkir hingga pengemudi becak. Mereka protes aksi massa demi yang memblokir Jalan Malioboro hingga mengganggu aktivitas para pelaku usaha di kawasan Malioboro.

"Tadi habis salat Magrib, kemudian ada pelaku usaha Malioboro yang merasa terganggu karena aksi ini yang menutup itu," jelas Aditya kepada wartawan di gedung DPRD DIY, Jumat (7/2/2025) malam.

"Para pelaku usaha tersebut protes, kenapa aksi para pedagang tersebut malah mengganggu mencari rezeki," sambung Aditya.

Massa pedagang dan pelaku usaha itu pun sempat terlibat keributan. Aparat yang berjaga di lokasi kemudian melerai kedua belah pihak.

"Hingga terjadi sedikit adu mulut, kemudian ada sedikit keributan. Bisa kita lerai, kita pisahkan. Kemudian teman teman yang orasi kita masukkan DPRD," papar Aditya.

"Baru kita cek (apakah ada korban kekerasan), makanya kami imbau bagi yang menerima kekerasan segera melaporkan, didukung bukti yang ada, pasti kami usut," tegasnya.

5. Massa Bubarkan Diri Usai Sampaikan Pernyataan Sikap

Demonstran pada akhirnya membubarkan diri Jumat malam. Sebelum bubar, terlebih dahulu mereka menyampaikan pernyataan sikap.

Salah satu hal yang digarisbawahi dalam pernyataan sikap ini adalah pengecaman terhadap penyerangan yang mereka alami petang tadi.

"Kami mengecam segala bentuk represivitas. Kami mengecam segala bentuk intimidasi dan kekerasan yang terjadi pada saat aksi massa hari ini," demikian isi pernyataan sikap yang dibacakan salah satu perwakilan massa pedagang.

Selain itu, mereka juga mengecam tindakan pasif dari DPRD DIY yang tidak menemui massa hari ini.

"Kami sampai hari ini mengecam tindakan pasif dari Pemda dan DPRD DIY yang selalu abai dan mengacuhkan setiap sikap dari PKL Malioboro," sambungnya.

Penyampaian pernyataan sikap ini dilanjutkan dengan pembacaan tuntutan para pedagang dalam aksinya hari ini. Mereka mengancam akan terus melakukan aksi jika tuntutannya tak dipenuhi.

"Kami dengan tegas sampai hari ini dan seterusnya akan menuntut, satu berikan jaminan hidup kepada PKL Malioboro di relokasi. Dua wujudkan transparansi relokasi PKL di Ketandan dan Beskalan," terang para pedagang.

"Serta wujudkan tata kota yang partisipatif dan demokratis, tolak warisan budaya yang menggusur rakyat!" tegasnya.

Usai membacakan pernyataan sikap, para pedagang kemudian membubarkan diri dengan tertib dan pengawalan dari aparat kepolisian. Kelompok penyerang pedagang pun sudah tak nampak di sekitar Gedung DPRD DIY.

Meski begitu, Kapolresta Jogja Kombes Aditya Surya Dharma tetap memastikan keamanan bagi para pedagang saat membubarkan diri dari gedung DPRD DIY malam ini.

"Untuk malam ini (Jumat) pasti akan kita kawal dari petugas kepolisian, kita pastikan mereka bisa pulang sampai rumah dengan selamat," kata Aditya.




(apu/apu)

Hide Ads