- Kumpulan Ceramah Ramadhan Singkat Terbaru untuk Kultum Contoh Ceramah 1: Buah Kebaikan Ramadhan Contoh Ceramah 2: Mulut, Perut, dan Kemaluan Contoh Ceramah 3: Memperbanyak Infaq di Bulan Ramadhan Contoh Ceramah 4: Keutamaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramdhan Contoh Ceramah 5: Memaksimalkan Ibadah Malam di Bulan Ramadhan Contoh Ceramah 6: Lima Cara Sukses Berpuasa Contoh Ceramah 7: Puasa Ramadhan Tidak Sekadar Kewajiban Contoh Ceramah 8: Jebakan Nafsi di Bulan Puasa Contoh Ceramah 9: Puasa dan Bacaan Al-Quran Contoh Ceramah 10: Ramadhan dan Pintu-pintu Ampunan Contoh Ceramah 11: Ramadhan dan Harmoni di Dalam Keluarga Contoh Ceramah 12: Spirit Ramadhan Bagi Orang yang Beriman Contoh Ceramah 13: Meningkatkan Membaca Al-Quran Saat Ramadhan Contoh Ceramah 14: Menjaga Diri dari Perbuatan Dosa di Bulan Ramadhan Contoh Ceramah 15: Ramadhan Bulan Kemulian Contoh Ceramah 16: Bulan Ramadhan Sejuta Pesona Contoh Ceramah 17: Ramadhan Penuh Cinta Contoh Ceramah 18: Berpuasa Itu Setengah Sabar Contoh Ceramah 19: Ramadhan Bulan Keutamaan dan Pengendalian Hawa Nafsu Contoh Ceramah 20: Ramadhan Bulan Utama Contoh Ceramah 21: Kunci Mengatasi Hambatan Bersedekah
Ceramah Ramadhan singkat menjadi salah satu cara berdakwah untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan padat, jelas dan penuh makna. Menggunakan gaya bahasa yang sederhana, isi ceramah mudah dipahami jemaah.
Ustaz atau ustazah biasanya menyampaikan ceramah di bulan suci Ramadhan pada waktu-waktu tertentu, misalnya menjelang buka puasa atau sebelum Tarawih. Ada juga yang memberikan ceramah setelah sholat Subuh.
Berbagai materi ceramah tentang Ramadhan bisa disampaikan mulai dari amalan, pahala, ibadah sunnah, tadarus Al-Quran, larangan, hingga kemuliaan malam lailatul qadar. Setiap tema mempunyai makna tersendiri untuk disampaikan kepada umat Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Ceramah Ramadhan Singkat Terbaru untuk Kultum
Inilah 20 contoh ceramah Ramadhan singkat berbagai judul menarik yang disadur dari laman Kementerian Agama, Universitas Negeri Yogyakarta, Nahdlatul Ulama (NU) Online, buku Mutiara Keberkahan Ramadan karya Ahmad Muslich dkk, buku Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan disusun UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan buku Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun karya Hasan El-Qudsy karya Hasan El-Qudsy.
Contoh Ceramah 1: Buah Kebaikan Ramadhan
Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh
الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.
Jamaah yang Dirahmati Allah,
Semua yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada manusia yang beriman pasti memiliki hikmah dan manfaat bagi dirinya. Demikian juga puasa yang kita laksanakan pada bulan Ramadan memiliki banyak sekali hikmah yang bisa kita petik dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, bahkan untuk kehidupan di masa depan atau kehidupan akhirat.
Sekali lagi, apabila seseorang yang beriman betul-betul melaksanakan puasa ini dengan dasar keimanan dan hanya untuk mendapat ridho Allah semata, maka hikmah itu kan dapat kita rasakan sepanjang kehidupan. Adapun diantara hikmah yang merupakan buah dari Ramadan adalah sebagai berikut:
Pertama: Memiliki Kepekaan Sosial yang Tinggi.
Puasa adalah suatu upaya supaya manusia memiliki kepekaan sosial. Dengan merasakan lapar dan dahaga, seseorang akan dapat merasakan secara langsung bagaimana kehidupan seseorang yang lemah secara ekonomi atau dalam bahasa agama, kita dapat merasakan bagaimana kondisi orang yang berada pada golongan fakir-miskin yang serba kekurangan.
Pengalaman tersebut menjadi sarana dan media agar seseorang memiliki empati dan simpati pada orang lain. Di dalam ajaran Islam, seseorang yang memiliki kekayaan, mempunyai kewajiban untuk berbagi kepada yang tidak mampu. Ada hak fakir miskin di dalam harta yang kita miliki.
Oleh karena itu diharapkan dengan kepekaan sosial, tidak terjadi kesenjangan sosial yang menjadi salah satu penyebab konflik sosial di masyarakat. Apabila semua orang yang kaya berbagi, sudah barang tentu semua merasakan kebahagiaan dan ketentraman.
Kedua: Kesabaran
Puasa adalah setengah kesabaran. Puasa mendidik seseorang untuk bersabar dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan. Kita semua sadar bahwa hidup tidak mungkin lepas dari permasalahan, bahkan kita hidup ditugaskan untuk memecahkan segala permasalahan. Semua persoalan akan dapat kita pecahkan, apabila seseorang memiliki kekuatan, diantara kekuatan itu adalah kesabaran.
Tidak ada sesuatu yang kita peroleh tanpa adanya kerja keras dan tidak ada kerja keras tanpa ada tantangan dan hambatan. Oleh karena itu keberhasilan hanya diperoleh bagi orang-orang yang selalu sabar dan tidak mengenal putus asa. Jatuh bangun dalam kehidupan sudah biasa dan dari situlah kita merasakan hasilnya.
Ketiga: Kesederhanaan
Salah satu kunci sukses dalam hidup ini adalah kesederhanaan. Kesederhanaan bukanlah sikap kikir atau medit, akan tetapi kesederhanaan adalah sikap hidup yang tidak berlebihan, meskipun kita memiliki segala-nya, mungkin harta, mungkin ilmu, mungkin kecerdasan dan lain-lain.
Orang yang hidup sederhana tentu akan disukai oleh Allah SWT dan manusia. Kesederhanaan itulah yang menyebabkan seseorang sukses di dalam kehidupan, ia tidak boros dan tidak kikir, ia akan hidup tanpa kesombongan, ia hidup waspada dan selalu ingat pada yang kuasa.
Keempat: Kejujuran
Sesuatu yang sangat langka dalam kehidupan sekarang ini adalah kejujuran. Sikap jujur adalah sikap yang sangat disenangi orang, meskipun sekarang ini sangat langka. Puasa mendidik kita untuk bersikap jujur pada diri sendiri dan kepada orang lain. Potensi jujur dan tidak jujur dimiliki semua manusia.
Sudah barang tentu siapa yang lebih memilih kejujuran akan meningkat derajatnya, baik di sisi Allah maupun manusia. Jujur mengarah pada keadilan dan ketaqwaan, sedang kebohongan akan membawa seseorang ke perilaku tidak adil dan kecelakaan.
Contoh Ceramah 2: Mulut, Perut, dan Kemaluan
Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh
الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 183 bahwa puasa sebagai sarana latihan yang diharapkan. menghasilkan peserta atau pelaku yang berpredikat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa).
Ini sebagai isyarat bahwa diwajibkannya puasa bukan untuk puasa itu sendiri. Puasa adalah media pembelajaran yang disediakan Allah bagi manusia yang bukan saja sebagai makhluk individu tapi juga sebagai makhluk sosial. Dalam kedudukannya itu, maka manusia yang bertaqwa adalah mereka yang bukan saja baik secara individual tapi juga baik secara sosial.
Karenanya puasa memiliki dua dimensi yang integratif, seperti dua sisi mata uang, yaitu dimensi individual vertikal dan dimensi sosial horizontal. Tidak terpenuhinya dua dimensi puasa itu secara bersamaan, menjadikan pelakunya kehilangan relevansi dan puasanya menjadi meaningless (tidak bermakna).
Taqwa menjadi standar moral tertinggi dalam Islam dan atas dasar taqwa itu pula seseorang dinilai baik, karena taqwa sebagaimana dijelaskan HR. Thabarani merupakan simpul segala kebaikan (jaami'u kulli khair).
Hal ini dapat dimengerti, karena dengan taqwa, seseorang akan berlaku adil terhadap diri dan orang lain, tidak diskriminatif baik atas dasar agama, ras, etnik, suku maupun gender, dapat selalu menghidupkan tali kasih antar sesama dan lain-lain.
Pantas kalau Allah menyatakan bahwa hamba yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertaqwa (QS. al-Hujurat [49]: 13). Melalui puasa yang benar diharapkan lahir sikap-sikap tersebut, sehingga berbagai bentuk kekerasan sosial seperti marginalisasi, stereotipe, sub-ordinasi, dan ketidakadilan berkurang atau bahkan hilang.
Secara literal, taqwa adalah menjaga, memelihara dan melindungi diri dari segala hal yang akan menyakiti, merusak dan menghancurkan diri baik langsung atau tidak, dan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Makna taqwa seperti ini paralel dengan sabda Nabi yang menyatakan bahwa puasa adalah benteng (HR. Bukhari dan Muslim) yang akan melindungi pelakunya dari perilaku negatif.
Di antara tubuh kita yang perlu dijaga, lebih-lebih pada saat puasa adalah mulut, perut dan kemaluan. Mengapa ketiganya perlu dijaga dan dipelihara, karena ternyata ketiganya merupakan sumber penyakit individual dan sosial. Betapa banyak penyakit dan persoalan sosial yang muncul akibat ketiganya tidak terjaga.
Langkah-langkah menjaga, memelihara dan melindungi ketiganya adalah dengan menekan agar orientasi hidup kita tidak hanya pada pemenuhan kepentingan makan, menumpuk kekayaan dan menuruti kebutuhan seksual. Bila kita yang puasa saja masih terjebak pada orientasi tersebut, maka hakikatnya kita mengalami fiksasi atau hambatan kepribadian.
Akibat mengalami hambatan kepribadian, maka pemiliknya akan kehilangan kepekaan sosialnya, kurang peduli terhadap penderitaan sesama, tidak empati dan lebih parah lagi cenderung sulit mengakui kesalahan yang telah dilakukannya. Orang seperti ini, hakikatnya belum dewasa secara psikologis apalagi secara spiritual.
Puasa mendidik pelakunya untuk menjadi manusia dewasa. Kita perlu bertanya pada diri kita masing-masing, sudahkan puasa kita membuat kita menjadi dewasa? Secara teoritis, semakin dewasa seseorang, maka orientasi hidupnya beranjak dari yang konkrit ke yang abstrak, dari mulut, perut dan kemaluan ke penghambaan, pengabdian dan pengetahuan.
Contoh Ceramah 3: Memperbanyak Infaq di Bulan Ramadhan
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْوَفَاءِ أَمَّا بَعْدُ
Jemaah yang dimuliakan Allah,
Dalam penggalan ayat 134 surat Ali-Imran, Allah berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit" (Ali-Imran: 134).
Dalam ayat ini Allah menerangkan salah satu karakter orang bertakwa, yaitu mau menginfaqkan sebagian hartanya di jalan kebaikan, baik dalam kondisi lapang ataupun sempit. Berinfak haruslah dari harta yang baik. Baik dalam artian yang halal dan masih layak, sekiranya kita sendiri masih mencintainya.
Sebagaimana Allah terangkan di ayat lain yang artinya:
"Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Ali-Imran: 92).
Ketika ayat ini turun, para sahabat berlomba-lomba untuk menginfaqkan harta terbaik yang dimilikinya. Di antaranya adalah seorang sahabat bernama Abu Thalhah. Dia berasal dari kaum Anshar di Madinah dan mempunyai banyak harta, yang terdiri dari kebun-kebun kurma. Di antara hartanya itu, yang paling dia cintai ialah kebun kurma Bairuhä. Kebun ini letaknya menghadap masjid Nabawi di Madinah.
Rasulullah suka memasukinya dan minum dari airnya yang segar. Ketika ayat di atas turun, Abu Thalhah segera berdiri untuk menemui Rasulullah, lalu berkata, "Hartaku yang paling saya cintai ialah kebun kurma Bairuha Sesungguhnya kebunku itu saya sedekahkan untuk kepentingan agama Allah. Saya mengharapkan kebaikannya serta sebagai simpanan di akhirat, di sisi Allah.
Karena itu, letakkanlah sedekah kebun itu, wahai Rasulullah, sebagaimana yang Allah beritahukan kepada Anda. Maka Rasulullah memujinya dan mengatakan bahwa itu adalah sedekah yang banyak pahalanya. Rasulullah menasihatinya untuk menyedekahkannya kepada kerabatnya. (HR. Bukhari-Muslim).
Kaum muslimin yang berbahagia,
Banyak di antara kita yang menginfaqkan sebagian hartanya karena terpaksa. Terpaksa karena sudah tidak layak dipakai, sudah ketinggalan model, sudah tidak muat, sudah kadaluwarsa dan seterusnya. Cara berinfak semacam itu mencerminkan sejauh mana rasa cinta kita terhadap harta.
Padahal, sebenarnya harta yang kita miliki adalah apa yang telah kita infaqkan di jalan Allah Adapun yang lainnya adalah sekedar titipan yang akan dibagikan kepada para ahli waris. Apa yang kita infaqkan, itu pula yang akan kita dapatkan kelak di akhirat. Oleh karena itu, dalam surat al-Baqarah: 267, Allah menjelaskan:
"Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji."
Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa selain berinfak dari sebaik-baik harta yang dimiliki atau minimal masih layak, harta itu juga harus halal. Bukan dari hasil kejahatan, seperti korupsi dan semacamnya. Sebagaimana sabda Rasulullah "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik (dari harta yang halal)" (HR. Muslim).
Contoh Ceramah 4: Keutamaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramdhan
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالشَّكْرُ لِلَّهِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ وَالصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَ مَن تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ وَالَاهُ وَ
Jemaah yang dimuliakan Allah,
Tidak terasa, puasa kita hari ini telah memasuki 10 terakhir dari bulan Ramadhan. Sebentar lagi bulan yang penuh berkah ini akan segera meninggalkan kita, dengan membawa segala catatan amal perbuatan kita untuk selanjutkan dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Tentu laporan itu adalah sebagai bukti apakah puasa kita nantinya bisa menjadi saksi yang menolong kita di hadapan Allah, arau sebaliknya sebagai saksi yang memberatkan kita.
Perlu diketahui bahwa Ramadhan tahun ini adalah makhluk baru yang Allah ciptakan, la bulan Ramadhan tahun kemarin atau tahun yang akan datang. Nantinya setiap Ramadhan akan berdiri sendiri sebagai saksi di hadapan Allah . Kita semua berharap semoga seluruh Ramadhan yang kita lewati dan yang akan kita lalui, benar-benar menjadi saksi penolong kita sekaligus pemberi syafaat kelak di hari yang mana syafaat tidak berguna kecuali atas izin Allah
Jemaah yang dirahmati Allah,
Di hadapan kita insya Allah sesuai hitungan kalender, masih ada 9 atau 10 hari lagi. Selama 9 atau 10 hari, Ramadhan masih akan setia menemani kita dengan segala keberkahan dan keistimewaannya. Bahkan keistimewan itu semakin bertambah dan meningkat bersamaan dengan habisnya bulan Ramadhan.
Hal ini terbukti dengan semakin giatnya Rasulullah dan para sahabat dalam melakukan ibadah dan amal saleh. Dalam riwayat Imam al-Bukhari, dari Aisyah, ia berkata, "Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan) Rasulullah mengencangkan koinnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya"
Kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia,
Di antara ibadah dan amal saleh yang dilakukan Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah 'menghidupkan. malam. Ini mengandung pengertian bahwa kemungkinan beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya.
Diriwayatkan dalam hadis marfu' dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali, "Barang siapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang muslim, lalu berpuasa pada siang harinya, melakukan shalat pada sebagian molamnya, menundukkan pandangannya, menjaga kemaluannya, lisan dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk shalat jumat: sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala yang sempurna, dan mendapatkan Lailatul Qadar." (HR. Ibnu Abid-Dunya).
Disamping itu, Rasulullah membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir. Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ali e, "Bahwasanya Rasulullah membangunkan keluarganya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. Dalam hadis sahih diriwayatkan, bahwa Rasulullah mengetuk (pintu) Fathimah dan Ali pada suatu malam seraya bersabda Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat?" (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Hal Ini menunjukkan bahwa beliau sangat bersungguh-sungguh dalam membangunkan mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Termasuk amal ibadah yang biasa dilakukan Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah i'tikaf di masjid. Salah satu tujuan i'tikaf adalah totalitas penghambaan diri kepada Allah 6 i'tikaf disyariatkan di dalam dan di luar bulan puasa.
Namun dalam bulan puasa, terlebih pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, keutamaan i'tikaf semakin bertambah. Dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim disebutkan, dari Aisyah:
"Bahwasanya Nabi senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, hingga Allah mewafatkan belias"
Di samping amalan-amalan yang bersifat pribadi kita juga dianjurkan untuk meningkatkan amalan-amalan sosial. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mencapai tingkatan kesempurnaan cakwa, hingga ia mampu mencapai ketakwaan secara pribadi dan sosial, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para salojus saleh.
Contoh Ceramah 5: Memaksimalkan Ibadah Malam di Bulan Ramadhan
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِينُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ والصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَمِينَ أَمَّا بَعْدُ
Jemaah yang dimuliakan Allah,
Malam-malam bulan Ramadhan adalah malam penuh keberkahan. Berbagai anugerah dan keberkahan Allah turunkan di malam bulan Ramadhan. Namun sayang, banyak umat Islam tidak dapat memaksimalkannya. Terutama menjelang 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Lihat saja fenomena sebagian umat yang mulai melupakan shalat Tarawih di masjid.
Jemaah semakin maju, bukan maju dengan bertambahnya orang yang shalat berjamaah, tetapi semakin maju safnya akibat sedikitnya orang yang masih bertahan dalam shaf shalat. Bahkan ada yang menyindir bahwa di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, jamaah di masjid semakin banyak, hingga meluber ke mal-mal.
Penyebab fenomena semacam ini tentu karena banyak faktor. Di antaranya adalah kurangnya pemahaman terhadap karakter dan keistimewaan bulan Ramadhan. Hal itu terbukti dari banyaknya orang yang berjubel dan berdesak-desakan "i'tikaf" di mal-mal. Mereka lebih senang antri berebut promosi-promosi bonus yang ditawarkan oleh pihak produsen.
Padahal saat itu juga. Allah telah memberikan bonus besar-besaran kepada orang yang mau beribadah di bulan Ramadhan. Belum lagi tradisi mudik lebaran. Bukannya dilarang. Namun apabila tidak hati-hati, berbagai bonus yang diberikan Allah di bulan Ramadhan, bisa tercecer habis sepanjang perjalanan mudik kampung.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Ibadah malam sangat dianjurkan oleh agama, terlebih lagi pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana dikatakan oleh Aisyah tentang Rasululiah bahwa "Bila ma-suk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan) Rasulullah mengencangkan kainnya (menghidupkan malam) dan mem bangunkan keluarganya."
Namun, tentunya ibadah malam tidaklah mudah bagi setiap orang. Hanya mereka yang benar-benar meyakini janji-janji Allah dan Rasul-Nya, yang mampu melaksanakannya. sebagaimana ditunjukkan oleh akhlak para salafus saleh. Al-Qur'an berkomentar tentang mereka, "Lambung-lambung mere ka jauh dari pembaringan, karena mereka berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya" (As-Sajdah: 16), dan "Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar)" (adz-Dzäriyat: 17-18).
Di samping itu, setan pun tidak akan membiarkan manusia dengan mudah melaksanakan ibadah di malam hari, Ini sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
"Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, di mana pada tiap ikatan tersebut dia membisikkan, 'Kamu mempunyai malam yang sangat panjang, maka tidurlah dengan nyenyak Jika dia bangun dan mengingat Allah, maka lepaslah satu toli ikatan. Jika dia berwudhu, maka lepaslah tak yang lainnya, jika anda mendirikan shalat, maka lepaslah seluruh tali ikatannya, hingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menentramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya jiwanya terasa sempit dan malas beraktivitas." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Jamaah yang berbahagia,
Berbagai keutamaan Allah berikan kepada orang yang mampu menghidupkan malamnya dengan berbagai ibadah. Di antara keutamaan itu adalah dicatat sebagai orang yang banyak berzikir kepada Allah (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu soat, tidaklah seorang muslim menjumpai saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah baik kebaikan dunia maupun akhirat. kecuali Allah akan memperkenalkannya, Demikian itu terjadi pada setiap malam," (HR. Muslim).
Di samping itu, shalat malam dapat menghapus dosa (kecil) yang telah dilakukan. Rasulullah bersabda, "Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam karena shalat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, serta penutup kesalahan dan penghapus dosa." (HR. at-Tirmidzi).
Melihat berbagai keutamaan tersebut, Rasulullah sebagai orang yang telah diampuni segala dosanya, tetap bersemangat untuk shalat malarn. Bahkan diceritakan sampai kedua kaki beliau melepuh pecah-pecah. Ketika hal itu ditanyakan, beliau menjawab, "Apakah salah bila aku menjadi hamba yang bersyukur!" (HR. Bukhari-Muslim).
Maka kita, sebagai umatnya, lebih patut untuk shalat malam, terutama di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Jangan sampai malam-malam Ramadhan kita habis di depan TV. di mal, atau begadang tanpa arti.
Contoh Ceramah 6: Lima Cara Sukses Berpuasa
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْنَا صِيَامَ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَفَضَّلَ لَنَا أَحْكَامَهُ بِالْبَيَانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى حَبِيْبِ الْمُصْطَفَى صَاحِبِ الشَّفَاعَةِ الْعُظَمَى، وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى الْيَوْمِ الْمُصَفَى أَمَّا بَعْدُ
Muslimin yang berbahagia,
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan. Berbagai ladang kebaikan, Allah bukakan untuk hamba-Nya. Dengan tujuan, agar semua hamba-Nya dengan mudah mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya. Karena itu, sungguh rugi orang yang menemukan Ramadhan, namun ia tidak mendapatkan ampunan dari Allah.
Oleh karena itu, agar kita sukses dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini, perlu diperhatikan lima hal sebagai berikut:
1. Meluruskan niat hanya kepada Allah
Dengan memurnikan niat menjalankan ibadah puasa hanya karena Allah. Karena niat adalah ruh amal, inti, dan sendinya. Tanpa niat yang benar, ibadah akan sia-sia, tidak ada gunanya di sisi Allah. Amal menjadi benar, karena niat yang benar dan sebaliknya amal jadi rusak, karena niat yang rusak. Berkata Ibnul Mubarak:
"Berapa banyak amalan yang sedikit bisa menjadi besar, karena niat dan berapa banyak amalan yang besar bisa bernilai kecil, karena niatnya."
Karena itu, jangan sampai niat dalam. menjalankan ibadah puasa itu tercampuri berbagai penyakit hati seperti riya atau sejenisnya.
2. Sesuai dengan aturan syariat
Artinya, dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Karena semua ibadah mahdhah termasuk puasa itu sifatnya tougifi Artinya, berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dan hukum asal ibadah adalah haram, sampai ada dalil yang membolehkannya.
Semua ibadah apabila dilaksanakan tidak sesuai dengan tuntunan syariat, maka tidak akan diterima oleh Allah, walaupun dalam menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Rasulullah bersabda, yang artinya:
"Dan barangsiapa yang melakukan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim).
3. Mengonsumsi yang halal, makan-minum dan pakaian yang dipakai harus berasal dari harta yang halal
Bukan dari harta korupsi, menjualbelikan hukum, me manipulasi data, atau hasil transaksi riba. Karena hal itu akan menyia-nyiakan ibadah puasa. Dalam sebuah sabda Nabi dikata kan, yang artinya:
"Wahai para manusia sesungguhnya Allah Mahasuci dan tidak akan menerima kecuali yang suci, dan sesungguhnya Allah menyuruh orang mukmin seperti apa yang diperintahkan kepada para utusan-Nya."
Rasulullah kemudian berkata: Allah berkalam: "Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mu' minún:51) Juga berkalam: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah," dalam surat al-Baqarah: 172 (HR Muslim).
4. Menjaga anggota tubuh
Berpuasa tidak hanya sekadar mampu menahan dirinya dari lapar dan dahaga. Namun juga harus mampu menjaga seluruh tubuh dari perbuatan dosa. Menjaga mata dari memandang yang tidak halal, mulut dari ucapan yang tidak benar, seperti: berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok melaknat, mencela, saksi palsu, dan lain-lain.
Karena semua hal tersebut bisa menyia-nyiakan ibadah puasa. Begitu pula, menjaga telinga dari mendengar hal yang tidak halal, seperti: menghindarkan diri dari tempat yang penuh kemungkaran dan selektif ketika membuka channel atau memilih acara TV atau radio. Juga, menjaga hati dari berbagai penyakit hati, seperti: dengki iri, sombong, dan lain lain.
5. Memaksimalkan ibadah selama bulan Ramadhan
Mengisinya dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif, baik yang bersifat ibadah ritual maupun sosial, seperti membantu orang yang membutuhkan bantuan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikianlah beberapa hal yang dapat membantu kesuksesan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Selain lima yang telah disebutkan tadi, tidak kalah pentingnya. adalah mencari komunitas yang saleh dan memohon pertolongan Allah agar menjadi orang yang sukses dalam menjalankan ibadah puasa. Amin.
Contoh Ceramah 7: Puasa Ramadhan Tidak Sekadar Kewajiban
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ذُو الْعِزَّةِ وَ الْقُوَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ وَلَا رَسُوْلَ اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ كُلِّ مَنِ اتَّبَعَ لِلَّهِ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ:
Muslimin yang berbahagia,
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, puasa Ramadhan ini diwajibkan oleh Allah dengan tujuan utama menggapai nilai ketakwaan. Sebuah nilai yang mampu menyadarkan seseorang tentang adanya hari Akhir dan hari Pembalasan. Kesadaran ini mampu mendorong dirinya untuk selalu meningkatkan kualitas dan keimanannya kepada Allah.
Sehingga apa yang menjadi larangan-Nya, la tinggalkan dan apa yang menjadi perintah-Nya, ia laksanakan dengan penuh rasa suka dan tanggung jawab. Itulah sebenarnya maksud dari perintah puasa Ramadhan. Yang menjadi pertanyaan, kenapa bangsa Indonesia yang mayoritas umat islam, begitu banyak perilaku mereka yang tidak mencerminkan nilai-nilai puasa Ramadhan? Apa yang sebenarnya terjadi dengan puasa mereka! Lalu bagaimana untuk mengubahnya?
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Perlu kita ketahui bersama, bahwa puasa Ramadhan tidaklah sekadar kewajiban yang selesai dengan pelaksanaannya. Namun, ibadah Ramadhan harus dipahami sebagai sebuah ibadah transformasi yang menuntut adanya perubahan menuju kondisi dan nilai kepribadian yang lebih baik. Perubahan positif ini sebagai bentuk dari keberhasilan mencapai ketakwaan yang seharusnya diperoleh melalui menjalankan ibadah puasa.
Ibadah puasa mampu melahirkan nilai perubahan dalam diri seseorang. Puasa mampu menjadi benteng yang tangguh untuk menahan laju berbagai hawa nafsu yang memuncak. la akan sabar untuk tidak mudah mengekor atau menjadi budak hawa nafsu. Sehingga, ia akan selalu mempertimbangkan baik buruknya suatu keinginan.
la tidak mudah terpedaya dengan gemerlap dunia dan kepentingan sesaat la selalu memikirkan akibat dari pekerjaan dan keputusan langkahnya, apakah akan membawa kebaikan untuk kehidupannya di dunia dan akhirat! la akan sadar bahwa Allah selalu mengawasi dirinya, sekalipun tidak ada orang yang melihatnya.
Hatinya selalu bergetar, merasa pilu dan sedih ketika melihat berbagai ketidakadilan dan kezaliman yang terjadi. Pikirannya selalu bekerja keras untuk mencari solusi atas berbagai problematika umat. Tangannya tidak pernah berhenti untuk mengulurkan bantuan kepada siapa pun yang membutuhkan dan jiwanya selalu dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Baginya semua orang adalah sama, hanya ketaqwaan yang membedakan kemuliaan seseorang di depan Allah
Jamaah yang berbahagia,
Nilai puasa Ramadhan semacam itulah yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh seluruh komponen bangsa ini, terutama para pemimpinnya. Dengan memiliki karakter semacam ini, seseorang tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh apa yang diinginkan. Ia bisa menahan diri, walaupun sangat menginginkannya, la sadar bahwa kalau bukan haknya, maka ia tidak boleh mengambilnya, la selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasinya.
Seperti halnya ketika berpuasa, walaupun lapar atau haus, ia tetap bertahan sampai datangnya waktu berbuka. Puasa semacam itulah yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Bukan sekadar puasa yang tidak membawa perubahan apa pun, sebagaimana puasa kebanyakan orang.
Puasa yang tidak menghasilkan sesuatu kecuali rasa lapar dan dahaga. Sebagaimana Rasulullah sabdakan, yang artinya:
"Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga" (HR. Ahmad)
Hadirin yang berbahagia,
Agar puasa tidak sekadar hanya menjalankan kewajiban perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut. Pertama mengikhlaskan niat hanya kepada Allah. Kedua menyadari tujuan pelaksanaan kewajiban puasa. Ketiga menya-dari bahwa Islam tidak hanya menuntut kesalehan pribadi, tetapi juga kesalehan sosial. Keempat: selalu mengingat bahwa puasa yang tidak membawa perubahan positif adalah puasa yang merugi. Kelima: mencontoh kehidupan para salaf shalih yang menjadikan Ramadhan sebagai tempat penggemblengan dan pelatihan diri, agar cukup untuk bekal untuk menghadapi sebelas bulan berikutnya.
Contoh Ceramah 8: Jebakan Nafsi di Bulan Puasa
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي شَرَعَ عُقُوبَةَ الْعُصَافِرِدْعَا لِلْمُفْسِدِينَ وَصَلَاحًا لِلْخَلْقِ أَجْمَعِينَ وَ كَفَّارَةً لِلطَّاغِينَ الْمُعْتَدِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَفْضَلُ النَّبِيِّينَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا أَمَّا بَعْدُ
Muslimin yang berbahagia,
Salah satu keutamaan di bulan Ramadhan adalah dibeleng-gunya para setan dan jin jahar dengan rantai-rantai. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya:
"Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, dekatlah para setan dan jin yang jahat ditutup pintu-pintu neraka tidak ada satu pintu-pintu yang dibuka dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu pun yang tertutup.
Seorang penyeru berserah: "Wahai orang yang ingin kebaikan, lakukanlah! Wahai orang yang ingin kejelekarı kurangilah Dan bagi Allah, membebaskan orang-orang dari neraka itu terjadi pada setiap malam." (HR Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah dengan sanad hadis Hasan).
Jamaah yang dirahmati Allah,
Berdasarkan hadis di atas, secara tegas para setan itu dikatakan dibelenggu, diikat dengan rantai rantai. Lalu kenapa masih banyak kita jumpai berbagai kemaksiatan di bulan Ramadhan? Bukankah kenyataan ini bertentangan dengan hadis tadi!
Untuk menjawabnya, sebagian ulama mengatakan bahwa pada bulan Ramadhan kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan diikatnya jin-jin jahat dengan rantai dan belenggu. Mereka menjadi tidak bisa bebas merusak manusia, sebagaimana bebasnya di bulan yang lain.
Namun hal itu tidak menutup kemungkinan manusia tidak jatuh dalam kemaksiatan. Karena kemaksiatan itu bisa timbul dari jiwa yang buruk, kebiasaan yang buruk, lingkungan yang buruk, dan karena pengaruh dari teman yang buruk (setan manusia).
Dan sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Iblis bermaksiat kepada Allah bukanlah dari godaan setan, melainkan dipengaruhi dari buruknya nafsu yang terdapat dalam jiwa Iblis itu sendiri. (lih: Fathul Båri: 4/114 dan Hasyiyah as-Sindi 'ala Ibnu Majah: 3/415).
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Jika setan dan jin jahat telah dibelenggu di bulan Ramadhan, makakita perlu berhati-hati dari jebakan syahwat yang dikobarkan oleh nafsu jahat yang ada dalam diri sendiri (asy-Syams: 7-8). Di antara jebakan-jebakan tersebut adalah:
1. Jebakan nafsu perut.
Tanpa kita sadari, terutama ketika berbuka, nafsu kita begitu menggebu-gebu untuk makan. Hidangan apa pun dilahap. Bahkan, sebelum datang waktu berbuka, kita disibukan untuk mempersiapkan berbagai macam hidangan.
Akibatnya, banyak waktu yang hilang hanya untuk memuaskan nafsu perut. Selain itu, karena rasa kenyang yang berlebihan, badan terasa berat untuk beribadah. Ketika shalat Tarawih, keinginan untuk tidur begitu kuat. Shalat pun akhirnya tidak khusyuk dan cenderung asal-asalan. Karena jebakan nafsu perut inilah berbagai kebaikan dan keberkahan hilang di bulan Ramadhan.
2. Jebakan nafsu mulut.
Banyak cara yang dilakukan orang untuk menghilangkan rasa lapar saat puasa. Di antaranya, dengan asyik mengobrol kesana-kemari tanpa tujuan yang jelas. Akibatnya tidak hanya sekadar menyia-nyiakan waktu, tapi berbagai kemaksiatan mulut pun terjadi, seperti berbohong, mengghibah, dan lain-lain.
3. Jebakan nafsu mata.
Hal ini bisa terjadi dengan berbagai macam. Misalkan dengan asyik bermain game, internet, dan nonton TV, atau membaca bacaan yang tidak bermanfaat. Kalau tidak hati-hati dengan jebakan nafsu mata ini, maka berbagai keberkahan Ramadhan dapat hilang sia-sia.
4. Jebakan begadang atau tidur.
Di antara jebakan nafsu yang sering terjadi saat puasa adalah begadang tanpa guna di malam hari atau tidur berlebihan di siang hari, dengan alasan daripada bermaksiat mendingan tidur. Akhirnya, berbagai kesempatan untuk beribadah hilang tanpa bekas.
5. Jebakan merasa telah berbuat kebaikan.
Jebakan nafsu ini biasanya menimpa orang-orang baik. la merasa telah berbuat kebaikan dan amalan saleh. Akibatnya muncul dalam dirinya berbagai penyakit hati seperti riya", ujuh, dan kesombongan, Semua itu tentu akan merusak amal ibadah seseorang.
Demikianlah beberapa jebakan nafsu yang sering terjadi saat puasa Ramadhan, Makanya, kita harus berhati-hati
Contoh Ceramah 9: Puasa dan Bacaan Al-Quran
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْبَيَانِ وَالْبُرْهَانِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْفُرْقَانِ أَمَّا بَعْدُ:
Muslimin yang berbahagia,
Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an. Hubungan keduanya sangatlah erat Al-Qur'an secara tegas mengatakan, yang artinya, Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)..." (Al-Baqarah: 185).
Ibnu Katsir ketika menerangkan ayat ini menjelaskan, bahwa Allah mengistimewakan bulan Ramadhan di atas bulan-bulan lainnya dengan menurunkan Al-Qur'an di dalamnya. Karena itu, tidak mengherankan ketika datang bulan Ramadhan, seluruh umat Islam berlomba-lomba untuk dapat berinteraksi secara lebih baik dengan Al-Qur'an.
Kebersamaan puasa dan Al-Qur'an ini ternyata tidak hanya ketika di dunia, melainkan kelak di akhirat keduanya akan kembali berkumpul untuk melakukan advokasi atau pembelaan di hadapan Allah bagi para pecintanya. Hal itu terlihat dalam sabda Rasulullah, yang artinya:
"Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat kepada hamba di hari Kiamat. Puasa akan berkata: "Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat, maka berilah dia syafaat karenaku" Al-Qur'an pun berkata: "Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari maka berilah dia syafaat karenaka Rasulullah bersabda "Maka keduanya akan memberi syafaat." (HR.Ahmad)
Jamaah yang berbahagia,
Bagaimana agar puasa dapat memberi syafaat? Tentu tidak semua puasa yang dilakukan seseorang akan memberi syafaat kelak di akhirat. Bahkan, bisa jadi puasa yang dilakukan itu hanya sekadar menjadikan ia lapar dan dahaga. Sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya:
"Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (honya) lapar dan dahaga" (HR. Ahmad).
Oleh karena itu, puasa yang nantinya akan memberikan syafaat adalah puasa yang mampu menjadikan seseorang berbusana ketakwaan Dengan busana ketakwaan yang diperoleh dari puasa, seorang muslim, sebagaimana dikatakan oleh seorang ulama:
"Akan terlindung dari perbuatan yang tercela, dalam hatinya diliputi rasa takut kepada Allah, sehingga senantiasa terjaga dari perbuatan dosa. Pada malam hari ia mengisi waktu dengan beribadah, lebih suka menahan kesusahan daripada mencari hiburan, rela merasakan lapar dan haus, merasa dekat dengan ajal sehingga mendorongnya untuk memperbanyak amal kebajikan."
Hadirin yang berbahagia,
Lalu bagaimana agar Al-Qur'an bersedia memberi syafaat? Al-Qur'an, sebagaimana kita ketahui adalah katalog kehidupan. Allah yang menciptakan manusia dan alam seisinya, tentu Allah Mahatahu dengan kemaslahatan manusia dan alam. Oleh karena itu, Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk universal bagi manusia untuk mengatur semua kehidupan di dunia ini Dan perlu kita perhatikan kembali kalam Allah, yang artinya:
"Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Baqarah: 2).
Hal ini memberikan pengertian bahwa hanya orang-orang yang mempunyai sifat takwalah yang mampu mendapatkan dan melaksanakan petunjuk-petunjuk Al-Qur'an. Mereka mampu membaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungannya dengan benar dan penuh keikhlasan.
Begitulah sekiranya Al-Quran kelak akan memberikan syafaat bagi mereka yang mampu memanfaatkan petunjuknya dengan benar. Ibnu Taimiyyah berkata:
"Siapa yang tidak membaca Al-Qur'an, maka ia telah meninggalkannya. Siapa yang membacanya. tapi tidak berusaha untuk memahami maknanya, maka ia pun telah meninggalkannya. Dan siapa yang telah membacanya, kemudian telah berusaha untuk memahami maknanya, tapi tidak mempraktikkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari, maka dia pun telah meninggalkannya."
Apabila kita di dunia ini telah meninggalkan Al-Qur'an, maka sudah pasti kelak di akhirat Al-Qur'an akan meninggalkan kita.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa baik puasa maupun Al-Qur'an akan memberikan syafaat di akhirat, bagi mereka yang mampu menjadikan puasa dan Al-Qur'an sebagai sumber ketakwaan, yang mampu menghiasi kehidupannya sehari-hari
Contoh Ceramah 10: Ramadhan dan Pintu-pintu Ampunan
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْأَنْبِيَاءِ وَ إِمَامِ الْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ ، أَمَّا بَعْدُ
Muslimin yang berbahagia,
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan dan ampunan. Di dalamnya Allah membukakan berbagai pintu rahmat dan magfirah bagi hamba-Nya yang berpuasa. Karena itu sungguh merugi bagi mereka yang bertemu dengan Ramadhan, namun ia tidak mau mengetuk pintu-pintu ampunan-Nya.
Kapan lagi ia akan menemukan berbagai kemudahan fasilitas ampunan? Apakah ada jaminan baginya untuk bertemu kembali dengan Ramadhan? Sungguh, tidak ada yang merugi kecuali mereka yang tidak tahu kemuliaan dan keagungan bulan Ramadhan.
Hadirin yang berbahagia,
Berikut ini beberapa riwayat yang menerangkan dibukanya berbagai pintu ampunan di bulan Ramadhan.
1. Berpuasa dengan penuh keikhlasan.
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari Muslim).
2. Mendirikan shalat Malam (Tarawih dan Tahajud).
"Barung siapa yang melakukan shalat Malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari Muslim).
3. Menghidupkan malam Lailatul Qadar.
"Barangsiapa mela kukan shalat di malam Lailatul Qadar karena iman dan meng harap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari Muslim).
4. Memberi iftar (makanan untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa. "Barangsiapa yang di dalamnya (bulan Ramadhan) memberi iftar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi sebab ampunan dari dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka." (HR. Ibnu Khuzaimah dan al-Baihaqi).
5. Beristighfar, ketika dalam keadaan puasa, berbuka, dan ketika makan sahur. Karena doa-doa pada saat itu akan terkabulkan. (HR. Ahmad).
Dalam riwayat lain dijelaskan yang artinya. "Tuhan kami yang Mahasuci dan Mahatinggi turun pada setiap malam ke langit dunia (yaitu) ketika masih berlangsung sepertiga malam yang akhir seraya berkalam:
"Barangsiapa berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untuknya. Barangsiapa memohon kepada-Ku, niscaya Aku memberinya dan barangsiapa memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya." (HR. Muslim).
6. Doa para malaikat untuk orang-orang berpuasa, sampai mereka berbuka. (HR. Ahmad).
Hadirin yang berbahagia,
Demikianlah beberapa riwayat yang menjelaskan tentang luasnya rahmat Allah dengan membukakan begitu banyaknya pintu-pintu ampunan pada bulan Ramadhan. Maka tidak ada alasan bagi kita, kecuali memaksimalkan kesempatan bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak amalan ibadah yang dapat mendatangkan ampunan Allah Sebagai manusia, kita harus menyadari bahwa kita ini banyak dosa.
Tidak ada seorang pun dari kita yang terbebas dari dosa. Karena itu, ampunan Allah sangat kita butuhkan. Pada saat Ramadhan seperti inilah kita harus memaksimalkan kesempatan yang ada.
Karena itu, di antara doa para salafus shalih ketika datang bulan Ramadhan adalah:
"Ya Allah, bulan Ramadhan telah menaungi kami dan telah hadir, maka serahkanlah ia kepada kami dan serahkanlah lami kepadanya. Karuniailah kami kemampuan untuk berpuasa dan shalat di dalamnya. Karuniailah kami di dalamnya kesungguhan, semangat, kekuatan, dan sikap rajin. Dan lindungilah kami di dalamnya dari berbagai fitnah."
Mereka berdoa selama enam bulan agar bisa mendapatkan Ramadhan dan selama enam bulan (berikutnya) mereka berdoa agar puasanya diterima. Di antara, doa mereka itu adalah "Ya Allah, serahkanlah aku kepada Ramadhan dan serahkan Ramadhan kepadaku, dan Engkau menerimanya dariku dengan rela."
Semoga kita termasuk dalam doa-doa mereka. Sehingga kita diberikan oleh Allah kesempatan untuk men dapatkan berbagai kemuliaan dan keberkahan di bulan Ramadhan, Amin
Contoh Ceramah 11: Ramadhan dan Harmoni di Dalam Keluarga
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْأَنْبِيَاءِ وَ إِمَامِ الْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ
Muslimin yang dirahmati Allah,
Keluarga merupakan pondasi utama dalam membentuk komunitas masyarakat muslim. Keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yang sempurna. Karena di dalamnya terdapat berbagai fungsi, di antaranya: fungsi biologis, religius edukatif, sosial, protektif dan ekonomi.
Kesejahteraan di bidang ekonomi, tidaklah cukup untuk menjadikan keluarga harmonis Kenyataannya banyak orang yang sukses dalam bidang ekonomi namun gagal dalam membina bahtera keluarga. Rumah tidak lagi menjadi sunga bagi anggota keluarga
Karena ita, Rasulullah 35 sebagai teladan sempurna, telah menjadikan keharmonisan keluarga sebagai pilar utama dalam membina umat. Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya bahwa:
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan saya adalah yang sebaik-baiknya terhadap keluargaku" (HR. Tirmidzi) Dalam hadis lain menyebutkan, yang artinya "Sesungguhnya di antara kesempurnaan iman orang-orang mukmin ialah mereka yang paling bagus akhlaknya dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya." (HR. Tirmidzi).
Hadirin yang berbahagia,
Kehadiran bulan suci Ramadhan tidaklah menjadi penghalang seseorang untuk tetap bercengkrama dengan penuh. kasih sayang kepada keluarganya. Keasyikan beribadah tidaklah menghilangkan kepedulian seorang suami kepada istrinya. Karena keberkahan Ramadhan juga seharusnya tampak dan terealisasi dalam kehidupan rumah tangga muslim.
Dalam riwayat Bukhari dikatakan: "Sepuluh hari terakhir dari Ramadhan. Shafiyah mengobrol bersama dengan Rasulullah. Setelah itu beliau pamit pulang. Rasulullah pun berdiri lalu mengantarnya sampai ke pintu, dalam riwayat yang lain beliau berkata kepadanya: "Jangan terlalu cepat-cepat supaya saya bisa mengantarmu". rumah Shafiyah berada di Dâr Usämah, Rasulullah pun keluar mengantarnya." (HR. Bukhari).
Bahkan dalam riwayat lain, Rasulullah mencium salah satu istrinya padahal beliau dalam keadaan puasa. (HR. Muslim).
Dari riwayat-riwayat tersebut, sangatlah jelas bagaimana Rasulullah sangat memperhatikan keluarganya, di saat beliau sangat rindu kepada Rabbnya. Perhatian tersebut tidak hanya dalam artian memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga dalam pembinaan spiritual keluarga.
Hal itu terbukti Rasulullah juga mendorong keluarganya untuk meningkatkan ritual ibadahnya di akhir-akhir bulan Ramadhan, Dalam riwayat Bukhari dikatakan:
"Rasulullah mengencangkan kainnya, menghidupkan malam-nya, dan membangunkan keluarganya Rasulullah juga menganjurkan kepada suami istri untuk saling membantu dalam beribadah kepada Allah. Karena keharmonisan keluarga itu harus dibangun atas dasar cinta kepada Allah. (HR. Ahmad).
Hadirin yang berbahagia,
Diantara teladan yang dapat diambil dari keluarga Rasulullah adalah kesederhanaan. Keluarga Rasulullah sering tidak memasak. bahkan kadang sampai sebulan penuh. Makanan keseharian beliau adalah kurma dan air (HR. Bukhari).
Sesekali Rasulullah memakan daging. Kesederhanaan ini tetap mampu melahirkan keharmonisan dalam keluarga, karena selalu dibalut dengan rasa cinta. Aisyah berkata:
"Suatu ketika aku minum dan aku. sedang haid, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah Beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain, aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya." (HR. Muslim).
Hadirin yang berbahagia,
Dengan datangnya bulan Ramadhan, keluarga muslim harus mampu meningkatkan kualitas hubungan antar keluarga agar lebih harmonis. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan berbagai program yang mendukung selama Ramadhan, seperti acara buka bersama keluarga, berbuka bersama kaum dhuafa kajian keilmuan bersama keluarga, berjamaah ke masjid, i'tikaf bersama keluarga, serta pembagian sedekah, zakat, dan infak Wulhasil, kehadiran Ramadhan harus dapat menjadi momentum penting untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan keluarga, serta keharmonian dan keharmonisan antar anggota keluarga.
Contoh Ceramah 12: Spirit Ramadhan Bagi Orang yang Beriman
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Bulan Ramadhan merupakan bulan rahmat dan ampunan dari Allah SWT, barangsiapa yang meminta ampunan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Bulan Ramadhan tidak akan terasa berat dijalani apabila iman di hatinya sangat kuat.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Lantas pertanyaannya adalah siapakah yang disebut orang beriman? Dalam hal ini Nabi Saw pernah bersabda:
"Rasulullah menjawab, "Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulnya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim).
Disamping itu, dirasa penting mengetahui ciri-ciri orang beriman, sebagaimana Syekh Nawawi mengatakan ciri orang beriman terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 1-5:
الۤمّۤ ١ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ٢ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ ٣ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ ٤ اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٥
Artinya: "Alif Lām Mīm. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari tuhannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Ciri pertama orang beriman yang akan dengan mudahnya melaksanakan ibadah puasa dengan berbekal kecintaan kepada Allah adalah:
1. Yaitu orang Islam yang percaya tanpa keraguan terhadap Al-Qur'an bahwa Al-Qur'an adalah Kalamullah dan meyakini bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa yang juga berarti sebagai rahmat sehingga mau belajar dan membaca Al-Qur'an.
2. Yaitu orang Aslam yang percaya kepada hal Ghaib dan membenarkannya seperti kebenaran tentang adanya surga, adanya neraka, jembatan sirath, hari petimbangan amal manusia yaumul mizan, dsb. Sehingga mereka berupaya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
3. Mereka yang beriman dengan hatinya bukan hanya dengan mulutnya sehingga tulus ikhlas dalam menjalankannya.
4. Mereka yang mau mengerjakan salat berarti menyempurnakan salat lima waktu dengan syarat, rukun, dan sunah-sunahnya.
5. Mereka yang mau menafkahkan sebagian rezekinya, sebagian harta bendanya kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
6. Yaitu orang-orang yang percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur'an (Injil, Zabur, Taurat, serta suhuf-suhuf) sebagaimana puasa pun telah diwajibkan kepada orang-orang terdahulu.
7. Mereka yang percaya akan adanya kehidupan akhirat dan juga membenarkan segala sesuatu tentang akhirat, adanya kebangkitan alam kubur sesudah kematian, perhitungan amal Yaumul hisab, nikmat dan siksa kubur dan kenikmatan surga.
8. Mereka yang mau membuka pintu hidayah sehingga mau menerima petunjuk dari Allah SWT dan merekalah orang-orang yang beruntung, selamat dari murka dan siksa Allah SWT.
Dengan menilik ciri-ciri keimanan seseorang tersebut, maka Imam Al-Ghazali Hujjatul Islam mengatakan puasa orang yang sempurna yaitu mereka yang menjalankan ibadah puasa atas dasar keimanan dan kecintaan kepada Allah Swt dan kecintaan kepada Rasulullah SAW sehingga mereka tidak berat mengerjakannya, bertambah amal kebaikannya, meningkat ibadahnya, memperbanyak melaksanakan shalat sunnah, membantu orang lain, tadarus Al-Qur'an sehingga mereka yang menjalankannya kembali kepada kesucian. Dan ganjaran yang akan mereka dapatkan adalah ketaqwaan dan kemuliaan.
Oleh karena itu, mari jadikan Ramadan sebagai sarana penghapusan dosa, mari jadikan Ramadan sebagai bulan penghambaan kepada Allah SWT agar kita menjadi hamba-hamba yang dikasihi dan disayangi olehnya.
Contoh Ceramah 13: Meningkatkan Membaca Al-Quran Saat Ramadhan
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Yang terhormat Bapak/Ibu sekalian, serta hadirin yang saya cintai.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan suci Ramadan. Bulan yang penuh berkah, ampunan, dan rahmat.
Hadirin sekalian,
Ramadan adalah bulan yang istimewa. Di bulan ini, Allah SWT melipatgandakan pahala setiap amal ibadah yang kita lakukan. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan kesempatan yang berharga ini untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah 1 lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Puasa Ramadan adalah ibadah yang agung. Di dalamnya terkandung banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi kita. Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Namun, puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum. Puasa yang berkualitas adalah puasa yang disertai dengan peningkatan kualitas ibadah lainnya, seperti salat, membaca Al-Qur'an, bersedekah, serta melakukan amal kebaikan lainnya.
Salat adalah tiang agama. Oleh karena itu, mari kita jaga kualitas salat kita, baik salat wajib maupun salat sunnah. Perbanyaklah salat tarawih di malam hari, serta salat tahajud di sepertiga malam terakhir.
Membaca Al-Qur'an adalah amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan. Al-Qur'an adalah petunjuk bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Dengan membaca Al-Qur'an, hati kita akan menjadi tenang dan damai.
Bersedekah adalah amalan yang sangat mulia. Dengan bersedekah, kita tidak hanya membantu meringankan beban orang lain, tetapi juga membersihkan harta kita, serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Selain itu, mari kita perbanyak melakukan amal kebaikan lainnya, seperti membantu sesama yang membutuhkan, menjenguk orang sakit, serta berbuat baik kepada kedua orang tua.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan, serta mendapatkan ampunan dan ridha dari Allah SWT. Amin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Contoh Ceramah 14: Menjaga Diri dari Perbuatan Dosa di Bulan Ramadhan
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Yang terhormat Bapak/Ibu sekalian, serta hadirin yang saya cintai.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan suci Ramadan. Bulan yang penuh berkah, ampunan, dan rahmat.
Hadirin sekalian,
Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keutamaan. Di bulan ini, setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup. Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan.
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila telah masuk bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu setan-setan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, mari kita jaga diri kita dari perbuatan dosa di bulan Ramadan ini. Jauhilah segala perbuatan yang dapat membatalkan puasa, seperti berbohong, menggunjing, serta melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Selain itu, hindarilah perbuatan-perbuatan dosa lainnya, seperti mencuri, berzina, serta melakukan perbuatan yang melanggar syariat agama.
Perbanyaklah istighfar dan memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan, serta mendapatkan ampunan dan ridha dari Allah SWT. Amin. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Contoh Ceramah 15: Ramadhan Bulan Kemulian
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Alhamdulillah kita berjumpa Ramadhan lagi.
Ramadhan adalah bulan latihan untuk menempa diri. Bulan tidak makan dan tidak minum untuk perbaikan metabolisme tubuh. Bulan dimana kita dipaksa untuk melakukan aktivitas terbaik dengan istirahatnya tubuh dari makan dan minum.
Bulan di mana kita mengaktifkan sel-sel tubuh yang lain, yaitu potensi otak dan hati kita. Bulan di mana kita bisa mendapatkan pahala, di mana di bulan-bulan sebelumnya kita belum tentu mendapatkannya. Bulan di mana dengan salat sunah saja kita mendapat pahala yang sama besarnya dengan salat wajib.
Bulan dilipatgandakannya pahala. Tidakkah kita bersyukur dengan adanya Ramadhan? Subhanallah, Allah begitu sayang pada kita. Ia menurunkan rahmat-Nya melalui Ramadhan. Bulan di mana kita bisa berkesempatan meraih pahala, rahmat, hidayah, dan ampunan-Nya.
Jika kita ingin diberi dengan suatu hadiah yang mulia, maka marilah kita muliakan sang tamu dengan suatu yang mulia. Istimewakanlah tamu itu, niscaya kita tidak akan menyesal di kemudian hari. Apalagi jika ternyata tanpa kita sadari dan duga, kita tidak akan bertemu lagi di Ramadhan berikutnya.
Ramadhan bulan mulia, bulan suci yang kita analogikan sebagai tamu. Bagaimanakah biasanya kita mempersiapkan tamu agung yang akan berkunjung ke rumah kita? Ibarat seorang pejabat tingkat tinggi dari negara lain yang berkunjung ke Indonesia, maka sejumlah persiapan diadakan dari jauh-jauh hari.
Mulai dari persiapan penyambutan oleh sekompi pasukan angkatan darat maupun udara, persiapan acara untuk sang tamu, hingga acara penutupan. Semuanya harus dipersiapkan dengan baik agar tidak meninggalkan kesan buruk di mata sang tamu.
Ramadhan adalah tamu agung yang Allah telah memuliakannya dibanding bulan-bulan lainnya. Ayat dan hadis tentang beberapa kemuliaan Ramadhan tentu sudah sering kita baca dan dengar melalui kajian internet dan ceramah-ceramah agama. Salah satunya adalah hadis berikut:
Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah SAW, pada suatu hari ketika Ramadhan telah tiba, ia bersabda:
"Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah. Pada bulan itu Allah swt memberikan naungan-Nya kepada kalian."
Dia turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan doa. Pada bulan itu Allah SWT akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah SWT." (HR Ath-Thabrani).
Bulan Ramadhan, bulan dilipatgandakan pahala dan bulan diampuninya dosa-dosa. Beribadah sunnah di bulan ini pahalanya sama dengan mengerjakan pahala ibadah wajib. Kemudian Allah juga memberikan kemuliaan berupa tiga hal, yaitu 10 hari pertama adalah rahmat, 10 hari kedua adalah ampunan, dan 10 hari terakhir adalah terbebas dari api neraka.
Contoh Ceramah 16: Bulan Ramadhan Sejuta Pesona
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Sejak bumi dan langit diciptakan, Allah menetapkan 12 bulan dalam setahun (QS. At-Taubah: 36). Itulah perhitungan waktu yang berlaku sepanjang sejarah manusia, sejak Adam hadir ke bumi sampai kiamat terjadi. Satu dari 12 bulan tersebut bernama Ramadhan.
Pernahkah kita bertanya dalam diri, kenapa di bulan Ramadhan Allah wajibkan kita untuk melaksanakan shaum (menahan diri) selama sebulan penuh dari terbit fajar sampai tenggelam matahari serta qiyam (berdiri beribadah) di malam hari?
Menariknya lagi, setiap tahun Ramadhan datang menemui kita tanpa kita minta. Tanpa diundang ia datang membawa sejuta pesona dan keistimewaan serta memberikan berbagai manfaat dalam hidup dan kehidupan kita. Tujuannya tidak lain kecuali agar kita setiap tahun mendapat kesempatan mengikuti training manajemen syahwat secara Cuma-Cuma.
Ramadhan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah pada kita, agar kita dapat kesempatan mengikuti Training Manajemen Syahwat tersebut secara intensif dan berulang-ulang. Hal tersebut disebabkan karena syahwat adalah ancaman permanen terbesar dalam diri orang-orang beriman.
Syahwat bisa membinasakan kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Syahwat bisa membutakan mata hati dan pikiran kita sehingga yang haram menjadi halal, yang halal menjadi haram, yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik, dan seterusnya.
Perlu kita sadari, syahwat akan selalu menjadi ancaman dalam diri kita selama hayat dikandung badan. Sebab itu, kita harus mampu memenej syahwat secara benar, maksimal, dan berkesinambungan. Agar kita mampu memenejnya, di antaranya, Allah syariatkan pada kita kewajiban mengikuti Training Manajemen Syahwat sebulan dalam setahun.
Artinya, seperduabelas (1/12) dari umur kita, khususnya sejak remaja (mukallaf), kita habiskan untuk mengikuti training manajemen syahwat. Subhanallah! Pantas jika target utama shaum Ramadhan itu adalah agar kita meraih derajat tertinggi di sisi-Nya.
Contoh Ceramah 17: Ramadhan Penuh Cinta
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Demi cinta-Nya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan bagi keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan, bulan di mana Allah membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada manusia.
Allah SWT adalah dzat pemilik cinta tak bersyarat; Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa mengharap balasan apapun. Allah selalu mencintai hambaNya walaupun hamba itu berbuat zalim dan terus membangkang perintahNya. Sebaliknya, cinta manusia adalah cinta karena sesuatu. Manusia mencintai sesuatu karena sesuatu itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal karena ingin mendapat balasan dan kebaikan.
Demi cinta-Nya tersebut, Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan kebahagiaan manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakann-Nya Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan dikatakan sebagai bulan cinta, bulan di mana Allah SWT membuka pintu-pintu kecintaan-Nya.
Tanda cinta dari Allah SWT digambarkan dengan sangat tepat oleh Rasulullah SAW seperti ini:
"Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah azza wa jalla memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan mereka ketika mereka berdo'a kepada-Nya."
Hadirin, demikianlah, Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memanggil semua hamba-Nya untuk kembali menuju hakikat hidup sebenarnya. Ada perumpamaan menarik dari seorang ulama, bahwa manusia diibaratkan anak-anak yang dikeluarkan dari rumahnya untuk bermain-main di halaman di dunia ini. Dalam QS. Al-An Am ayat 32 Allah berfirman.
"Dan kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa,"
Karena itu, Ka'bah disebut sebagai rumah Allah (Baitullah), karena ke sanalah para jemaah haji berangkat, meninggalkan segala urusan di dunia mereka. Ramadhan pun disebut sebagai bulan Allah, karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman permainan kita.
Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli jajanan yang bermacam-macam seperti kekayaan, kekuasaan, keluyuran, atau kesenangan duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang lebih sehat dan lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah telah mempersiapkan makanan berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang bermain terlalu jauh dari rumah.
Ramadhan adalah bukti cinta Allah. Bahagia bertemu dengan Ramadhan sama artinya dengan bahagia bertemu Allah. Konsekuensinya jelas diterangkan dalam hadis berikut:
"Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barang siapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya." (HR Bukhari).
Bila kita cinta Allah, maka kita harus menyambut apapun yang datang dan diserukan-Nya, termasuk Ramadhan. Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis:
"Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah SWT tetapi ia tidak mencintai rasul-Nya, bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum fakir dan miskin, dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi ia tidak mau mentaati Allah SWT."
Karena itu, Rasulluh SAW dan para sahabat selalu menyambut Ramadhan dengan suka cita. Bahkan sejak Rajab dan Syaban, mereka telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, termasuk dengan memperbanyak puasa dan amalan sunah lainnya. Siti Aisyah berkata:
"Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari puasanya pada bulan Syaban; ada kalanya sebulan penuh hanya sedikit yang tidak puasa," (HR Bukhari Muslim).
Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh kesah menahan lapar, haus, dan semua keletihan tatkala menjalanka Ramadhan.
Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis. semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bahagia dan cinta dengan Ramadhan, dengan selalu memanfaatkan nilai- nilai ibadah, sehingga rahmat dan maghfirah Allah akan senantiasa kita peroleh.
Contoh Ceramah 18: Berpuasa Itu Setengah Sabar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Kini kita berada di bulan Ramadhan yang
disebut juga dengan syahrus shabr, bulan kesabaran. Dikatakan demikian karena pada bulan ini umat Islam dilatih untuk bersabar melalui ibadah puasa. Menahan lapar adalah latihan sabar.
Menahan dahaga adalah latihan sabar. Menahan untuk tidak berhubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan adalah latihan sabar. Menahan agar tidak marah adalah latihan sabar. Menahan untuk tidak mengumpat adalah latihan sabar. Rasulullah SAW bersabda:
وَالصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ
Artinya: "Puasa itu setengah sabar" (HR. Tirmidzi).
Sabar berasal dari bahasa Arab, dari kata sobaro-yasbiru, yang artinya menahan. Menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa lainnya.Lalu bagaimanakah Ciri-ciri orang sabar?
Orang yang sabar biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Giat bekerja
- Tidak mudah marah
- Rajin beribadah
- Suka bersedekah dan membantu orang lain
- Tidak berbicara kotor
- Senantiasa mengalah demi kebaikan.
- Ikhlas
Bagaimana cara kita dapat sabar menghadapi masalah dan cobaan?
- Sabar untuk berniat sukses, bebas dan jaya, serta sembuh dari sakit dan punya niat untuk beribadah. (Jangan cuma niat, tapi lakukanlah).
- Kalau kita suatu saat diuji dengan suatu masalah, kita harus sadar bahwa yang pertama yang harus dimiliki adalah Husnuzhon (berbaik sangka) kepada Allah, karena seburuk-buruk perilaku adalah berburuk sangka kepada Allah.
- Sabar mentafakuri hikmah setiap masalah dan cobaan.
- Bersabar ketika ikhtiar menginginkan sesuatu/yang baik.
- Sabar untuk tidak mengeluh.
Apakah manfaat sabar untuk diri kita: Menurut saya, manfaat bersabar antara lain:
- Mudah menyelesaikan suatu permasalahan, karena biasanya orang sabar dalam berfikir selalu tenang.
- Jarang mempunyai konflik dengan orang lain.
- Tidak kaget dan tidak panik dalam menghadapi suatu masalah.
Kisah di zaman Rasul SAW: Suatu hari, seorang perempuan berkulit hitam datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. "Aku menderita penyakit ayan (epilepsi); ketika sakitku kambuh, aku tak sadar hingga melepas pakaianku, dan terbukalah auratku. Kata perempuan itu, Doakanlah untukku agar Allah menyembuhkannya."
"Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, jawab Rasulullah. Tetapi jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu,"
"Aku pilih bersabar, jawab perempuan itu mantap. Maka doakanlah aku agar auratku tidak tersingkap ketika penyakitku kambuh. Maka Nabi mendoakannya, dan perempuan itu pun kemudian menjadi ahli surga."
Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat kita amalkan dalam kehidupan. Amin Ya Robbal 'Alamin.
Contoh Ceramah 19: Ramadhan Bulan Keutamaan dan Pengendalian Hawa Nafsu
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan, dan yang berhak mendapatkan keutamaan Ramadan adalah orang-orang beriman yang dipanggil untuk melakukan puasa. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183.
Bahwa yang dipanggil untuk melaksanakan ibadah puasa adalah orang yang beriman, penekanannya bukan orang Islam ataupun manusianya tetapi yang beriman. Karena itu, tidak heran kalau pada bulan Ramadhan sering kita jumpai di terminal atau di pasar masih banyak umat Islam yang merokok, makan (tidak berpuasa), mereka hanya Islam namun belum beriman.
Tegasnya, orang Islam belum tentu beriman, namun orang beriman sudah pasti Islam. Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan sebagaimana telah disebutkan oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i).
Dari Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa, dan mengabulkan doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).
Maka sambutlah bulan Ramadhan dengan gembira. Siapkan segala hal yang menunjang agar Ramadhan kita penuh arti. Lihatlah Ramadhan kita sebelumnya sebagai patokan. Lalu berusahalah agar amal ibadah kita meningkat lebih dari itu. Hal ini disebabkan keistimewaan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang pahala-Nya akan langsung diberikan balasan oleh Allah.
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, Kecuali puasa, itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku. 'Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi."
Sering kita mengatakan atau mendengar bahwa puasa (shaum) berfungsi untuk menundukkan hawa nafsu buruk kita. Namun, yang dimaksud sekadar menahan nafsu makan dan minum, tidak berbohong, tidak bertengkar, atau aktivitas lain yang bersifat moral semata-mata. Sekiranya faktanya sedemikian rupa maka sebenarnya telah terjadi penyempitan makna dari menundukkan hawa nafsu itu sendiri. Allah SWT berfirman:
"Tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran dan al-Hadist) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)" [An-Najm: 3-4].
Dalam ayat di atas, Allah SWT secara tegas menjelaskan bahwa hawa nafsu dan wahyu saling berbeza. Hawa nafsu adalah segala bentuk dorongan yang berasal dari dalam diri manusia. Oleh karena itu, hawa nafsu tidak hanya terbatas pada aspek moral saja, melainkan meliputi seluruh dorongan yang ada dalam diri manusia yang terwujud dalam seluruh aktivitas.
Sebaliknya, wahyu adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah saw. berupa perintah dan larangan. Wahyu ini yang harus mengendalikan hawa nafsu manusia. Jika hawa nafsu manusia tidak dibimbing wahyu, ia akan cenderung pada keburukan.
Oleh itu, ketika bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan menundukkan hawa nafsu, maka yang seharusnya terbayang dalam pikiran kita adalah kita mencampakkan dan membuang jauh-jauh seluruh aktivitas yang dilarang oleh Allah SWT.
Itulah hakikat sebenarnya dari usaha untuk menundukkan hawa nafsu. Apabila kita telah mampu menundukkan hawa nafsu sebagai hasil dari puasa kita, kita akan menjadi (Insyaallah) manusia yang benar-benar bertakwa, sebagaimana firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa," (Al-Baqarah: 183).
Contoh Ceramah 20: Ramadhan Bulan Utama
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Memang benar, bulan Ramadhan adalah bulan yang setiap detik, menit, jam, dan hari-harinya penuh dengan keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut antara lain:
1. Ramadhan membentuk peribadi Mukmin yang taat secara total kepada Allah SWT dan Rasulullah saw. dalam seluruh perkara yang diperintahkan ataupun yang dilarang-Nya. Tidak ada keraguan di dalam hatinya untuk menjalankan Islam secara kâffah (menyeluruh).
Baik dalam hal akidah maupun hukum-hukum yang lain seperti hukum ibadah, makanan, minuman, pakaian, sosial, politik, ekonomi, budaya, pemerintahan, dan sebagainya. Mereka siap untuk mengikuti wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan ikhlas dan tawakal.
2. Di aspek lain, pada bulan Ramadhan, Allah SWT menurunkan wahyu berupa Al-Quran untuk yang pertama kali. Wahyu inilah yang merupakan sumber hukum untuk dijadikan pemimpin dan panduan kehidupan. Dengan tegas, Allah SWT berfirman:
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu (bayyinat) dan pembeda (furqân) (antara haq dan batil)," (Al-Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk bagi umat manusia yang mengimaninya. Dalil yang jelas dan tegas bagi mereka yang memahaminya, yang terlepas dari kebatilan dan kesesatan, juga merupakan pembeda antara yang haq dan batil, halal dan haram.
3. Allah sungguh Maha Adil, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Dalam bulan Ramadhan pintu keampunan dibuka oleh Allah seluas-luasnya, syaitan-syaitan dibelenggu agar tidak dapat menggoda manusia untuk berbuat mungkar, pintu-pintu surga dibuka seluas-luasnya, dan berbagai kenikmatan Allah dicurahkan.
Dalam bulan ini juga terdapat satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Itulah malam Lailatul Qadar. Pada malam tersebut untuk pertama kalinya diturunkan al-Quran kepada Rasulullah saw. sebagai petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia; bukan hanya bagi kaum Muslim saja, tetapi juga berlaku bagi umat selain Islam. Itulah tanda rahmatan lil alamin-nya Islam.
Wahai kaum Muslimin! Bulan Ramadhan adalah bulan untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Sudahkah kita mentaati Allah SWT secara kaffah? Ataukah kita masih tetap membiarkan hidup kita diatur oleh hukum- hukum dari akal dan hawa nafsu kita? Adakah Ramadhan hanya merupakan tempoh menahan lapar dan haus belaka? Wallâhu a'lam bi ash-shawâb.
Contoh Ceramah 21: Kunci Mengatasi Hambatan Bersedekah
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Bagi orang yang belum gemar bersedekah alias belum merasakan manisnya bersedekah, kayaknya berat sekali untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu orang lain yang kesusahan, baik itu orang kaya ataupun orang miskin.
Mereka seringkali terlalu berpikir rasional, bahkan cenderung terlalu perhitungan soal untung dan rugi jika ingin mengeluarkan hartanya. Padahal balasan sedekah itu tidak bisa diprediksi kapan dan dari mana sumbernya. Jadi diperlukan keyakinan akan kebenaran janji-janji Allah kepada siapa saja yang bersedekah.
Selain itu, pengaruh kehidupan hedonisme juga bisa membuat seseorang bersikap egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Sebab itu, ada ungkapan "Untuk apa mementingkan orang lain, mendingan pentingkan diri sendiri dulu." Ditambah lagi dengan hembusan hoax dari setan bahwa sedekah itu bisa mendatangkan kemiskinan atau kekurangan. Padahal tidak ada ceritanya orang yang bersedekah itu kekurangan.
Di samping itu, menaruh kepedulian terhadap orang yang kesusahan itu bukan berarti harus menomorduakan kebutuhan keluarga sendiri. Tapi di sini kita belajar untuk merasa cukup (istighna'). menganggap rezeki yang ada sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga, serta menyadari di dalam rezeki itu tersimpan bagian untuk fakir miskin yang mesti ditunaikan.
Rasulullah saw pernah menjelaskan bahwa barangsiapa yang merasa cukup (kaya), maka akan benar-benar diperkaya oleh Allah (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dalam sejarah Islam tercatat pula bahwasanya para sahabat yang miskin itu sangat banyak, namun mereka memiliki mental kaya, tidak mau meminta-minta, bahkan merasa cukup, sehingga mereka rela menyisihkan sebagian besar rezekinya untuk menolong orang lain.
Adapun penyebab masih sulit atau beratnya sebagian orang untuk bersedekah, antara lain karena mereka belum mengetahui ilmu bersedekah, apa saja keutamaan dan manfaatnya di dunia dan akhirat, bagaimana indahnya balasan Allah kepada orang-orang yang bersedekah, terutama memahami bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan bersedekah. Berikut ini dijelaskan beberapa langkah jitu agar mudah dan ringan dalam bersedekah:
Pertama, jangan takut kurang. Jika takut kurang, pasti bakal kurang. Sama halnya jika takut bacaan sholatnya salah, pasti bakal salah. Jika menyetir kendaraan takut nabrak, tentu pasti nabrak, dan seterusnya.
Kedua, harus dipaksakan. Ibadah apapun jika tidak dipaksakan, tidak akan terlaksana. Sholat, puasa baik fardhu maupun sunnah, silaturahmi, mengaji, menjenguk orang sakit, dan lain-lain tidak akan jalan jika tidak dipaksakan. Begitu juga sedekah.
Jangan berlindung dengan semboyan "gak apa-apa sedikit juga, yang penting ikhlas." kata Mas Mono, itu bahasa muncul dari orang yang pelit. Yang benar adalah "gak apa-apa besar juga, yang penting ikhlas." Dan ikhlas itu awalnya harus dipaksakan. Dulu waktu kecil kita dipaksa untuk salat oleh orangtua. Setelah dewasa, kita menjadi ikhlas mengerjakannya karena sudah terbiasa.
Ketiga, jangan ditunda-tunda. Karena setan akan cepat menggoda kita dengan berbagai cara untuk membatalkan rencana mulia tersebut.
Keempat, menanam kepercayaan bahwa dengan sering menolong orang lain, maka apabila suatu saat menemui kesulitan apa saja, kita pasti akan cepat ditolong Allah melalui hamba-hamba-Nya yang saleh dan tulus. Bila kita memudahkan urusan orang lain, niscaya segala urusan kita pun akan dipermudah oleh Yang Maha Kuasa. Ingatlah selalu pesan Al-Qur'an:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ، وَاِنْ أَسَئْتُمْ فَلَهَا
Artinya: "Jika kamu berbuat baik kepada orang lain, sama saja kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Tapi jika kamu berbuat jahat kepada orang lain, maka kerugiannya akan menimpa dirimu sendiri." (Q.S Al-Isra': 7).
Demikian 20 contoh teks ceramah singkat Ramadhan berbagai judul dan tema terbaru yang cocok untuk kultum tarawih. Semoga bermanfaat.
(mep/mep)