Ketika bulan Ramadhan, kita akan banyak mendengar kultum dengan tema-tema yang beraneka ragam, baik di televisi, media sosial, ataupun secara langsung di masjid-masjid.
Berikut beberapa contoh materi kultum Ramadhan singkat yang membahas berbagai tema menarik disertai judulnya, dikutip dari laman resmi Kemenag, NU Online, STAIT Yogyakarta dan buku 100 Kultum Tematik oleh Bana Supeno.
Materi Kultum Ramadhan Singkat #1
Judul Kultum: Beradab Dahulu Berilmu Kemudian
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan dan kenikmatan untuk bisa berkumpul dan menjemput ilmu pada detik ini. Semoga kita semua disini diberkahi oleh Allah SWT, amin.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, suri teladan terbaik sepanjang masa yang sangat mencintai umat hingga keluar dari zaman jahiliah dan bisa menikmati iman dan Islam hingga saat ini.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
"Orang beradab sudah pasti berilmu, sedangkan orang berilmu belum tentu beradab."
Seperti kita ketahui, bahwa perbedaan manusia dengan binatang terletak pada akal atau ilmunya. Tetapi tingkatan yang lebih tinggi dari ilmu yaitu adab atau akhlak. Karena seberapapun banyaknya ilmu jika tanpa disertai adab yang baik akan bisa menjadikan manusia pun berperilaku seperti binatang.
Menurut Syaikh Shalah Najib ad-Daqq, adab ada dua: Pertama, adab alami [tabhî'i], yaitu adab yang Allah ciptakan pada diri manusia, dengan ciri dan karakteristik itu. Kedua, adab hasil belajar [iktisâbi], yaitu adab yang diperoleh oleh seseorang karena belajar dari orang yang memiliki ilmu dan kemuliaan.
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah menuturkan: "Adab seseorang itu adalah alamat kebahagiaan dan keberuntungannya. Sedangkan minimnya adab merupakan alamat kenestapaan dan kerugiaannya. Tidak ada kebaikan di dunia dan akhirat yang diharapkan untuk diperoleh seperti memperoleh adab. Begitu juga, tak ada yang sudi mendapatkan keburukan di dunia dan akhirat sebagaimana minimnya adab."
Ada 3 keutamaan bagi orang yang mempelajari ilmu dengan adabnya:
1. Orang yang menjaga adab dan kepada Allah saat menuntut ilmu akan Allah percepat pemahamannya terhadap ilmu. Sebagaimana dikatakan oleh Yusuf bin Alhusain: "Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu."
2. Orang yang menuntut ilmu dengan adabnya akan mudah mengamalkan ilmu yang diterimanya.
3. Orang yang menuntut ilmu dengan adabnya akan Allah mudahkan ia dalam mengamalkan ilmu disertai adab dari ilmu yang tengah diamalkannya.
Urgensi dari kita mendahulukan belajar adab dibanding ilmu yaitu seperti sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya : "Kaum Mu'minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya" (HR. Tirmidzi no. 1162)
Dalam hal ini dengan mengutamakan adab sebelum menuntut ilmu, menjadikan ilmu yang selama ini kita pelajari penuh keberkahan. Dengan adab dan akhlak yang baik menjadikan kita lebih mudah memahami ilmu.
Demikian kultum singkat yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan ini. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Materi Kultum Ramadhan Singkat #2
Judul Kultum: Meneladani Akhlak Rasulullah di Bulan Suci
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan dan kenikmatan untuk bisa berkumpul dan menjemput ilmu pada detik ini. Semoga kita semua disini diberkahi oleh Allah SWT, amin.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, suri teladan terbaik sepanjang masa yang sangat mencintai umat hingga keluar dari zaman jahiliah dan bisa menikmati iman dan Islam hingga saat ini.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk berburu pahala dengan segala macam ibadah dan ketaatan yang disyariatkan, sebab bulan ini adalah bulan istimewa, bulan penuh kebaikan, keberkahan dengan segudang keutamaan yang tidak ditemukan pada bulan lain.
Saat bulan Ramadhan datang, Rasulullah semakin memperbanyak ibadah, mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat, dzikir, i'tikaf, dan sedekah. Diantara ibadah yang beliau khususkan dan tidak dikhususkan di bulan lain adalah kedermawanan.
Menurut Az-Zain bin al-Munir, sebagaimana dikutip Al-Hafidz Ibu Hajar al-'Asqalani tentang sisi kesamaan antara kedermawanan Rasulullah SAW dengan kedermawanan angin yang berhembus adalah, "bahwa yang dimaksud dengan angin yang berhembus adalah angin rahmat yang dikirim Allah untuk menurunkan hujan yang merata dan menjadi sebab basahnya bumi yang mati atau lainnya.
Dengan demikian berarti kebaikan dan kebajikan Rasulullah SAW merata umum untuk orang fakir yang membutuhkan dan orang kaya yang berkecukupan, kebaikan dan kedermawanan Rasulullah lebih banyak dibandingkan apa yang ditimbulkan oleh hujan dari angin yang berhembus." (Ahmad bin Ali bin Hajar Abu Fadhal Al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, [Bairut, Darul Ma'rifat: 1378 H], juz IV, halaman 139).
Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Nawawi ala Muslim berkata bahwa yang di maksud dengan "Nabi lebih dermawan daripada angin yang berhembus" adalah kedermawanan Nabi seperti angin dalam hal kecepatan, merata dan menyeluruh.
Sayyid Abdullah Al-Ghumari mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling dermawan secara mutlak seperti disebutkan dalam hadits shahihain dari sahabat Anas RA:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ، وَأَشْجَعَ النَّاسِ، وَأَجْوَدَ النَّاسِ
Artinya: "Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah sosok manusia yang terbaik, orang yang paling paling pemberani, dan dermawan". (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedermawanan Nabi semakin meningkat dan berlipat-lipat pada bulan Ramadhan. Menurut beliau al-Ghumari hal ini karena empat sebab:
Pertama, bulan Ramadhan adalah musimnya kebaikan karena nikmat-nikmat Allah atas hamba-hambanya semakin bertambah dibanding pada bulan-bulan selainnya. Nabi Muhammad lebih mengutamakan untuk mengikuti sunnah (kebiasaan) Allah kepada para hamba-Nya.
Kedua, sedekah di bulan Ramadhan lebih utama dibanding sedekah di bulan selainnya. Ketiga, membantu orang-orang yang berpuasa, melakukan dan mengingat ketaatan kepada Allah berhak mendapatkan pahala seperti pahalanya mereka yang mengerjakan.
Keempat, bulan Ramadhan adalah bulan untuk menyenangkan, saling membantu dan memberi pertolongan. (Abdullah bin Muhammad bin ash-Shiddiq al-Ghumari, Ghayatul Ihsan Fi Fadhli Zakatil Fitri Wa Fadli Ramadhan, [Bairut, Alimul Kutub: tt], halaman 23-24).
Demikian penjelasan tentang akhlak mulia Rasulullah Muhammad SAW saat bulan Ramadhan tiba, yakni meningkatkan kedermawanannya. Semoga kita bisa meniru dan mengikuti apa yang beliau tauladankan kepada kita semua. Wallahu a'lam.
Materi Kultum Ramadhan Singkat #3
Judul Kultum: Akhlak dalam Bermedia Sosial
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan dan kenikmatan untuk bisa berkumpul dan menjemput ilmu pada detik ini. Semoga kita semua disini diberkahi oleh Allah SWT, amin.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, suri teladan terbaik sepanjang masa yang sangat mencintai umat hingga keluar dari zaman jahiliah dan bisa menikmati iman dan Islam hingga saat ini.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Inti dari ajaran nilai dalam Islam adalah kemaslahatan untuk seluruh umat manusia, alam dan isinya serta memperoleh keridhaan Allah. Kemaslahatan yang dimaksud salah satunya adalah akhlak. Akhlak adalah tabiat individu atau tindakan seseorang yang berulang atas dasar kecenderungan hati dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga tidak ada keraguan di dalamnya.
Nilai akhlak adalah sebuah pengajaran terhadap individu untuk berperilaku baik dalam tataran kehidupan, sesuai dengan aturan yang berlaku demi mewujudkan harmonisasi kehidupan dalam Islam contoh utama dari perilaku atau tabiat yang baik disandarkan pada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab ayat 21)."
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi banyak perubahan seiring dengan hadirnya era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan sosial. D isatu sisi pemanfaatan informasi dan teknologi dapat memudahkan dalam berbagai hal. Namun, di sisi lain ada pula dampak negatignya.
Dampak tersebut begitu terasa terutama dalam perkembangan media sosial, banyak sekali ditemukan penyimpangan nilai-nilai akhlak dalam menggunakan media sosial.
Ini membuktikan bahwa pengaruh dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak yang sangat mengkhawatirkan, karena sedikit demi sedikit perkembangan teknologi ini memberikan pengaruh terhadap perilaku sosial manusia, melunturkan nilai-nilai kebudayaan, dan menurunnya nilai-nilai akhlak.
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus hati-hati dalam bermedia sosial terutama dengan menjaga tangan kita sebagai perwakilan lisan dan diri kita. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam bermedia sosial yang sesuai dengan nilai-nilai akhlak dalam Islam dalam menggunakan media sosial.
Pertama, berhati-hati dalam memposting sesuatu. Dari Abu Hurairah RA, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kata yang tidak dipikir (apakah ia baik atau buruk), sehingga dengan satu kata itu, ia terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.'' (Muttafaq 'alaih) Shahih Bukhari: nomer 6477, Shahih Muslim: nomer 2988.
Kedua, selektif dalam menerima informasi. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Surat Al-Isra' ayat 36:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ اِنَّ السَمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلئِكَ كَا نَا عَنْهُ مَسْئُولاً
Artinya: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya."
Ketiga, gunakan kata-kata yang baik dan bijak. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Surat Al-Isra' ayat 53:
وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا
Artinya: "Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia."
Keempat, bertanggungjawab atas apa yang kita pos di media sosial. QS. Al Muddatstsir ayat 38:
كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌۙ
Artinya: "Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan."
Demikian kultum singkat yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan ini. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Materi Kultum Ramadhan Singkat #4
Judul Kultum: Meraih Malam Lailatul Qadar
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Mengawali kultum yang singkat ini, saya ingin berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri saya pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Jamaah,
Betapa banyak anjuran amal ibadah yang dianjurkan untuk kaum muslim selama Ramadhan. Dari mulai amalan-amalan sunnah saat bukan puasa dan sahur, bertadarus Al-Quran, melaksanakan sholat tarawih, dan lain sebagainya. Salah satu anjuran utama yang terdapat pada bulan agung ini adalah meraih malam Lailatul Qadar. Allah SWT dalam Al-Quran secara tegas menyampaikan bahwa momen sakral Lailatul Qadar,
إِنَّا أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar." (QS Al-Qadar [97]: 1-5)
Berkaitan dengan ini, Imam Malik dalam al-Muwattha meriwayatkan satu hadits,
إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.
Artinya: "Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan." (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, h. 321)
Hanya saja, kepastian kapan malam agung ini terjadi belum ada yang bisa memprediksi, apakah di awal Ramadhan, pertengahannya, atau di penghujung bulan. Jika kita umpamakan, malam Lailatul Qadar bagaikan permata sangat indah yang tersimpan di tempat sangat tersembunyi. Semua orang menginginkannya, tetapi hanya bisa memprediksi keberadaannya. Dalam satu hadits terkait malam Lailatul Qadar, Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ.
Artinya: "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari (meraih)nya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan." (HR Ibnu Majah)
Meskipun kedatangan malam Lailatul Qadar dirahasiakan, akan tetapi para ulama berusaha (berijtihad) untuk memprediksi kapan malam mulia tersebut jatuh. Kita bisa mengacu pada pendapat-pendapat yang mereka kemukakan, kendati pada akhirnya kita juga berkesimpulan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar tetap menjadi misteri karena tidak bisa diprediksi ketepatannya seratus persen.
Jika kita himpun, ada banyak sekali ragam prediksi para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul Qadar. Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani sendiri menjelaskan setidaknya ada 45 pendapat terkait waktu terjadinya malam mulia tersebut. Hanya saja, dari sekian pendapat yang ada ia berkesimpulan bahwa argumen yang paling kuat adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil di bulan Ramadhan.
Sementara Imam Syafi'i lebih spesifik lagi berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan lebih potensial terjadi malam Lailatul Qadar. Sedangkan mayoritas ulama termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat pada 27 Ramadhan. (Ibnu Hajar al-'Asqalani, Fatḥul Bārī: juz V, h. 463)
Menurut Imam Fakruddin ar-Razi, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama satu bulan Ramadhan penuh untuk meraih malam istimewa tersebut. Jangan sampai kita lengah satu hari saja. Tentu kita tidak menginginkan malam Lailatul Qadar jatuh saat kebetulan kita sedang malas beribadah. (Fakhruddin ar-Razi, Mafātīḥul Ghaib, 1981: juz XXXII, h. 28)
Senada dengan ar-Razi, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya Gharāibul Qur'ān wa Raghāibul Furqān menyampaikan,
الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي الَّليَالِي كَالْحِكْمَةِ فِي إِخْفَاءِ وَقْتِ الوَفَاةِ وَيَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَرْغَبَ الْمُكَلَّفُ فِي الطَّاعَاتِ وَيَزِيْدَ فِي الاِجْتِهَادِ وَلَا يَتَغَافَلَ وَلَا يَتَكَاسَلَ وَلَا يَتَّكَلَ.
Artinya: "Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu." (Nidzamuddin an-Naisaburi, Gharāibul Qur'ān wa Raghāibul Furqān, 2015: juz VI, h. 537)
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Kendati malam Lailatul Qadar tidak bisa kita pastikan kapan terjadinya, selain mengikuti prediksi para ulama, kita juga bisa memprediksi kedatangannya dengan mengamati kondisi alam yang terjadi. Berikut adalah beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar dilihat dari gejala alam berdasarkan beberapa hadits Nabi.
Pada pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim. Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin tidak pula panas.
Dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاءُ
Artinya: "Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi)
Hanya saja, prediksi berdasarkan gejala alam tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk bisa meraih malam Lailatul Qadar. Ibnu Hajar al-'Atsqalani sendiri menegaskan bahwa ciri-ciri gejala alam tersebut akan tampak setelah malam Lailatul Qadar-nya, bukan sebelum atau saat sedang terjadi sehingga kita bisa mempersiapkan diri sebelum tepat kedatangannya. (Ibnu Hajar al-'Asqalani, Fatḥul Bārī: juz IV, h. 260).
Pada akhirnya kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi kapan tepatnya. Kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar dengan memperbanyak ibadah selama satu bulan Ramadhan dengan harapan bisa meraih malam istimewa ini.
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Demikianlah kultum singkat yang bisa saya sampaikan. Semoga Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya kita diberi kesempatan oleh Allah swt untuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini. Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Materi Kultum Ramadhan Singkat #5
Judul Kultum: Malam Spesial bagi Umat Nabi Muhammad
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Di antara pembahasan yang sangat menarik seputar bulan Ramadhan adalah adanya salah satu malam yang lebih baik dan lebih mulia dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Ia merupakan malam yang ada di antara malam-malam selama Ramadhan, dan juga dikenal dengan malam kemuliaan dan keutamaan (lailatusy syaraf wal fadhl).
Pada malam yang satu ini, Allah SWT mengutus para malaikat untuk turun ke langit dunia dengan membawa tugas masing-masing. Di antara mereka ada yang bertugas mencatat rezeki, ada yang bertugas mencatat ajal, ada yang mencatat jodoh, dan ada yang mencatat kebaikan dan keburukan manusia selama satu tahun, terhitung sejak malam Lailatul Qadar hingga datangnya Lailatul Qadar selanjutnya.
Selain itu, kemuliaan dan keagungan malam yang satu ini tidak lepas dari diturunkannya Al-Quran yang sangat mulia nan agung, sebagai mukjizat Rasulullah yang paling agung, dan sumber hidayah bagi umat-umatnya. Malam Lailatul Qadar bertepatan dengan malam diturunkannya Al-Qur'an dari Lauhul Mahfudz oleh Allah 'azza wa jalla secara menyeluruh ke langit dunia. Kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad oleh malaikat Jibril secara berangsur-angsur, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Islam saat itu.
Dengan demikian, malam yang satu ini tentu sangat mulia dan tidak heran jika kemuliaannya melebihi seribu bulan. Oleh karenanya, orang-orang yang bisa menjumpai malam yang satu ini tentu sangat beruntung. Sebab, saat itu semua pahala amal kebaikan nilainya berlipat-lipat dan tidak bisa ditemukan pada malam-malam lainnya.
Kemuliaan dan keagungan Lailatul Qadar diabadikan oleh Allah dalam satu surat Al-Quran secara khusus, tanpa bercampuran dengan ayat-ayat lainnya, yaitu:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Artinya: "Sungguh Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar. (1) Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (3) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (4) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS Al-Qadar: 1-5).
Selain dalam Al-Quran, Rasulullah juga menguak dan menjelaskan keutamaan dan kemuliaan malam yang satu ini. Dalam sebuah hadits hadits disebutkan,
َنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: "Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu". (HR Al-Bukhari)
Dengan dua dalil di atas, setidaknya sudah bisa disimpulkan perihal keutamaan dan kemuliaan Lailatul Qadar. Ia merupakan satu-satunya malam dalam satu tahun yang benar-benar harus dijaga oleh umat Islam. Pada malam yang satu ini, kita harus berusaha untuk meraih dan mengambil keuntungan, pemberian dan anugerah yang dilipatgandakan oleh Allah di dalamnya.
Kendati demikian, malam yang satu ini ternyata hanyalah malam spesial yang hanya dikhususkan bagi umat Nabi Muhammad. Umat-umat para nabi sebelumnya tidak pernah merasakan kemuliaan Lailatul Qadar.
Imam Malik bin Anas (pendiri mazhab Malikiah, wafat 179 H) dalam salah satu kitab haditsnya meriwayatkan salah satu hadits, bahwa suatu saat Rasulullah melihat umur umat-umat terdahulu, saat itu ia melihat bahwa umur mereka jauh melebih umat-umatnya.
Tentunya, amal ibadah yang mereka lakukan juga lebih banyak dari umatnya. Hanya saja, di saat yang bersamaan Allah memberinya keistimewaan berupa Lailatul Qadar:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوا مِنْ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُولِ الْعُمْرِ فَأَعْطَاهُ اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: "Sungguh telah diperlihatkan kepada Rasulullah umur-umur umat (para nabi) sebelumnya, atau (diperlihatkan) apa yang dikehendaki oleh Allah dari semua itu. (Melihat itu) seolah Rasulullah pesimis bahwa usia umat-umatnya tidak akan mampu untuk mencapai amal ibadah yang dilakukan umat-umat tersebut. Kemudian Allah memberi Nabi Muhammad (dan umatnya) malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan." (Imam Malik, al-Muwattha' libni Malik, [Muassasah ar-Risalah: 2004, tahqiq: Syekh Musthafa al-A'dzami], juz III, halaman 462)
Berdasarkan hadits di atas, Syekh Abu Muhammad Badruddin al-'Aini (wafat 855 H) dalam salah satu kitab haditsnya mengutip salah satu pendapat bahwa Lailatul Qadar adalah pemberian dan anugerah khusus dari Allah yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad. Dalam kitabnya disebutkan:
إِنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَاصَةٌ بِهَذِهِ الْأُمَّةِ وَلَمْ تَكُنْ فِيْ الْأُمَمِ قَبْلَهُمْ
Artinya: "Sungguh malam Lailatul Qadar hanya khusus bagi umat ini (umat Nabi Muhammad), dan tidak ditemukan dalam umat sebelumnya," (Syekh al-'Aini, Umdatul Qari Syarah Shahihil Bukhari, [Darul Ihya' at-Turats: 2006], juz XVII, halaman 168)
Dengan demikian, sudah seharusnya malam yang satu ini benar-benar dijaga oleh semua umat Islam, setidaknya bisa lebih meningkatkan semangat dan antusias yang tinggi dalam beribadah. Sebab, pada malam yang mulia ini, nilai-nilai ibadah dilipatgandakan oleh Allah tanpa terkecuali. Tentunya, semua itu tidak lain agar ibadah umat akhir zaman ini bisa menandingi nilai ibadah umat-umat terdahulu yang hidup selama ratusan tahun.
Ketika Rasulullah Mengagumi Ibadah Umat Terdahulu Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Baqi az-Zaraqani (wafat 1122 H) dalam kitabnya bercerita, suatu saat Rasulullah menyampaikan sebuah hikayat kepada para sahabatnya, bahwa di antara orang-orang bani Israil terdapat empat orang yang beribadah kepada Allah selama delapan puluh tahun dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya sekalipun sebatas kedipan mata.
Empat orang itu adalah Ayyub, Zakaria, Hizqil, dan Yusya' bin Nun. Mendengar cerita empat Bani Israil tersebut, para sahabat lantas heran dan sungguh takjub dengan ibadah mereka yang sangat istiqamah, bahkan dalam kurun waktu yang tidak sedikit, mereka tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Hanya saja, di saat yang bersamaan datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah, kemudian berkata kepadanya,
عَجَبَتْ أُمَّتُكَ مِنْ عِبَادَةِ أَرْبَعَةٍ ثَمَانِيْنَ سَنَةً لَمْ يَعْصُوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ فَقَدْ أَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجَبَتْ أُمَّتُكَ
Artinya: "Telah heran umatmu akan ibadah empat orang selama delapan puluh tahun dan mereka tidak pernah bermaksiat sekalipun sebatas kedipan mata. Sungguh, Allah telah menurunkan bagimu (dan umatmu) yang lebih baik dari semua itu, yaitu malam Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Ini (lailatul qadar) lebih utama dari apa yang dikagumi oleh umatmu."
Mendengar apa yang disampaikan malaikat Jibril tersebut, akhirnya Rasulullah dan para sahabat saat itu sangat bahagia, serta tidak khawatir amal ibadah mereka akan kalah dengan ibadah umat sebelumnya. (Syekh az-Zaraqani, Syarhu az-Zaraqani 'alal Mawahib al-Ladunniyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1411], juz II, halaman 292)
Alhasil, Lailatul Qadar menjadi satu-satunya malam bagi umat Nabi Muhammad untuk semakin semangat dalam menambah ibadah dan ketaatan, serta tidak banyak menggunakan waktu di bulan Ramadhan dengan hal-hal yang tidak memiliki manfaat dan faidah.
Demikian penjelasan perihal Lailatul Qadar. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa meningkatkan kualitas ibadah selama bulan Ramadhan, khususnya di hari-hari terakhir sebelum hari raya ini, dan juga bisa menjumpai malam agung yang lebih utama dari seribu bulan itu, Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Materi Kultum Ramadhan Singkat #6
Judul Kultum: Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Jemaah yang dirahmati Allah,
Kita semua paham bahwa sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah hari-hari yang bisa membuat kita sedih dan gundah gulana. Tentu saja hal ini terjadi pada umat Islam yang sudah bisa 'menikmati' manisnya Ramadhan. Inilah hari-hari di mana kita harus lebih serius dalam beribadah untuk memperoleh (sering dikatakan memenangi) Ramadhan.
Melihat perbedaan pada diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ
Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya." (HR. Muslim, no. 1175)
Masih sehubungan dengan perbedaan pada diri Rasulullah, Aisyah radhiyallahu 'anha juga mengabarkan:
كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya: "Apabila Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau; tidak melakukan hubungan suami-istri), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari, no. 2024 dan Muslim, no. 1174)
Mungkin kita lantas bertanya, "Apa yang membuat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melakukan hal demikian?". Tidak lain adalah karena beliau melakukan i'tikaf. I'tikaf adalah berdiam di masjid beberapa waktu untuk lebih konsentrasi melakukan ibadah.
Di dalam sebuah riwayat disebutkan,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: "Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam biasa beri'tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri'tikaf setelah beliau wafat." (HR. Bukhari, no. 2026 dan Muslim, no. 1172)
Hikmah beliau seperti itu disebutkan dalam hadits Abu Sa'id AlKhudri berikut di mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan,
إِنِّى اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِى إِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ ». فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ
Artinya: "Aku pernah melakukan i'tikaf pada sepuluh hari Ramadhan yang pertama, aku berkeinginan mencari malam lailatul qadar pada malam tersebut, kemudian aku beri'tikaf di pertengahan bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa lailatul qadar itu di sepuluh hari yang terakhir. Siapa saja yang ingin beri'tikaf di antara kalian, maka beri'tikaflah, lalu di antara para sahabat ada yang beri'tikaf bersama beliau." (HR. Bukhari, no. 2018 dan Muslim, no. 1167)
I'tikaf itu dimaksudkan untuk meraih Lailatul Qadar. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar
Sementara itu dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: "Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari, no. 1901)
Bisa juga kita mengamalkan do'a yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada sayyidah Aisyah, jika kita bertemu dengan malam Lailatul Qadar yaitu do'a, "ALLAHUMMA INNAKA'AFUWWUN TUHIBBUL 'AFWA FA'FU'ANNI" (Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf, maka maafkanlah aku / hapuslah dosa-dosaku).
Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Demikianlah contoh materi kultum Ramadhan singkat yang membahas tema-tema menarik beserta judulnya. Semoga membantu ya, Dab!
Artikel ini ditulis oleh Intan Bintang Pratiwi dan Duhita Diptyarani Tsabita, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/sip)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa