Kabar duka datang perkulineran di Bantul. Perintis kuliner legendaris mangut lele Mbah Marto Ijoyo meninggal dunia. Kabar duka ini disampaikan melalui akun Instagram Mangut Lele Mbok Marto @mangutlele_mbokmarto. Berikut sederet fakta-faktanya.
Meninggal di Usia 96 Tahun
Kabar duka ini disampaikan akun Instagram Mangut Lele Mbok Marto @mangutlele_mbokmarto.
"Innalillahi Wainna Illaihi Roijiun.. telah meninggal dunia dengan tenang ibu kami tercinta Mbok Marto Ijoyo alias Mbah marto. Semoga husnul khotimah Alfatihah..," tulis akun @mangutlele_mbokmarto seperti dikutip detikJogja, Rabu (6/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Pemkab Bantul melalui akun Instagramnya menyampaikan ucapan duka. Pemkab Bantul turut mendoakan sosok perintis kuliner legendaris mangut lele di Bantul itu.
"Hallo sedulur Bantul, Perintis kuliner legendaris di Bantul, Mbah Marto Ijoyo telah berpulang pagi tadi. Hal tersebut disampaikan pengelola melalui akun instagram @mangutlele_mbokmarto,
Turut berduka cita, semoga amal ibadah diterima disisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran serta ketabahan," tutur akun @pemkabbantul itu.
Pemilik rumah makan mangut lele Mbah Marto, Marto Ijoyo (96) meninggal dunia pagi tadi. Wanita yang kerap disapa Mbah Marto ini meninggal karena sakit tua.
"Simbok itu sebenarnya gerah sepuh (sakit tua) dan meninggal dunia tadi pukul 04.30 WIB," kata anak kelima Marto Ijoyo, Poniman (54) kepada wartawan di rumah duka, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024).
![]() |
Sempat Tak Mau Makan
Poniman menambahkan, sebelum meninggal dunia, Mbah Marto sempat tidak mau makan. Meski begitu, Mbah Marto selalu menanyakan terkait kegiatan sehari-hari di rumah makannya.
"Kalau beliau tidak mau makan sudah tiga hari, tapi kalau masalah aktivitas dia tanya terus. Tiga hari ngedrop lalu meninggal pagi tadi," ucapnya.
Terkait riwayat penyakit, Poniman mengungkapkan bahwa ibunya sama sekali tidak pernah mengalami sakit berat.
"Simbok itu dari dulu tidak ada penyakit yang istilahnya berat. Kalau makan tidak ada pantangan," ujarnya anak kelima dari enam bersaudara ini.
Sosok Mbah Marto
Poniman juga menceritakan, bahwa telah menganggap ibunya sebagai sosok orang tua, guru dan penyemangat hidup. Menurutnya, Mbah Marto adalah sosok yang disiplin karena sering menanyakan perihal pekerjaan di dapur.
"Tapi kalau masak, Simbok sudah sekitar lima tahun tidak masak, sudah anak-anaknya. Simbok hanya support saja karena memorinya itu kerjaan terus," katanya.
Seperti halnya, kata Poniman, dini hari tadi Mbah Marto masih sempat menanyakan apa pekerjaannya saat mulai memasak. Mengingat mangut lele Mbah Marto mulai memasak sejak pukul 07.00 WIB.
"Sampai tadi malam dia tanya masalah pekerjaan karena biasanya mengupas cabai, bawang merah, bawang putih. Dia itu selalu tanya itu terus, keinginannya kerja dan kerja," ujarnya.
"Nah, jam satu pagi saya cek di kamarnya dan bilang 'pon kok aku yahene ora dikei gawean endi lombok e' (pon kok jam segini saya tidak diberi pekerjaan di dapur). Saya bilang mbok ini sudah jam 1 pagi, istirahat dulu dan terus tidur," lanjut Poniman.
Mengeluh Sakit
Poniman mengaku sempat mendengar ibunya mengeluh sakit. Namun setelah dicek di kamar sudah meninggal dunia.
"Lalu setengah lima itu aduh-aduh, dan meninggal dunia. Jadi beliau dipanggil dengan tenang, dengan mudah," ucapnya.
Poniman menambahkan, bahwa ibunya dimakamkan siang ini di tempat pemakaman umum yang berjarak hanya dua meter dari dapur utama. Poniman juga meminta maaf jika selama ini ibunya pernah berbuat salah baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
"Saya mewakili mangut lele Mbah Marto bila ada kesalahan-kesalahan Simbok yang disengaja maupun tidak disengaja saya selaku wakilnya saya minta maaf. Semoga Simbok diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, meninggal dunia husnul khatimah," katanya.
Mangut Lele Tutup Sepekan
Berpulangnya Mbah Marto, pihak keluarga menuturkan untuk menutup sementara rumah makan mangut lele. Rencananya rumah makan legendaris mangut lele Mbah Marto tutup sepekan ke depan. Hal itu karena keluarga besar berduka.
"Jadi nanti kita mau tutup sampai tujuh hari ke depan," kata anak kelima Mbah Marto, Poniman (54) kepada wartawan di rumah duka, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024).
"Karena suasana berduka maka kita tutup tujuh hari," lanjutnya.
Selain itu, selama beberapa hari ke depan keluarga Mbah Marto juga bakal menggelar tahlilan.
"Kalau tahlilan kita 3 hari," ucapnya.
Baca selengkapnya di halaman berikut.
Penerus Mangut Lele
Poniman mengatakan, dirinya akan meneruskan usaha dari ibunya tersebut.
"Kebetulan saya yang melanjutkan usaha dapur aslinya," kata Poniman (54) kepada wartawan di rumah duka, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Rabu (6/11/2024).
Poniman bercerita, memerlukan waktu bagi Mbah Marto untuk memastikan penerusnya. Hal itu yang membuat almarhumah semasa hidup masih sering mengunjungi dapur utama. Hingga akhirnya lima tahun lalu sang ibu mempercayakan usaha tersebut kepada anak-anaknya.
"Kadang-kadang simbok masih sering ke dapur, kita minta pertimbangan. Tapi setelah simbok itu percaya sama anak cucunya sudah tidak pernah lagi mengontrol dapur dan alhamdulillah tidak ada komplain dari customer," ujarnya.
"Jadi simbok sudah melemparkan, sudah mewariskan pada anak-anak dan cucu ini sejak lima tahun lalu. Istilahnya mereka sudah menerima dengan baik tinggal melanjutkan," lanjut Poniman.
Sejarah Mangut Lele Mbah Marto
Poniman kemudian menceritakan sejarah ibunya mendirikan rumah makan mangut lele. Menurutnya, Mbah Marto mulai berjualan sejak tahun 1969 dengan cara berjalan kaki.
"Kemudian namanya orang kampung, simbok dari keluarga sederhana tidak punya sepeda cara berdagangnya digendong (berjalan sambil menggendong dagangan mangut lele) sampai Beringharjo, Keraton," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu jumlah pembeli mangut lele olahan Mbah Marto semakin banyak. Bahkan, ketika sampai di Plengkung Gading sudah habis dan pernah baru sampai Krapyak mangut lelenya habis.
"Sampai akhirnya tahun 1986 itu sudah berjualan di sekitar kampus ISI Jogja, kira-kira 300 meter dari rumah dan sering habis juga. Dari situ lalu memutuskan untuk buka di rumah, di dapur itu tahun 1986 juga dan ternyata pembelinya semakin ramai," katanya.
Poniman pun mengenang perjuangan sang ibu sangat keras dalam berjualan mangut lele. Bahkan Poniman merasa kasihan dengan perjuangan ibunya.
"Jadi tahun 1970-1983 jualannya digendong, kasihan kalau lihat perjuangannya simbok dulu itu," ujarnya.
Simak Video "Video: Heboh Pernikahan Anak di Lombok Berujung Ortu Pengantin Dipolisikan"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM