Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Jogja menyebut hari tanpa hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini dinilai panjang. BMKG mengimbau waspada kekeringan meteorologis di kawasan Jogja.
"Kondisi HTH (hari tanpa hujan) ini bisa dibilang merata di semua wilayah. Dengan catatan tidak muncul hujan dalam rentang waktu 21 hingga 30 hari (di) wilayah Kota Jogja, Kabupaten Sleman, dan Gunungkidul seluruh wilayah," jelas Kepala Kelompok Data Dan Informasi Staklim BMKG Jogja, Etik Setyaningrum saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (7/8/2024).
Berdasarkan data Staklim BMKG Jogja, kemunculan hujan hanya terjadi di sebagian kecil wilayah DIY tepatnya Kapanewon Sanden dan Srandakan di Kabupaten Bantul dan Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Tergolong HTH kategori pendek dengan tidak hujan rentang 6 hingga 10 hari. Pihaknya pun mengimbau waspada kekeringan meteorologis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk kriteria panjang dengan prakiraan peluang hujan dasarian di bawah 20 milimeter per dasarian. Dengan mempertimbangkan tersebut peringatan dini kekeringan meteorologis masuk kategori waspada," jelas dia.
Di sisi lain, Etik menyebut mayoritas kawasan DIY sudah memasuki puncak kemarau. Oleh karena itu, dia menilai hari tanpa hujan di DIY sudah termasuk kategori panjang. Hal ini dihitung sejak hujan terakhir pada 3 Juli lalu.
"Untuk puncak musim kemarau umumnya wilayah DIY pada bulan Juli 2024 kecuali wilayah Bantul bagian selatan dan Gunungkidul bagian barat pada Agustus 2024 ini," terangnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad, mengatakan Jogja saat ini sudah berstatus Siaga Darurat Bencana Kekeringan. Status Siaga Darurat Kekeringan ini berlaku hingga 31 Agustus 2024 dan dikuatkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur DIY Nomor 286/KEP/2024.
Terbitnya Surat Keputusan ini diikuti sejumlah langkah antisipasi dan mitigasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY. Salah satunya adalah dropping air ke beberapa wilayah di Gunungkidul. Tepatnya oleh jajaran Pemkab Gunungkidul.
"Sudah kekeringan, dropping sudah, sementara ini ditangani Kabupaten Gunungkidul jajaran bersama swasta. Provinsi belum, karena belum ada permintaan dari Kabupaten tapi kalau nanti dari BNPB proposal disetujui maka bantu dropping ke Gunungkidul," kata Noviar.
Noviar memaparkan setidaknya sudah ada tiga wilayah yang menyatakan status siaga darurat kekeringan, di antaranya Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman. Kemudian akhirnya direspons dengan penerbitan Surat Keputusan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Status siaga itu berpotensi terjadi kekeringan ekstrem, akan berdampak kehidupan masyarakat secara luas. Gunungkidul, Kulon Progo, dan Sleman sudah keluarkan (status) siaga darurat semua sebelum provinsi," ujarnya.
(ams/rih)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan