5 Teks Khutbah Jumat Januari 2025 Terbaru Dilengkapi dengan Doanya

5 Teks Khutbah Jumat Januari 2025 Terbaru Dilengkapi dengan Doanya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Kamis, 16 Jan 2025 20:00 WIB
Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi khutbah Jumat. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ori-artiste)
Jogja -

Tidak terasa, Jumat ketiga Januari 2025 akhirnya tiba. Pada hari yang mulia ini, umat Islam akan mengerjakan ibadah sholat Jumat dengan didahului mendengarkan khutbah dahulu. Oleh karena itu, di bawah ini ada rangkuman beberapa teks khutbah Jumat Januari 2025 terbaru dan doanya.

Berkaitan dengan khutbah Jumat, umat Islam diwajibkan mendengarkannya sebaik mungkin. Bahkan, detikers tidak diperkenankan untuk sekadar meminta teman yang bercakap-cakap di samping untuk diam.

Diambil dari buku Fikih Muyassar terjemahan Fathul Mujib, Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Jika kamu mengatakan 'diamlah' kepada temanmu ketika imam sedang berkhutbah, kamu telah berbuat laghwu (sia-sia)." (HR Bukhari no 394 dan Muslim no 851).

Sebagai bentuk ikhtiar agar saudara-saudara muslim kita tidak berbuat sia-sia, khatib bisa membawakan topik menarik dan segar saat khutbah Jumat. Dengan demikian, jemaah akan mendengarkan dan menyerap maknanya sebaik mungkin.

ADVERTISEMENT

Butuh teks khutbah Jumat yang segar dengan topik menarik? Simak 5 teks khutbah Jumat Januari 2025 terbaru plus dilengkapi dengan doanya di bawah ini. Pastikan untuk membacanya sampai tuntas, ya, detikers!

Kumpulan Contoh Teks Khutbah Jumat Terbaru Januari 2025

Teks Khutbah Jumat Januari 2025 #1: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan

(sumber: tulisan Sunnatullah dalam situs NU Online)

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Mari kita bersama awali khutbah Jumat pada siang hari ini dengan senantiasa melafalkan kalimat syukur alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga kita bisa menunaikan ibadah shalat Jumat yang mulia ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Semoga ibadah yang kita lakukan ini menjadi amal yang diterima oleh Allah dan menjadi bekal menuju akhirat kelak.

Shalawat dan salam mari senantiasa kita langitkan untuk nabi kita bersama, Nabi Muhammad saw, manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi, dan menjadi inspirasi terbaik pula dalam mendidik, membimbing, dan mengajarkan manusia dengan cara yang santun, penuh cinta dan kasih sayang, sehingga orang-orang yang hatinya keras menjadi lunak dan tertarik pada ajaran Islam.

Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib pada kesempatan shalat Jumat ini, untuk senantiasa mengingatkan dan mengajak semua jamaah meningkatkan iman dan takwa, yaitu hidup dengan menjunjung nilai-nilai kebaikan di mana pun dan kapan pun, serta tunduk patuh pada ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta meraih keridhaan dari-Nya, adalah melalui ilmu dan pendidikan. Pendidikan merupakan pilar utama dalam membentuk manusia yang beriman, berakhlakul karimah, dan bermanfaat bagi sesama. Pendidikan tidak hanya transfer ilmu pengetahuan saja, namun juga proses dalam membentuk karakter mulia dalam diri setiap manusia.

Dengan pendidikan yang baik, seseorang tidak hanya bisa meraih kesuksesan dalam urusan dunia, namun juga dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan akhirat kelak. Sebaliknya, tanpa pendidikan yang baik, manusia akan sulit membedakan antara yang benar dan salah. Tanpa pendidikan yang baik pula, manusia akan terjerumus dalam kehancuran moral dan spiritual, sehingga akan menjadi penyebab rusaknya negara dan bangsa, sehingga ia tidak akan meraih kesuksesan dunia dan akhirat.

Sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah, beliau mendidik para sahabat dengan fondasi yang tak ternilai harganya, penuh kelembutan, keteladanan, kasih sayang dan hikmah, baik untuk kemajuan dunia maupun keselamatan akhirat, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi terbaik yang pernah ada. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an:

هُوَ الََّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya, "Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS Al-Jumu'ah, [62]: 2).

Ayat di atas merupakan sebuah tahap yang dilakukan oleh Rasulullah dalam mendidik umat menuju kebaikan dan kebenaran. Tahapan-tahapan tersebut adalah dengan menyampaikan wahyu, kemudian penyucian jiwa dari kejelekan dan keburukan, kemudian setelah Masyarakat saat itu sudah memiliki jiwa yang bersih, Nabi mulai mendidik mereka dengan ilmu dan hikmah, sehingga keduanya tertanam dengan mudah di dalam hati mereka. Hal ini sebagaimana penjelasan Syekh Sayyid at-Thanthawi dalam kitab Tafsir al-Wasith, halaman 419, yaitu:

أَوَّلُ مَرَاحِلِ تَبْلِيغِ الرِّسَالَةِ، يَكُونُ بِتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ثَنَّى بِتَزْكِيَةِ النُّفُوسِ مِنَ الْأَرْجَاسِ، ثُمَّ ثَلَّثَ بِتَعْلِيمِ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ لِأَنَّهُمَا يَكُونَانِ بَعْدَ التَّبْلِيغِ وَالتَّزْكِيَةِ لِلنُّفُوسِ

Artinya, "Adapun langkah pertama dalam menyampaikan risalah adalah dengan membacakan Al-Qur'an, kemudian Allah menyusulinya dengan penyucian jiwa dari berbagai kotoran. Setelah itu, Allah mengakhiri dengan mengajarkan Al-Qur'an dan hikmah, karena keduanya hanya bisa sempurna setelah penyampaian risalah dan penyucian jiwa."

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Ayat kedua dalam surat Al-Jumu'ah di atas Allah tutup dengan firman "meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." Dengan kata lain, sebelum Rasulullah mendidik masyarakat melalui tiga tahap di atas, mereka benar-benar dalam keadaan sesat yang nyata. Dan tentu saja, kita semua tahu bahwa setelah Rasulullah mendidik dan membimbing mereka, tumbuhlah kemudian masyarakat yang religius, menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan kebaikan.

Rasulullah sebagai manusia terbaik yang Allah ciptakan juga diutus sebagai seorang pendidik, sebagaimana disebutkan dalam salah satu haditsnya, yang terekam dalam kitab Sunan Ibnu Majah, jilid I, halaman 111, Rasulullah saw bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا

Artinya, "Sesungguhnya aku diutus sebagai seorang pengajar/pendidik." (HR Ibnu Majah).

Oleh sebab itu, pendidikan yang baik akan menjadi penentu kesuksesan di dunia dan akhirat, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah di atas kepada kita semua. Beliau menjadi teladan sempurna bagi kita bagaimana pendidikan bisa mengubah individu dan masyarakat menjadi lebih baik, menjadi lebih sempurna dan koheren.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Demikian adanya khutbah Jumat, perihal meneladani Rasulullah dalam hal mendidik. Pendidikan yang dicontohkan olehnya, tidak hanya perihal memperoleh ilmu pengetahuan, namun juga menjadi pilar utama dalam membentuk akhlak mulia, dan keimaanan yang kukuh. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.

Teks Khutbah Jumat Januari 2025 #2: Mendorong Difabel untuk Berperan

(sumber: tulisan Wahjudin dalam situs Suara Muhammadiyah)

Ma'asyiral Muslimin yang berbahagia,

Dalam Al-Qur'an, Allah SwT berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 13:

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal..."

Ayat ini mengajarkan kita bahwa keberagaman adalah sunnatullah. Perbedaan dalam bentuk fisik, kondisi kesehatan, kemampuan, dan kelemahan adalah bagian dari ciptaan Allah yang harus kita terima dengan lapang dada. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, termasuk saudara-saudara kita yang hidup dengan berbagai bentuk disabilitas. Dalam Islam, mereka adalah hamba Allah yang harus kita hormati, sayangi, dan dukung.

Islam menekankan pentingnya menghargai setiap manusia tanpa memandang kelemahan atau kekurangan yang dimilikinya. Nabi Muhammad saw pun mengajarkan kita untuk merangkul dan mendukung setiap anggota masyarakat, bahkan mereka yang dianggap lemah atau kurang oleh masyarakat.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad saw bersabda:

"Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Ahmad)

Hadis ini mengajarkan kita untuk saling mendukung dan memberikan kesempatan kepada setiap orang, termasuk difabel, untuk berperan aktif dalam masyarakat.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Mari kita renungkan lagi mengenai pentingnya memperkuat kepemimpinan saudara-saudara kita yang difabel. Sebagaimana tema Hari Disabilitas tahun ini, kita diingatkan untuk memperkuat peran dan kepemimpinan difabel untuk mencapai masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.

Mengapa hal ini penting? Karena dalam masyarakat yang inklusif, semua orang, tanpa terkecuali, mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi. Masyarakat yang inklusif tidak hanya adil, tetapi juga lebih kuat dan lebih seimbang. Ketika kita membuka kesempatan kepada saudara-saudara kita yang difabel untuk berperan dalam kepemimpinan, kita memberikan mereka hak yang telah diberikan Allah SwT dan mengakui kemampuan serta kelebihan yang Allah berikan kepada mereka.

Ma'asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah,

Kita semua harus ikut serta menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan kesempatan bagi mereka yang difabel. Ini bisa kita lakukan dengan berbagai cara, di antaranya:

Pertama, Menciptakan Akses yang Merata dan Mendukung. Pastikan bahwa fasilitas umum, baik di masjid, sekolah, kantor, maupun tempat lain, dapat diakses oleh semua orang. Jangan sampai saudara-saudara kita merasa terhalang untuk beribadah, bekerja, atau belajar hanya karena keterbatasan fisik.

Kedua, Memberikan Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan dan pelatihan adalah hak setiap manusia. Pastikan mereka yang difabel mendapatkan akses yang sama untuk belajar dan mengembangkan diri. Jika mereka memiliki kesempatan, mereka bisa menjadi pemimpin yang hebat dan teladan bagi kita semua.

Ketiga, Menghormati, Menghargai, dan Mengakui Peran Mereka. Hargai kemampuan dan usaha saudara-saudara kita yang difabel. Jangan pernah menganggap mereka sebagai beban atau hanya objek yang perlu dikasihani. Mereka adalah bagian dari masyarakat yang juga memiliki potensi dan kemampuan untuk memimpin dan berperan aktif dalam kehidupan ini.

Keempat, Melibatkan Mereka dalam Pengambilan Keputusan. Marilah kita libatkan saudara-saudara kita dalam setiap pengambilan keputusan di lingkungan kita. Pendapat, pandangan, dan kebutuhan mereka sangat penting untuk diperhatikan dalam membangun lingkungan yang benar-benar adil dan inklusif.

Ma'asyiral Muslimin yang dirahmati Allah,

Semoga khutbah hari ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih menghargai keberagaman dan kelebihan yang dimiliki oleh setiap individu, termasuk mereka yang difabel. Marilah kita wujudkan masyarakat yang inklusif, di mana semua orang dapat berpartisipasi aktif dan memberikan kontribusi tanpa hambatan. Dengan begitu, insya Allah kita akan membangun masa depan yang berkelanjutan, penuh kebaikan, dan berkah dari Allah SwT.

Kita berdoa, semoga Allah SwT memberikan kekuatan kepada saudara-saudara kita yang difabel, serta memberi kita kemampuan untuk selalu mendukung dan memperkuat mereka sebagai pemimpin masa depan.

Teks Khutbah Jumat Januari 2025 #3: Keluarga Sakinah Nir Kekerasan

(sumber: tulisan Lailatis Syarifah dalam situs Suara Muhammadiyah)

Hadirin yang dirahmati Allah,

Seperti yang kita ketahui, keluarga adalah pondasi masyarakat, dan Islam mengajarkan bahwa keluarga harus dibangun dengan kasih sayang, pengertian, dan keadilan. Salah satu bentuk bimbingan Islam dalam menjaga keharmonisan rumah tangga terlihat dalam ayat yang membahas tentang nusyuz, yaitu ketidakharmonisan atau ketidakpatuhan dalam pernikahan.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an, Surat An-Nisa ayat 34:

وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan melakukan nusyuz, maka nasihatilah mereka, pisahkan mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Jika mereka menaati kamu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar{QS. An-Nisa: 34}

Ayat ini sering kali disalahpahami sebagai dasar untuk membolehkan kekerasan terhadap istri. Padahal, dalam berbagai tafsir yang mendalam, seperti yang dijelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, makna "memukul" di sini lebih simbolis sebagai teguran, bukan tindakan keras yang menyakitkan. Ayat ini tidak membenarkan kekerasan fisik, melainkan menunjukkan bahwa konflik harus diselesaikan dengan hikmah dan kasih sayang. Tindakan "memukul" ini hanyalah langkah terakhir jika nasihat dan pisah ranjang tidak berhasil, dan bahkan harus dilakukan dengan cara yang tidak mencederai.

Lebih lanjut, Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar menyatakan bahwa memukul dalam ayat ini haruslah difahami sebagai tindakan edukatif dan ringan. Tidak boleh dilakukan dengan niat merendahkan atau melukai. Buya Hamka menekankan bahwa suami memiliki kewajiban untuk menunjukkan kasih sayang dalam setiap langkah yang diambil, baik itu dengan nasihat, memberikan ruang atau "pisah ranjang," hingga pilihan terakhir yang simbolis berupa teguran ringan jika benar-benar diperlukan. Buya Hamka menegaskan bahwa tindakan tersebut bertujuan untuk menjaga keutuhan rumah tangga, bukan merusaknya.

Hadirin yang saya hormati,

Dalam sunnah Rasulullah ﷺkita melihat bahwa beliau tidak pernah sekalipun menggunakan kekerasan terhadap istri-istrinya. Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

عن عائشة قالت "ما ضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم شيئا قط بيده، ولا امرأة ولا خادما" (رواه مسلم)

Diriwayatkan dari Aisyah, dia mengatakan "Rasulullah ﷺ tidak pernah memukul sesuatu pun dengan tangannya, tidak pula terhadap wanita maupun pelayan." {HR. Muslim}

Selain itu, dalam Islam terdapat prinsip mu'asyarah bil ma'ruf, yang berarti hidup bersama dengan cara yang baik dan penuh kasih sayang. Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 19:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Dan bergaullah dengan mereka secara baik. Jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak {QS. An-Nisa: 19}

Hadirin sekalian,

Islam sendiri sangat menghargai dan melindungi hak-hak perempuan, termasuk dalam konteks rumah tangga. Islam juga memberikan pemerintah peran penting dalam menjaga kesejahteraan keluarga, seperti menindaklanjuti tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Dalam tafsirnya, Muhammad Tahir Ibn 'Ashur, yang menyatakan:

"Pemerintah boleh menetapkan larangan kepada suami untuk tidak memukul istrinya dalam rumah tangga. Hal ini bertujuan agar hak-hak perempuan dapat dilindungi dan tindakan yang merugikan perempuan bisa dihentikan."

Tindakan ini diharapkan dapat mencegah meluasnya kekerasan dalam rumah tangga dan menjaga keadilan yang sesungguhnya. Di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT). Tujuan dari adanya UU PKDRT, sebagaimana disebut dalam Pasal 4, meliputi: pertama, mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga; kedua, melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga; ketiga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga; keempat, memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Kita bisa melihat bahwa Islam adalah agama yang penuh rahmat dan kasih sayang. Islam menegaskan bahwa rumah tangga adalah tempat kedamaian dan kasih sayang, bukan tempat kekerasan atau penghinaan. Kekerasan tidak dibenarkan dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan nilai dasar Islam yaitu keadilan dan kasih sayang. Rasulullah ﷺ bersabda:

عن عائشة قالت "قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي" (رواه الترمذي)

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku" {HR. Tirmidzi}

Akhir kata, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada keluarga kita, menjauhkan kita dari segala bentuk kekerasan, dan menjadikan rumah tangga kita sebagai rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Teks Khutbah Jumat Januari 2025 #4: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas

(sumber: tulisan Ustadz Syakir NF dalam situs NU Online)

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat iman dan Islam dan kesehatan sehingga kita dapat menjalankan salah satu perintah-Nya, yakni shalat Jumat.

Shalawat beserta salam, mari bersama kita haturkan ke Kanjeng Nabi Muhammad saw. Mudah-mudahan terlimpah kepada keluarga dan sahabatnya. Dan semoga kita semua juga mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat nanti. Amin ya Rabbal alamin.

Dalam kesempatan yang baik ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebaik-baiknya takwa.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt

Di antara bentuk ketakwaan itu adalah mempersiapkan kader Muslim terbaik di masa yang akan datang. Bukan hanya anak biologis, tetapi juga kader-kader ideologis atau generasi penerus yang siap menghadapi masa depan.

Perkembangan dunia sangatlah dinamis. Generasi di bawah kita menghadapi persoalannya sendiri. Kita perlu memberikan bekal terbaik kepada mereka agar dapat melalui tantangan itu dengan baik.

Dalam hal ini, Allah swt telah mengingatkan kita semua melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an surat An-Nisa' Ayat 9.

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

Artinya, "Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya)."

Ayat tersebut melarang kita meninggalkan generasi yang lemah. Mafhum mukhalafah, atau pemahaman terbalik dari sana yang bisa kita petik adalah perintah agar mempersiapkan generasi yang kuat. Al-Ashlu fin nahyi, amrun an dliddihi, pokok dari larangan adalah perintah atas hal sebaliknya.

Hal itu harus dimulai dengan peningkatan ketakwaan kita kepada Allah swt. Namun tidak cukup itu, tidak berhenti di situ. Allah swt menegaskan agar kita berbicara dengan jujur, dengan benar. Dalam arti lain, sadida dimaknai sebagai lembut atau halus, bahkan adil.

Artinya, generasi terbaik nan kuat itu dimulai dari pembicaraan kita, komunikasi kita dengan mereka. Perkataan yang halus, omongan yang benar, dan pembicaraan yang adil membentuk sikap, karakter, dan perilaku anak.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt

Cita-cita mewujudkan generasi yang lebih baik di masa mendatang itu dimulai dari kita, sebagai orang tua, sebagai orang yang lebih tua. Menegaskan itu, Rasulullah saw melalui haditsnya meminta orang tua untuk memuliakan anak dan memperbaiki perilakunya.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَكْرِمُوْا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوْا آدَابَهُمْ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ

Artinya: "Dari sahabat Abdullah bin Abbas ra, dari Rasulullah saw bersabda, 'Muliakanlah anak-anakmu, perbaikilah adab mereka,'" (HR Ibnu Majah)

Oleh karena itu, jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt sudah sepatutnya mendidik anak dengan sepenuh adab dan memuliakan. Hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah upaya memberikan kesadaran kepada mereka terhadap dua hal penting, yakni sosial dan lingkungan.

Di ranah sosial, kesadaran akan perbedaan dan keragaman masyarakat Indonesia dan dunia perlu ditanamkan kepada mereka. Hal ini penting sebagai bekal agar hidup dalam keamanan, kenyamanan, dan ketentraman sehingga rukun. Bagaimana pun, kita adalah makhluk sosial yang perlu saling mengenal satu sama lain.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt

Hal lain yang perlu ditanamkan pada generasi kita ke depan adalah ikhtiar kita dalam menjaga lingkungan. Karena, itulah tempat kita semua hidup.

Cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membiasakan pengumpulan sampah pada tempatnya. Syukur kalau bisa dipisah sesuai kategorinya. Anak-anak perlu ditanamkan dan dibiasakan melakukan hal tersebut. Bahkan jika pun dalam sebuah lokasi yang tidak ada pembuangan sampah, biasakan menyimpannya sampai menemukannya, tidak dibuang dengan sembarang.

Ala bisa, karena biasa. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit. Demikian adagium yang akrab di telinga kita. Sejalan dengan itu juga adalah maqalah Arab, bahwa konsistensi atau istiqamah itu lebih baik dari seribu karamah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt

Oleh karena itu, mari kita semua ikhtiar bersama-sama mewujudkan generasi emas, tidak malah generasi cemas. Hal itu dilakukan dengan menanamkan keaktifan sosial dan menumbuhkan kesadaran lingkungan. Dua bagian itu harus dijalin dengan kuat, sejalan dengan hubungan kita terhadap Allah swt.

Mudah-mudahan, kita semua memperoleh kekuatan untuk dapat memperteguh hubungan kita dengan Allah swt, dengan sesama masyarakat, dan lingkungan sehingga cita-cita generasi emas Indonesia 2045 bisa betul-betul tercapai dengan kehidupan yang aman dan nyaman. Amin ya Rabbal alamin.

Teks Khutbah Jumat Januari 2025 #5: Menyambut Ramadan dengan Kesiapan Diri dan Hati

(sumber: situs resmi PWM Jawa Tengah)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ dengan sebenar-benar takwa. Jadikanlah hidup kita selalu berada di jalan-Nya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapatkan ridha-Nya di dunia dan akhirat.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Tidak lama lagi, bulan yang penuh kemuliaan, bulan Ramadan, akan tiba. Bulan ini merupakan bulan yang Allah ﷻ muliakan, sebagaimana firman-Nya:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Sebagai umat Islam, kita tidak hanya menyambut Ramadan dengan sukacita, tetapi juga dengan kesiapan diri dan hati. Ramadan adalah bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui puasa, shalat, zikir, dan amal kebajikan.

1. Menyiapkan Diri secara Spiritual

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Untuk menyambut Ramadan, kita perlu memperkuat iman dan memperbanyak amal saleh. Tingkatkan shalat sunnah, biasakan membaca Al-Qur'an, dan perbanyak zikir serta doa.

2. Menyiapkan Hati untuk Ikhlas dan Tawadhu

Ramadan adalah bulan di mana kita diuji keikhlasan. Allah tidak menerima amal kecuali dari hamba yang ikhlas, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maidah: 27)

Mari kita bersihkan hati dari sifat iri, dengki, dan dendam. Sambut Ramadan dengan hati yang lapang, memaafkan sesama, dan menjalin silaturahmi.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada khutbah kedua ini, saya mengingatkan kembali bahwa Ramadan adalah momentum istimewa untuk memperbaiki diri. Selain ibadah puasa, kita juga dianjurkan memperbanyak sedekah, menolong sesama, dan menjauhi perbuatan sia-sia.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

"Apabila Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Gunakanlah waktu di bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya. Jangan sia-siakan kesempatan ini karena belum tentu kita akan bertemu Ramadan lagi tahun depan.

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk beribadah di bulan Ramadan dan menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Amin ya Rabbal 'alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Doa Pembuka dan Penutup Khutbah Jumat

Diambil dari buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit oleh Hamdan Hamedan, doa yang bisa dibaca untuk membuka khutbah Jumat adalah:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مِنْ يَهْذِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . أَمَّا بَعْدُ.

Arab Latin: Innal hamdalillaah, nahmaduhuu, wa nasta'iinuhu, wa nastagh-firuh. Wa na'uudzu billaahi min syuruuri anfusinaa, wa min sayyi-aati a'maalinaa. Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudh-lil falaa haadiya lah. Wa asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, wa anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh. Ammaa ba'du. (berdasar HR Muslim no 868, Abu Dawud no 2118, dan an-Nasai no 1405)

Disadur dari laman resmi Masjid Raya al-Jabbar, untuk menutup khutbah Jumat, di bawah ini bacaan doanya:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين

Arab Latin: Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna 'alan-nabiyyi yaa ayyuhalladzina aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa. Allahumma shalli 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad.

Allahummagfirlilmuslimiina wal-muslimaat, wal-mu'miniina wal-mu'minaati al-ahyaai minhum wal-amwaat, innaka samii'un qariibun mujiibud-da'awaati. Rabbanaa laa tuakhidznaa in nasiinaa au akhtha'naa rabbanaa walaa tuhmil 'alainaa ishran kamaa hamaltahu 'alalladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa thaqatalanaabih wa'fu 'annaa wagfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa 'alal-qaumil-kaafiriin. Rabbanaa aatinaa fid-dunyaaa hasanah wa fil-akhirati hasanah, waqinaa 'adzaaban-naar. Wal-hamdulillahirabbil-'aalamiin.

Nah, itulah 5 teks khutbah Jumat Januari 2025 terbaru dan bacaan doanya. Semoga bermanfaat!



(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads