3 Fakta Warga Dianiaya Buntut Bentangkan Spanduk Saat Jokowi di Gunungkidul

Round-Up

3 Fakta Warga Dianiaya Buntut Bentangkan Spanduk Saat Jokowi di Gunungkidul

Tim detikJogja - detikJogja
Kamis, 01 Feb 2024 07:15 WIB
Poster
Foto: Ilustrasi pria di Gunungkidul dianiaya karena bentangkan spanduk (Edi Wahyono)
Jogja -

Seorang warga diduga dianiaya beberapa orang saat kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kabupaten Gunungkidul. Lelaki tersebut disebut membawa spanduk berisi ucapan selamat datang ke Jokowi sekaligus menyatakan dia mendukung calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo.

Ketua DPC PDIP Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih menerangkan dugaan penganiayaan itu terjadi saat Jokowi diagendakan meresmikan Inpres (Instruksi Presiden) Jalan Daerah Provinsi DIY di Kalurahan Mulo, Kapanewon Wonosari.

Insiden ini kemudian mendapatkan atensi baik dari Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) dan Bupati Gunungkidul, Sunaryanta. Mereka menekankan bahwa peristiwa itu adalah kesalahpahaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fakta-fakta Warga Dianiaya di Gunungkidul

Berikut merupakan fakta-fakta yang dirangkum detikJogja terkait insiden warga yang diduga menerima penganiayaan saat kunjungan Jokowi tersebut.

1. Bentangkan Spanduk 'Selamat datang Pak Jokowi, tapi kami memilih Pak Ganjar'

Berdasarkan keterangan Endah, laki-laki itu ditangkap oleh dua orang. "Kejadiannya itu pas Presiden ke pasar (Argosari, Wonosari). Yang menangkap dua orang," kata Endah kepada wartawan di Wonosari Selasa (30/1).

ADVERTISEMENT

Dia mengklaim bahwa pria itu hendak menyampaikan ucapan selamat datang kepada Jokowi dengan membentangkan selembar spanduk.

"Jadi salah satu warga masyarakat menyampaikan ucapan selamat datang ke Presiden dengan spanduk dan menyampaikan aspirasinya bahwa yang bersangkutan memilih Ganjar. 'Selamat datang Pak Jokowi, tapi kami memilih Pak Ganjar'," ucapnya.

Endah melanjutkan, orang itu diamankan dan kemudian dianiaya oleh orang yang diduga oknum aparat. Endah segera ke tempat kejadian setelah menerima telepon.

"Langsung di situ diamankan oleh aparat dan dianiaya, di-upper cut yang bersangkutan. Kita ada videonya. Kemudian hidung dan gusi berdarah, saya ditelepon. Saya datang dan saya bawa ke rumah sakit," paparnya.

2. Korban Alami Luka di Bagian Wajah

Endah menuturkan, kondisi terkini korban mengalami pergeseran tulang dagu, jakun dan hidung. "Kondisinya, dagu sama jakunnya blingsih (geser), sama tulang hidungnya mleset (bergeser) karena dapat dua pukulan," katanya.

Terpisah, Ketua DPD PDIP DIY, Nuryadi, mengungkapkan sebagai warga negara dirasa wajar mengucapkan selamat datang ke Presiden.

"Sebagai warga negara, kan wajar kalau Presiden datang mengucapkan selamat datang," kata Nuryadi kepada wartawan di Wonosari.

Nuryadi mempertanyakan aksi pemukulan itu. Ia juga mempertanyakan alasan orang yang diduga aparat membuka jaket korban untuk melihat kaus yang dikenakan korban.

"Tiba-tiba kenapa itu ada penonton dipukul. Kenapa dibuka jaketnya pakai (kaus) Ganjar apa nggak," tanyanya.

Perihal orang yang diduga oknum aparat itu, Endah mengaku masih belum mengetahui pasti. "Nggak tahu," jawabnya.

"Paling tidak dia mengaku sebagai pengaman," sambung Nuryadi.

3. Jarak Pembentangan Spanduk Ternyata Dekat Presiden

Dandim 0730/Gunungkidul Letkol Kav. Anton Wahyudo pun memberikan penjelasan terkait insiden kemarin. Dia menerangkan peristiwa itu terjadi karena kesalahpahaman.

"Memang betul terjadi kesalahpahaman dan itu dikarenakan adanya masyarakat yang membentangkan spanduk secara tiba-tiba. Sehingga aparat pengamanan secara spontan bereaksi untuk mengamankan spanduk tersebut," kata Anton kepada wartawan di Wonosari, Rabu (31/1/2024).

Anton yang juga selaku Komandan Sub Pengamanan Rute, salah satunya yaitu di Pasar Argosari Wonosari, menyebut spontanitas itu muncul karena jarak antara warga yang membentangkan spanduk dengan Presiden cukup dekat.

"Karena kejadian tersebut hanya berjarak lima meter dari posisi Bapak Presiden Republik Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, Anton mengatakan aparat keamanan di lapangan bertugas sesuai dengan standard operating procedure (SOP) pengamanan Presiden.

"Sesuai SOP pengaman di mana aparat keamanan kami juga tidak tahu isi dari spanduk tersebut. Untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan sehingga aparat keamanan mengambil langkah-langkah tersebut. Demikian saya sampaikan, terima kasih," jelasnya.

Senada dengan Letkol Anton, Bupati Gunungkidul Sunaryanta juga berkata insiden tersebut merupakan kesalahpahaman setelah berkoordinasi dengan kepolisian dan TNI.

"Dari pertemuan dengan Forkopimda dapat kita simpulkan karena kesalahpahaman," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima detikJogja, Rabu (31/1).

Purnawirawan TNI AD ini mengaku dalam waktu dekat akan kembali melakukan pertemuan dengan Forkopimda terutama dengan Ketua DPRD Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih. Pasalnya, dalam video yang beredar terlihat Endah berada di lokasi kejadian.

"Nanti akan kita fasilitas untuk bertemu beliau (Ketua DPRD Gunungkidul). Kita bangun komunikasi agar tidak terjadi berita simpang siur di tengah masyarakat," ujarnya.




(apu/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads