Warga di Dusun Kopat, Kalurahan Karangsari, Kapanewo Pengasih, Kulon Progo, menggunakan daun kelapa sebagai pembungkus daging kurban dalam perayaan Idul Adha 2025. Langkah ini ditempuh untuk menjaga alam dari sampah plastik yang tidak ramah lingkungan.
Sarangan, begitulah nama wadah yang digunakan warga Kopat dalam pendistribusian daging kurban di Masjid Al-Ikhlas dusun setempat. Wadah ini terbuat dari daun kelapa yang dianyam sedemikian rupa dan dilapisi daun pohon Jati sebagai penutupnya.
Pantauan detikJogja di lokasi siang ini, terlihat sejumlah pria, baik tua, muda hingga remaja sedang sibuk menganyam daun kelapa untuk dijadikan sarangan. Di sisi lain, para wanita bertugas memasukkan daging ke dalam sarangan yang kemudian diikat menggunakan siratan bambu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu sarangan bisa memuat hingga 2 kg daging. Adapun jumlah penerima daging kurban di sini mencapai 300 kepala keluarga, yang tersebar di Kopat, Cekelan, Dukuh dan Sendang. Masjid Al-Ikhlas sendiri menyembelih 4 ekor sapi dan 8 ekor kambing, dengan 2 di antaranya ditujukan untuk keperluan akikah salah satu warga.
Ketua Panitia Kurban Masjid Al-Ikhlas, Saleh Riyadi, mengatakan dipilihnya sarangan sebagai wadah daging kurban salah satunya untuk melestarikan tradisi leluhur, di mana sarangan dulunya sering digunakan sebagai pembungkus makanan dalam acara kenduri.
![]() |
"Sarangan itu kalau dulu sebenarnya wadah untuk gendurenan (kenduri). Jadi dulu itu genduren menggunakan sarangan ini, diambil dari daun kelapa, dan daun jati. Daun kelapa yang digunakan untuk sarangan itu 12-14 (lembar) nanti sudah bisa jadi agak besar. Kalau kecil, jumlah daunnya dikurangi," ujarnya ditemui di lokasi, Jumat (6/6/2025).
Menurutnya penggunaan sarangan sebagai wadah makanan marak sebelum tahun 90-an. Namun, berjalannya waktu, sarangan mulai jarang digunakan seiring dengan kemunculan kantong berbahan plastik.
"Nah waktu itu tahun 90-an ke sana, kalau ada genduri wadahnya menggunakan sarangan ini. Setelah ada plastik, sekarang sudah berubah. Sudah pakai plastik itu. Ada juga yang menggunakan besek, terus plastik. Dari sisi kesehatan, sebenarnya bagus yang menggunakan sarangan dan daun jati. Baunya genduri juga lebih alami. Kalau pakai besek kan nanti gandengan e karo kertas plastik, dibuka itu baunya tidak seperti kalau menggunakan sarangan dan daun jati," ujarnya.
Selain itu, Saleh mengemukakan penggunaan sarangan sebagai bentuk kepatuhan warga Kopat terhadap surat edaran Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan. Sebelumnya bupati telah mengeluarkan imbauan kepada warga untuk tidak menggunakan kantong plastik sebagai wadah daging kurban selama perayaan Idul Adha.
"Ini sesuai dengan instruksi Bupati Kulon Progo, bahwa kita untuk zero plastik dalam pembagian daging kurban ini," ucapnya.
"Penggunaan sarangan baru pertama kali ini. Ini memang penting dukungan dari pengambil kebijakan ke masyarakat untuk bisa memanfaatkan lingkungan yang ada, dalam rangka juga ramah lingkungan. Kalau kita menggunakan plastik, nanti plastiknya perlu kita bakar, kalau dibakar itu tidak baik untuk udara, menimbulkan polusi," imbuhnya.
Apa yang dilakukan warga Kopat mendapat apresiasi dari Wakil Bupati Kulon Progo, Ambar Purwoko. Dia mengatakan aksi ini jadi wujud nyata masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan yang bersih dan terhindar dari sampah plastik.
"Hari ini saya meninjau ke sini, dan ini bisa jadi contoh di mana bapak-bapak, ibu-ibu melakukan dengan baik instruksi surat edaran bupati yaitu hewan kurban dibungkus dengan istilahnya ini sarangan, sarangan ini terbuat dari daun kelapa, diikat terus bawahnya ada daun jati. Itu merupakan wujud kepedulian masyarakat dalam upaya mengurangi sampah plastik," ujarnya.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi