Keluarga Natasya Hutagalung (NH), mahasiswi APMD Jogja yang disiram air keras begitu geram dengan dua pelaku, Billy yang merupakan mantan pacar korban sekaligus otak penganiayaan, serta Satim sebagai eksekutor. Keluarga Tasya ingin para pelaku bisa merasakan penderitaan yang dialami korban.
"Harapan kami itu dia bisa merasakan seperti apa yang anak kami rasakan. Karena begitu pedih kami juga melihat keadaan anak kami ini," kata tante kandung Tasya, Talida Hutagalung, saat dihubungi wartawan di Jogja, Jumat (27/12/2024).
Karena itu, lanjut Talida, keluarga menuntut supaya Billy dan Satim bisa mendapat hukuman setimpal, supaya mereka berdua juga merasakan apa yang dirasakan keponakannya itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kami itu penginnya itu sebenarnya kalau bisa tuh pihak hukum kasih siram juga air keras ke Billy dan si Satim ini. Atau dipenjara minimal itu seumur hidup karena anak kami ini menanggung seumur hidup masa depannya hancur karena air keras ini," tegasnya.
Talida berkata, penderitaan yang dialami Tasya tidak hanya akan dirasakan saat ini. Dia menyebut kemungkinan derita fisik maupun trauma mendalam akan terus menghantui korban entah kapan lamanya.
"Seumur hidup dia akan menanggung. Mungkin bisa diobati tapi ndak tahu dengan matanya ini, traumanya, mungkin secara jasmani mungkin bisa kita obati mungkin bisa operasi plastik dan sebagainya tetapi psikologisnya akan sangat sulit untuk diobati," paparnya.
Sebut Billy Sosok Toxic
Talida melanjutkan pihak keluarga sama sekali tidak menyangka Billy akan jadi dalang penyiraman air keras. Apalagi, keduanya berasal dari daerah yang sama, Kalimantan Barat.
"Kami juga keluarga tidak menyangka bahwasanya si pelaku ini adalah teman yang pernah dekat dengan anak kami ini, yang mana pelaku ini dari daerah kami sini juga," paparnya.
Bahkan, papar Talida, hubungan keduanya sudah cukup dekat. Billy, bersama dengan Tasya dan orang tuanya, pernah membawanya menemui kakeknya.
"Billy ini pernah berkunjung ke rumah opungnya Tasya, mamak sama bapak ini bersama dengan Tasya," terang Talida.
Talida menerangkan berdasarkan informasi yang diterima dari keponakannya, Billy memang ingin balikan usai keduanya putus, tetapi korban menolak. Natasya kemudian membeberkan alasannya menolak pelaku.
"Katanya Billy ini orangnya menurut pengakuan daripada teman yang diajak Tasya nelpon, orangnya katanya toxic, toxic dalam hal yang bagaimana, pada hakikatnya kami pun keluarga belum tahu secara dalam," ungkap Talida.
"Akan tetapi katanya suka mengatur misalnya sesuatu harus video call ke dia dulu. Jadi mungkin Tasya ini merasa sudah nggak cocok sehingga nggak mau balikan lagi, tetapi si Billy katanya memang mengajak balikan terus tetapi Tasya tidak mau," jelasnya.
Diketahui, penyiraman air keras tersebut terjadi di kos korban, kawasan Brontokusuman, Jogja, pada malam Natal, Selasa (24/12). Motif penyiraman itu karena sakit hati korban tidak mau diajak balikan.
"Pelaku merasa tidak terima pacarnya memutuskan hubungan, kemudian singkat cerita, pelaku berusaha sejak Agustus 2024 dia berusaha datang ke kosnya korban supaya balikan lagi," jelas kata Kasat Reskrim Polresta Jogja, Kompol Probo Satrio, Kamis (25/12).
![]() |
Dijerat Pasal Berlapis
Selain Billy, polisi menangkap Satim yang merupakan eksekutor penyiraman. Ia dibayar oleh Billy untuk melancarkan aksi balas dendamnya.
Billy dan Satim dijerat dengan pasal berlapis tentang penganiayaan berencana.
"Dua-duanya sama (dijerat pasal yang sama)," jelas Probo.
"Karena ini perbuatan yang sangat terencana, dan korbannya sangat menderita itu kita ancam pasal berlapis," lanjutnya.
Para pelaku dijerat dengan Pasal 355 ayat 1 KUHP tentang penganiayaan berat yang direncanakan, subsider Pasal 354 tentang penganiayaan berat, subsider Pasal 353 penganiayaan yang direncanakan yang menjadikan luka berat.
"Ancaman hukumannya penjara maksimal 12 tahun," ujar Probo.
(apu/afn)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri