Pemilik Mangut Lele Mbah Marto Berpulang, Siapa Penerusnya?

Pemilik Mangut Lele Mbah Marto Berpulang, Siapa Penerusnya?

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 06 Nov 2024 14:27 WIB
Suasana di rumah makan mangut lele Mbah Marto di Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024). Mbah Marto meninggal dunia, Rabu (6/11/2024) pagi.
Suasana di rumah makan mangut lele Mbah Marto di Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024). Mbah Marto meninggal dunia, Rabu (6/11/2024) pagi. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Pemilik rumah makan mangut lele Mbah Marto di Sewon, Bantul, yakni Marto Ijoyo (96) meninggal dunia pagi tadi. Lantas siapa penerus salah satu usaha kuliner legendaris itu?

"Kebetulan saya yang melanjutkan usaha dapur aslinya," kata anak kelima Mbah Marto, Poniman (54) kepada wartawan di rumah duka, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024).

Poniman bercerita, memerlukan waktu bagi Mbah Marto untuk memastikan penerusnya. Hal itu yang membuat almarhumah semasa hidup masih sering mengunjungi dapur utama. Hingga akhirnya lima tahun lalu sang ibu mempercayakan usaha tersebut kepada anak-anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kadang-kadang simbok masih sering ke dapur, kita minta pertimbangan. Tapi setelah simbok itu percaya sama anak cucunya sudah tidak pernah lagi mengontrol dapur dan alhamdulillah tidak ada komplain dari customer," ujarnya.

"Jadi simbok sudah melemparkan, sudah mewariskan pada anak-anak dan cucu ini sejak lima tahun lalu. Istilahnya mereka sudah menerima dengan baik tinggal melanjutkan," lanjut Poniman.

ADVERTISEMENT
Anak kelima Marto Ijoyo, Poniman (54) di rumah duka di Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024).Anak kelima Marto Ijoyo, Poniman (54) di rumah duka di Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Sejarah Mangut Lele Mbah Marto

Poniman kemudian menceritakan sejarah ibunya mendirikan rumah makan mangut lele. Menurutnya, Mbah Marto mulai berjualan sejak tahun 1969 dengan cara berjalan kaki.

"Kemudian namanya orang kampung, simbok dari keluarga sederhana tidak punya sepeda cara berdagangnya digendong (berjalan sambil menggendong dagangan mangut lele) sampai Beringharjo, Keraton," ucapnya.

Seiring berjalannya waktu jumlah pembeli mangut lele olahan Mbah Marto semakin banyak. Bahkan, ketika sampai di Plengkung Gading sudah habis dan pernah baru sampai Krapyak mangut lelenya habis.

"Sampai akhirnya tahun 1986 itu sudah berjualan di sekitar kampus ISI Jogja, kira-kira 300 meter dari rumah dan sering habis juga. Dari situ lalu memutuskan untuk buka di rumah, di dapur itu tahun 1986 juga dan ternyata pembelinya semakin ramai," katanya.

Poniman pun mengenang perjuangan sang ibu sangat keras dalam berjualan mangut lele. Bahkan Poniman merasa kasihan dengan perjuangan ibunya.

"Jadi tahun 1970-1983 jualannya digendong, kasihan kalau lihat perjuangannya simbok dulu itu," ujarnya.

Poniman melanjutkan ceritanya, seiring bertambahnya usia Mbah Marto lalu sudah jarang memasak langsung mangut lele di dapur. Dari situ, Mbah Marto beralih hanya ikut membantu mengupas beberapa bumbu saja.

"Kerjaannya setelah tidak kuat masak itu buat tusukan lele. Setelah tidak kuat lalu beralih memotek cabai dan mengupas bawang merah, bawang putih," ucapnya.

Suasana di rumah makan mangut lele Mbah Marto di Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024). Mbah Marto meninggal dunia, Rabu (6/11/2024) pagi.Suasana di rumah makan mangut lele Mbah Marto di Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024). Mbah Marto meninggal dunia, Rabu (6/11/2024) pagi. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Hingga akhirnya beberapa bulan lalu sang ibu tidak maksimal dalam mengupas bumbu-bumbu tersebut. Poniman pernah meminta ibunya untuk berhenti membantu di dapur namun tidak mau.

"Sampai empat bulan lalu simbok sudah sedikit-sedikit mengupas bawang, biasanya 10-12 kilogram sendiri. Tapi dua tiga bulan kemarin hanya 1-2 kilogram, ya anak-anak bermaksud biar tangan ibu bergerak dan sehat. Karena simbok itu marah kalau tidak dikasih kerjaan," ucapnya.

Saat ini, mangut lele Mbah Marto telah memiliki 13 orang karyawan. Sedangkan untuk pembelinya berasal dari berbagai kalangan, baik pejabat negara hingga artis.

"Yang ke mangut lele Mbah Marto kalau dari kalangan menteri itu mantan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, mantan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah, terus Menteri Kelautan dan Perikanan sampai Menteri Keuangan Sri Mulyani," ujarnya.

"Lalu dari kalangan Polri ada Irjen Krishna Murti pernah ke sini dan Irjen Dedi Prasetyo juga pernah ke sini. Kalau Kapolri belum ada satu bulan saat ada rapat makanannya mengambil tempat kita, diambil jam 4 pagi dibawa ke Jakarta. Terus kalangan artis ada Deddy Mizwar, chef Renatta, Soimah dan masih banyak lainnya," imbuh Poniman.




(rih/aku)

Hide Ads