Potensi Lahar Hujan di Merapi Mengintai, BPPTKG Jelaskan Sebab-Dampaknya

Potensi Lahar Hujan di Merapi Mengintai, BPPTKG Jelaskan Sebab-Dampaknya

Adji G Rinepta - detikJogja
Senin, 09 Des 2024 18:59 WIB
Gunung Merapi muntahkan awan panas sejauh 1 km pada pukul 15.09 WIB, Rabu (17/4/2024).
Gunung Merapi muntahkan awan panas sejauh 1 km pada pukul 15.09 WIB, Rabu (17/4/2024). Foto: dok. BPPTKG.
Jogja -

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) tengah intens memantau potensi lahar hujan di Gunung Merapi. BPPTKG pun menjelaskan penyebab serta dampak bencana yang diakibatkan oleh lahar hujan.

Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, membenarkan soal potensi lahar hujan yang tengah dipantau pihaknya ini. Menurutnya, potensi terjadinya lahar hujan dari Gunung Merapi sangat tinggi utamanya di sungai yang berhulu di Merapi.

"Secara potensi sendiri, bahaya lahar di Gunung Merapi ini masih tinggi ya karena endapan awan panasnya juga cukup lumayan karena erupsi sudah berlangsung 4 tahun ini," jelasnya saat dihubungi wartawan, Senin (9/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga material-materialnya tertimbun di hulu-hulu sungai yang merupakan arah erupsi saat ini yaitu di barat daya. Jadi, material yang berpotensi untuk menjadi lahar di Gunung Merapi ini cukup banyak, puluhan juta meter kubik," sambung Agus.

Penyebab Terjadinya Lahar Hujan

Agus merinci, terdapat empat faktor terjadinya lahar hujan. Faktor-faktor ini lah yang menyebabkan munculnya potensi bencana yang ditimbulkan dari lahar hujan.

ADVERTISEMENT

"Pertama itu ada endapan awan panas hasil erupsi yang sedang terjadi atau hasil erupsi yang telah lalu. Yang kedua, mungkin ini termasuk yang satu juga ya karena dia erupsi, dia mengandung abu abu vulkanik yang kandungannya cukup cukup besar ya, lebih dari 3 persen kalau nggak salah," paparnya.

Kemudian yang ketiga adalah tingkat kemiringan. Menurut Agus, Gunung Merapi yang berbentuk kerucut berpotensi menjadikan material yang tertimbun menjadi lahar hujan. Faktor terakhir adalah intensitas curah hujan.

Untuk intensitas curah hujan, dijelaskan Agus, pihaknya tidak bisa memastikan berapa tepatnya angka intensitas curah hujan yang mampu menggugurkan material yang tertimbun hingga menjadikan lahar hujan.

"Tidak ada angka yang fix ya, paling kita kasih rentang, biasanya dari 20 sampai 60 milimeter per jam ya, ini terjadi lebih dari 1 jam," ungkapnya.

Lantaran belum bisa memastikan angka pasti intensitas curah hujan, Agus bilang, untuk mengantisipasi atau menjadi peringatan lebih awal, biasanya pihaknya memberikan notifikasi hujan ketika terjadi curah hujan lebih dari 10 milimeter per jam, pada 10 menit pertama.

"Kemudian, nanti kita update biasanya. Misalnya, ternyata curahnya sampai 60 milimeter per jam itu kan deras banget. Nah, kita update setiap 10 menit terus," ujarnya.

Dampak Bencana Lahar Hujan

Agus mengatakan, pihaknya telah melakukan assesmen potensi bahaya dari lahar hujan ini. Menurutnya, lahar hujan yang mungkin terjadi dengan pergerakan yang saat ini, bisa menjangkau sungai-sungai yang berhulu di Merapi hingga belasan kilometer.

"Kalau kali Boyong ini sampai 14 Km, kalau kali Krasak, Kopeng, ini sampai 20 Km, emang jauh ya. Tapi penilaian bahaya potensi lahar ini lebih ke, apakah alirannya akan melimpas (meluap) ke pemukiman atau tidak," jelasnya.

"Nah, ini ternyata hasil dari pemodelan kami meskipun jauh, ini mudah-mudahan tidak melimpas (meluap) sehingga masih aman," imbuh Agus.

Selain potensi 'menghajar' rumah-rumah di bantaran Sungai, Agus menyampaikan, banyak pihak yang lebih rentan terdampak bahaya lahar hujan. Di antaranya penambang pasir hingga pelaku wisata.

Untuk itu, langkah preventif yang dilakukan BPPTKG agar tak ada korban jiwa dari kelompok rentan itu yakni dengan membagikan notifikasi dari grup WhatsApp yang sudah teraviliasi.

"Notifikasi ini kami sampaikan, untuk sementara ini ke grup ya. Grup pihak berkepentingan, dari instansi pemerintah, relawan, sampai masyarakat. Mudah-mudahan sudah menjangkau semua, termasuk para penambang," ungkapnya.

"Dan kita lakukan secara otomatis, sehingga jika ini terjadi malam hari notifikasi itu (terus) berlangsung," pungkas Agus.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads