Alasan Pembacok di Balecatur Sleman Ngaku Jadi Korban: Cairkan Jamkesos

Alasan Pembacok di Balecatur Sleman Ngaku Jadi Korban: Cairkan Jamkesos

Dwi Agus - detikJogja
Rabu, 30 Okt 2024 15:05 WIB
Rilis kasus pembacokan Balecatur di Polsek Gamping, Rabu (30/10/2024)
Rilis kasus pembacokan Balecatur di Polsek Gamping, Rabu (30/10/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja
Sleman -

Tersangka pembacokan di Pasar Balecatur, Gamping, Sleman inisial JT (28), sempat mengaku jadi korban klitih saat berobat di rumah sakit yang sama dengan korban sesungguhnya. JT bahkan sempat melapor ke polisi sebagai korban pembacokan.

Kapolsek Gamping AKP Sandro Dwi Rahadian menuturkan modus ini digunakan JT secara sadar agar bisa mendapatkan pengobatan secara gratis.

"Pada malam itu kan ada dua kejadian di Pasar Balecatur dan Bambu Runcing. TKP Bambu Runcing itu laporan palsu yang dilaporkan oleh JT. Tidak ada kejadian pembacokan di Bambu Runcing," jelas Sandro saat rilis kasus di Mapolsek Gamping, Rabu (30/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sandro menuturkan JT memang mengalami luka bacok. Namun luka ini didapatkan saat menganiaya korban Bayu Sura Muhamarram dan Muhammad Puger. Telapak tangan kirinya terbacok celurit milik tersangka lainnya saat memukuli korban.

"Pada saat kejadian melakukan penganiayaan terhadap korban. Dia terkena celurit dari temannya. Namun demikian setelah itu dia membuat laporan polisi palsu. Jadi seolah supaya dia menjadi korban juga," katanya.

ADVERTISEMENT

Senjata makan tuan ini terjadi saat penganiayaan di warung kopi. Korban yang lari bersembunyi di dapur tetap dikejar rombongan tersangka. Lokasi yang sempit tak menyurutkan niat para pelaku untuk melakukan penganiayaan.

Tiba-tiba celurit yang diayunkan tersangka AT mengenai telapak kiri JT. Sandro menuturkan saat itu para tersangka berebut untuk melakukan pemukulan dan pembacokan terhadap korban. Sosok AT saat ini statusnya masih dalam pencarian alias buron.

"Kalau pengakuan dari mereka, jadi pada saat di dapur warung kopi itu kan sempit ya. Jadi korban itu dikejar lari ke situ sembunyinya, sempit, karena rebutan lah, akhirnya kesabet temennya," ujarnya.

Sandro menuturkan kondisi warung kopi saat itu ramai pengunjung. Namun mereka tidak berani membantu korban karena para pelaku membawa senjata tajam. Alhasil dengan beringas para pelaku mengejar korban hingga dapur warung kopi.

"Sebelahnya kan ada angkringan, juga ada beberapa orang ramai. Cuma karena pelaku ini bawa sajam jadi pengunjung itu bubar semua termasuk yang penjual juga. Padahal lari ke situ dengan harapan dibantu karena ramai," katanya.

Tersangka JT juga mengakui sengaja menerapkan modus ini. Terlebih tangan kirinya memang tersabet celurit karena terlalu semangat saat melakukan penganiayaan. Luka di tangannya sempat mendapatkan tindakan medis di rumah sakit.

JT juga mengaku tindakan ini agar tidak membayar tindakan medis. Dengan mengaku sebagai korban, JT tak perlu membayar perawatan luka. Ini karena seluruh tindakan medis masuk dalam jaminan kesehatan sosial.

"Mengaku sakit dan butuh berobat. Saat dimintai keterangan oleh rumah sakit lalu bilang kena bacok di Bambu Runcing. Padahal yang bacok ya teman sendiri," ujarnya.

Aksi JT berhasil mengelabuhi petugas medis. Terbukti tindakan medis tidak dipungut biaya apapun. Ini karena masuk dalam penanganan darurat akibat tindakan kejahatan.

"Motif bikin laporan palsu supaya bisa cairkan dana bantuan. Cair bantuan dari Jamkesos untuk tangan yang kena bacok ini," katanya.

JT menceritakan aksi pembacokan berawal dari kabar burung adanya serangan kelompok lawan. Pada awalnya dia dan kelompoknya menganiaya korban IK. Setelah sempat berdamai lalu beredar informasi adanya serangan balas dendam.

Berawal dari kabar ini, JT lalu berusaha mencegat di sejumlah jalan. Terlebih dahulu membekali diri dengan sejumlah senjata tajam. Selain itu juga mengonsumsi minuman beralkohol sebelum beraksi.

"Dapat miras beli di outlet. Kalau isu penyerangan itu dapat kabar dari WA," ujarnya.

Seperti diketahui dalam kasus pembacokan ini polisi menangkap tiga orang inisial LY (37), SA (33) warga Godean, Sleman, dan JT (28) warga Gamping, Sleman. Ketiganya membacok dua pengendara motor yang hendak mengikuti tes CPNS pada Jumat (25/10) lalu.




(afn/apu)

Hide Ads