Krisis air bersih imbas musim kemarau terjadi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Warga kawasan perbukitan mulai beralih menggunakan air dari sumur galian yang berada di kali asat atau sungai kering karena ketersediaan air bersih telah menipis.
Kondisi tersebut dialami warga Dusun Tangkisan 2, Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo. Sejak sebulan terakhir, warga mulai mengandalkan mata air dari galian sumur di sungai yang sudah kering untuk memenuhi kebutuhan mandi, memasak, dan mencuci.
Salah satu warga, Yatmadi (63), mengatakan sejak musim kemarau tiba, warga sekitar sudah mulai kesulitan memperoleh air bersih. Banyak sumur warga mulai mengering dan pasokan air dari PDAM maupun Pamsimas kerap tersendat, terutama di jam-jam genting saat pagi dan sore hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nggak lancar. Lancarnya jikalau waktu siang jam 8 sampai jam 1-an itu. Kalau pagi dan sore nggak lancar," ujarnya saat ditemui di lokasi Senin (19/8).
Karena itu, lanjut Yatmadi, warga mulai beralih mencari alternatif air bersih lewat sumur-sumur galian yang jamak ditemui saat sungai wilayah Tangkisan 2 mulai mengering. Sebagai informasi sungai tersebut sudah kering sejak dua bulan terakhir.
Dengan keringnya sungai itu, maka sumur-sumur galian yang semula tertutup air jadi terlihat kembali. Adapun mata air di sumur ini disebut tidak pernah asat (mengering) meski dilanda kemarau panjang.
"Selain itu airnya juga jernih jadi bisa untuk minum juga," terangnya.
Yatmadi mengatakan sumur ini sudah ada sejak lama. Dulunya dibuat untuk memenuhi pasokan air bersih sebelum akhirnya warga beralih ke PDAM dan Pamsimas. Sumur ini pun kembali aktif seiring dengan tersendatnya air PDAM dan Pamsimas setempat karena kemarau.
"Ya waktu dulu kan belum ada PDAM, jadi masyarakat inisiatif punya yang di kali-kali ini, supaya dapat air bagaimana caranya," ujarnya.
Warga lain, Sakijo (69) mengatakan, keberadaan sumur galian ini sangat bermanfaat bagi warga yang benar-benar membutuhkan air bersih. Hampir setiap hari, warga mendatangi sumur ini untuk mengambil air, terutama saat malam hari.
"Biasanya saat waktu longgar aja kaya malam hari gitu, pada ke sini ambil air," ucapnya.
Meski tidak pernah kering, sumur ini tetap memiliki keterbatasan. Sakijo menyebut air dari sumur ini bisa sewaktu-waktu habis jika banyak yang mengambilnya. Jika sudah begitu, warga akan bikin galian baru guna memperoleh air bersih di titik sungai yang lain.
"Kadang kalau yang butuh banyak itu cepet habis. Kalau sudah gitu ya nanti bikin lagi sampai ketemu airnya," ujarnya.
Kulon Progo Siaga Kekeringan
Kepala Pelaksanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kulon Progo, Taufik Prihadi, mengatakan kondisi kekeringan di Kulon Progo sudah masuk dalam tahap siaga. Sejumlah wilayah di kabupaten ini juga telah memohon bantuan air bersih di antaranya Kapanewon Samigaluh, Kokap, dan Girimulyo.
"Sampai saat ini ada permohonan dari Samigaluh, Kokap dan Girimulyo. Rata-rata daerah itu pakai sumur dangkal, cuma karena kondisi kering, maka debitnya berkurang. Nah mau nggak mau karena jaringan PDAM dan Pamsimas jauh sehingga mereka mohon dropping," ujarnya.
Taufik mengatakan pihaknya telah menyiapkan armada untuk menyuplai air bersih ke wilayah yang memohon bantuan air. Prosesnya, warga melapor ke pemerintah kalurahan setempat untuk selanjutnya dilimpahkan ke BPBD untuk ditindaklanjuti.
"Nah kita memastikan ketersediaan apabila kondisi darurat masyarakat butuh droping. Nanti masyarakat koordinasi Kalurahan, lalu sampaikan ke kita," terangnya.
Selain itu, BPBD lanjut Taufik juga sudah berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk memetakan wilayah rawan terdampak kekeringan di Kulon Progo. Hasil pemetaan ini berupa rekomendasi bagi pemangku kebijakan setempat sebagai dasar menentukan keputusan terkait langkah yang akan ditempuh.
"Sudah dua minggu ini kami ke lapangan, ke daerah-daerah yang terdampak kekeringan. Hasilnya nanti bentuk rekomendasi bagi pengambil kebijakan sehingga ada langkah sama kebijakan program di masing-masing itu andaikan mau melakukan penanganan," jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo, Triyono, mengimbau masyarakat yang mulai terdampak kekeringan untuk segera melapor ke pemerintah setempat. Laporan ini diperlukan sebagai dasar Pemkab Kulon Progo untuk membuat Surat Keputusan Bupati tentang darurat kekeringan.
Dengan SK tersebut, pemkab bisa mengakses anggaran dari Biaya Tak Terduga (BTT) guna dialokasikan untuk menangani krisis air bersih.
"Intinya kalau memang sudah ada warga yang merasa ada dampak kekeringan ini silakan aja menyampaikan informasi itu ke Pemda, nanti segera kita buatkan SK darurat bencana kekeringan. Itu sebagai salah satu syarat mencairkan BTT. Sebab kalau kita belum menetapkan kondisi darurat di Kulon Progo, kita belum bisa mencairkan BTT," ujarnya.
(cln/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang