Komentari Konflik Thailand-Kamboja, Xanana Gusmao Singgung Operasi Seroja

Komentari Konflik Thailand-Kamboja, Xanana Gusmao Singgung Operasi Seroja

Adji G Rinepta - detikJogja
Senin, 08 Des 2025 18:36 WIB
Komentari Konflik Thailand-Kamboja, Xanana Gusmao Singgung Operasi Seroja
PM Timor Leste, Xanana Gusmao bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Senin (8/12/2025) sore. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Perdana Menteri (PM) Timor Leste, Xanana Gusmao, turut mengomentari konflik yang tengah terjadi antara Thailand dan Kamboja. Xanana kemudian menyinggung soal operasi militer Indonesia ke Kota Dili, saat Timor Leste masih bernama Timor Timur (Timtim) 50 tahun silam, atau yang dikenal sebagai Operasi Seroja.

Soal konflik Thailand dan Kamboja, Gusmao menyinggung soal alasan Timor Leste baru-baru ini bergabung secara penuh dengan Asean, tepatnya pada 26 Oktober 2025.

"Kita sebagai anggota baru Asean, sebelumnya kita selalu minta untuk berdialog, karena kalau tidak ada dialog, setiap pihak membela prinsip-prinsip atau pikiran-pikiran (masing-masing)," ujar Xanana usai kunjungan di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Senin (8/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami masuk di Asean ini untuk bisa kasih kepada dunia contoh, bahwa 11 anggota Asean ini akan membela perdamaian. Tidak mau lagi konflik antarnegara dan kalau ada sesuatu harus berdialog," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Dengan alasan itulah, kata Xanana Gusmao, Timor Leste kemudian bergabung jadi anggota ke-11 Asean. Ia berharap para anggota Asean tetap menjunjung tinggi musyarawah untuk menyelesaikan konflik, termasuk konflik Thailand-Kamboja.

"Kita lihat di dunia, oleh karena itu kita masuk ke Asean ini karena itu juga. Kalau anggota-anggota Asean saling ini (berkonflik), kami tidak mau menjadi anggota Asean," ungkap Xanana.

"Oleh karena itu, dulu kita sudah kasih tahu, sekarang kalau ini terus saja kita minta pada Malaysia dan Filipina akan menjadi Chairman, dan kami akan mendorong dua negara untuk berdialog," imbuh mantan Presiden Timor Leste periode 2002 dan 2007 tersebut.

Komunikasi yang, dipercaya Xanana, dapat menyelesaikan semua masalah. Ia menyinggung soal operasi militer Indonesia ke Kota Dili yang disebut oparis Seroja, 7 Desember 1975 silam.

"50 tahun lalu ada invasi Indonesia di Dili, ini juga untuk memberi tahu dunia bahwa ada kesalahan tapi kalau dikasih satu solusi yang bagus, dikasih satu kesempatan untuk berpelukan," ujar Gusmao.

"Yang sudah terjadi ya itu dari masa lalu, yang penting masa sekarang kalau ada kerja sama yang baik, supaya kita membangun together, supaya masa depan lebih bagus," pungkasnya.

Operasi Seroja

Diketahui, Timor Leste pernah menjadi wilayah jajahan bangsa Portugis. Dikutip dari detikNews, dimulai pada 1520, Portugis menjajah Timor Leste yang saat itu dinamai Timor Portugues, disusul oleh Jepang dan Belanda yang berusaha menguasai wilayah Timor Leste.

Belanda dan Portugal akhirnya membuat Perjanjian Lisbon 20 April 1859, yang mengatur batas-batas wilayah koloni Belanda dan Portugal. Lalu pada tahun 1974, rezim Estado Novo Portugal tumbang dan berujung pada pendirian partai politik Fretilin.

Pada tanggal 30 November 1975, Timor Leste merdeka dari jajahan Portugis. Namun hanya selang dua hari, tiga partai politik pesaing Fretilin yang pro-integrasi Indonesia mendeklarasikan integrasi ke Indonesia. Peristiwa ini dikenal sebagai Deklarasi Balibo.

Deklarasi ini menjadi sebuah legitimasi Pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto yang saat itu menentang keras gerakan komunisme untuk menginvasi Timor Leste di bawah rezim Fretilin yang berhaluan kiri. Operasi pada 7 Desember 1975 ini disebut sebagai Operasi Seroja.

Konflik Thailand-Kamboja

Sementara dirangkum detikJogja dari detikEdu, hubungan panas Thailand dan Kamboja terkait perbatasan bisa ditarik sejak tahun 1907. Berawal dari peta yang digambar pada masa penjajahan Prancis di Kamboja.

Peta tersebut, dikutip dari New York Times via detikEdu, dijadikan dasar bagi Kamboja untuk menetapkan klaim atas beberapa bagian perbatasan. Namun, ketidakjelasannya menyebabkan interpretasi saling bertentangan, dan Thailand menggugatnya.

Kedua negara mencoba menyelesaikan sengketa ini secara diplomatis, tetapi masalah tersebut tidak pernah tuntas, bahkan setelah badan-badan transnasional seperti Mahkamah Internasional turun tangan pada 1962. Area-area yang dipertaruhkan adalah kuil-kuil bersejarah.

Penyebab dari itu semua adalah sebuah kuil Hindu yang telah dibangun sejak abad ke-11. Kuil yang diperebutkan oleh Thailand dan Kamboja adalah Kuil Preah Vihear. Namun demikian, kuil ini ternyata dibangun tepat di dekat perbatasan bersama antara perbatasan kedua negara ini.

Konflik antara dua negara ini memanas sejak bulan Mei 2025. Saat itu, dilaporkan ada seorang tentara Kamboja yang tewas dan dua tentara Thailand yang terluka sebagai akibat dari ledakan ranjau darat.

Bentrokan pun pecah terhitung sejak 24 Juli 2025. Dilaporkan oleh The Economic Times, saat itu bentrokan di perbatasan kedua negara tersebut memicu tindakan yang tidak terkendali.

Muncul kekerasan yang diwujudkan dalam serangan ranjau darat hingga jet tempur. Sebelumnya, pihak Kamboja meledakkan yang menyasar sebuah pom bensin di kawasan Si Sa Ket, Thailand. Peristiwa ini memicu tak hanya korban luka-luka, tapi ada juga yang kehilangan nyawanya.

Tak tinggal diam, Thailand mengirimkan jet-jet tempur sebagai bentuk serangan udara terhadap militer Kamboja. Setidaknya bentrokan antara Thailand dan Kamboja terjadi di enam wilayah berbeda di sepanjang perbatasan kedua negara tersebut.

Halaman 2 dari 2
(apu/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads