Kondisi sampah di depo Kotabaru kembali membeludak setelah dibersihkan beberapa bulan lalu. Kondisi ini berdampak pada toko bunga yang ada di sekitarnya karena banyak dihinggapi lalat hingga belatung.
Pantauan detikJogja di lokasi, terlihat tumpukan sampah menggunung hingga ke sisi ruas jalan aspal di utaranya. Sampah yang menggunung itu pun menimbulkan bau yang tidak sedap.
Tidak hanya itu, air lindi hingga belatung juga keluar dari tumpukan sampah itu. Kontur jalan yang condong ke barat membuat aliran lindi mengalir langsung ke toko-toko bunga yang ada di sebelah depo itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal empat bulan sempat kosong setelah viral. Ini sekarang numpuk lagi, padahal yang kemarin itu tersisa dua truk, belum diambil ini malah numpuk lagi sampahnya," jelas pemilik Melati Florist, Wahyu Putra (28) saat ditemui di lapaknya, Kotabaru, Kota Jogja, Jumat (13/9/2024).
Lapak bunga milik Bayu ini menjadi korban pertama atas tumpukan sampah. Ini karena lapaknya menempel langsung dengan depo sampah Kotabaru. Dampaknya, bau sampah, cairan air lindi dan lalat berterbangan ke lapaknya.
Kondisi ini juga turut memengaruhi omzet jualannya. Wahyu mengatakan, ada penurunan penjualan bunga mencapai 50 persen. Padahal momen saat ini sejatinya ramai karena bertepatan momentum wisuda sejumlah kampus di Jogja.
"Omzet kena banyak, turun 50 persen lah. Pembeli mau datang jadi mikir-mikir. Air sampah itu setiap pagi pasti mengalir meski tidak hujan. Kalau siang gini kering tapi ya tetep bau," katanya.
Wahyu memastikan bahwa sampah di depo berasal dari luar Kotabaru. Ini karena jenis sampahnya didominasi sampah rumah tangga hingga hotel. Sementara sampah toko bunga justru tidak dibuang di depo sampah Kotabaru.
"Kebanyakan yang buang sampah dari RT lain bukan florist. Kebanyakan sampah dapur dan hotel segala macam. Kita ada sendiri, sampah bunga diambil dan kita bayar, dan itu juga tidak meninggalkan bau," ujarnya.
Keluhan serupa juga dirasakan pedagang bunga lainnya. Muhammad Baidar, karyawan Gina Florist, mengaku setiap pagi harus menyapu belatung. Jumlahnya sangat banyak hingga berlompatan di depan lapak toko bunga.
Kondisi ini terjadi sejak beberapa bulan belakangan. Baidar menuturkan belatung akan keluar pada malam hingga pagi hari. Saat kondisi terik atau siang, belatung sudah tak terlihat. Walau begitu belatung tak jarang masuk hingga ke sela-sela lapak.
"Kalau pagi itu pasti banyak sekali belatungnya, setiap hari nyapu. Kalau gini yang kasihan kan lebih banyak, termasuk penjual angkringan dan makanan yang dekat sini," katanya.
Munculnya belatung kerap dibarengi dengan aliran air lindi. Selain berbau, air lindi ini berwarna hitam dan terlihat kental. Jika tak segera dibersihkan akan menimbulkan bau yang tak kunjung hilang.
Menjelang siang, kata Baidar, serbuan lalat mulai memasuki lapak toko bunga. Jenis lalat, lanjutnya, bukan hanya lalat kecil tapi lalat hijau. Lalat-lalat ini kerap beterbangan dan menempel ke bunga-bunga milik para pedagang.
"Namanya Kota Jogja istimewa, mosok istimewanya sampah. Sampah itu kebanyakan dari rumah makan, restoran, hotel. Kalau negur takut salah dan bukan kewenanganya juga, cuma bisa lihat menyaksikan," ujarnya.
Baidar berharap agar instansi terkait segera bergerak. Dia bahkan menyebut tidak perlu menunggu viral untuk penanganan sampah. Terlebih lokasi ini pernah viral sebelumnya, hingga berujung pada pembersihan maraton oleh DLH Kota Jogja.
"Omzet ngefek juga, mau beli bunga tapi kok baunya sampah. Turun sampai 65 persen, padahal ini kan bulan ramai. Harapannya segera dibersihkan dan cepat selesai. Semoga warga Jogja bisa istimewa lagi, tapi bukan karena sampahnya," katanya.
detikJogja telah berusaha menghubungi DLH Kota Jogja selaku penanggung jawab persampahan. Namun pesan yang dikirim tidak berbalas hingga berita ini ditulis.
(apl/rih)
Komentar Terbanyak
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Cerita Warga Jogja Korban TPPO di Kamboja, Dipaksa Tipu WNI Rp 300 Juta/Bulan
Jokowi Diadukan Rismon ke Polda DIY Terkait Dugaan Penyebaran Berita Bohong