Debat Cawapres ke-2 Menurut Pakar Politik UGM: Sama Ofensif, Beda Karakter

Debat Cawapres ke-2 Menurut Pakar Politik UGM: Sama Ofensif, Beda Karakter

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Senin, 22 Jan 2024 17:29 WIB
Debat keempat Pilpres 2024 selesai digelar. Debat cawapres ini pun diakhiri dengan pasangan capres-cawapres saling bersalaman.
Debat keempat Pilpres 2024 selesai digelar. Debat cawapres ini pun diakhiri dengan pasangan capres-cawapres saling bersalaman. Foto: Pradita Utama
Sleman -

Debat keempat Pilpres 2024 atau debat calon wakil presiden kedua usai selesai digelar di JCC, Senayan, Jakarta, malam tadi. Pakar politik dari UGM, Wawan Mas'udi menilai secara substansi ketiga cawapres itu memiliki kekuatan masing-masing.

Diketahui, tema debat cawapres itu 'Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa'.

Wawan mengatakan, kekuatan masing-masing cawapres itu terlihat dari prioritas mereka dalam debat. Melihat Mahfud Md, Wawan menilai prioritas utamanya ingin mengedepankan problem pengelolaan lingkungan, konflik sumber daya alam yang terjadi, dan sebagainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawan melihat problem yang disinggung Mahfud yakni soal pengelolaan lingkungan yang harus menjadikan masyarakat sebagai bagian utama. Kemudian juga soal penegakan hukum.

"Itu dikarenakan sistem penegakan hukum, aturan kita yang belum cukup kokoh. Itu mengapa Pak Mahfud berkali-kali menekankan itu. Yang kedua, pengakuan atas hak masyarakat lokal maupun masyarakat asli saya kira juga menjadi titik tekan dari Pak Mahfud dan Pak Ganjar tentunya," kata Wawan saat dihubungi wartawan, Senin (22/1/2024).

ADVERTISEMENT

Untuk cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Wawan menilai dia lebih menekankan pada pemerataan dan keadilan. Hal itu sesuai dengan topik kampanye yang sering diusung paslon Anies Baswedan-Cak Imin.

"Kalau Pak Muhaimin Iskandar tekanannya saya kira lebih banyak masuk ke dimensi pemerataan dan keadilan dan ini kan yang menjadi topik kampanyenya dimana-mana kan di situ, bahwa ini harus membawa rasa adil, memastikan semua orang menjadi penerima manfaat. Narasi-narasi yang dibangun kan kayak gitu. Dan dengan narasi kayak gitu maka punya implikasi kira-kira nanti untuk redistribusi tata kelolanya kayak apa. Itu Pak Muhaimin ke situ tekanannya," ujar Wawan.

Untuk cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, Wawan menilai putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu lebih mengarah pada developmentalism dengan cara hilirisasi.

"Kan kata-kata kuncinya di situ ya dan dalam hilirisasi melakukan apa lah yang beliau sampaikan semalam. Termasuk keterlibatan masyarakat dan seterusnya dan kemudian dibungkus tantangan Indonesia ke depan adalah di situ, bagaimana sumber daya yang ada itu bisa masuk. Meskipun tetap saja mencoba menekankan pentingnya keseimbangan, tapi kita tahu keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan itu selalu problematik," ucap Wawan.

Dengan debat semalam, Wawan menilai setiap calon mencoba melakukan positioning dengan tujuan menarik lebih banyak simpati masyarakat.

"Positioning ini tujuannya ya untuk menarik, sebagai cara untuk melakukan semacam upaya untuk melakukan pemilih lah ya dengan positioning-nya dimana dan itu nanti kan akan terbawa segmentasi pemilihnya siapa," jelasnya.

"Jadi kekuatan masing-masing seperti itu positioning-nya. Nah tinggal nanti masyarakat melihat mana yang paling in line dan paling relevan dengan mereka. Itu dari sisi substansinya," kata Wawan.

Cak Imin lebih baik dari debat sebelumnya

Lebih lanjut, Wawan menilai penampilan Cak Imin jauh lebih baik ketimbang debat sebelumnya. Dia menyebut Cak Imin telah belajar dari kesalahan sebelumnya dan bisa comeback.

"Saya kira Cak Imin belajar sangat banyak di debat pertama. Bahwa debat itu bagaimanapun juga harus disiapkan, karena begitu tidak disiapkan secara sungguh-sungguh justru akan menjadi fireback, akan menjadi senjata yang justru berdampak negatif. Cak Imin tahu betul itu, sehingga kemudian kenapa mencoba menyiapkan secara optimal," ucap dia.

Pun dengan penampilan Mahfud, Wawan juga menilai Menkopolhukam itu juga tampil apik dalam debat. Beberapa kali Mahfud disebut mampu menampilkan karakteristiknya dan menjawab pertanyaan dengan baik.

"Kalau Pak Mahfud saya kira dia juga tampil relatif oke dengan kekuatannya. Dan menunjukkan karakteristiknya bahwa pengelolaan sumber daya alam di Indonesia agar memberi kemanfaatan maka harus dimulai dengan prasyarat penegakan hukum yang kuat, karena dengan cara itu maka kemudian bisa dikelola secara jauh lebih bagus," jelasnya.

Tentang Gibran dinilai ofensif tapi kurang elegan di halaman selanjutnya.

Gibran ofensif tapi kurang elegan

Untuk penampilan Gibran, Wawan menilai Wali Kota Surakarta itu tampil ofensif. Di mata Dekan Fisipol UGM itu, Gibran menggunakan strategi yang sama seperti pada debat pertama. Hanya saja, dampak yang diterima Gibran justru tak sama seperti saat debat pertama.

"Itu kan strategi yang dipakai sama, tapi nampaknya sekarang respons publik kan jadi berbeda. Jadi strategi politik atau strategi debat itu ternyata bisa melahirkan respons publik yang juga berbeda-beda juga, dan bisa jadi kemarin Pak Gibran kena batunya dengan cara kayak gitu kan, karena ternyata sentimen publik cenderung negatif kalau kita ikuti pemberitaan di medsos," ucapnya.

Pada dasarnya, lanjut Wawan, ketiga cawapres sama-sama ofensif. Akan tetapi, karakteristik serangan yang dilancarkan tiap cawapres berbeda. Dia mencontohkan baik Cak Imin maupun Mahfud sama-sama menyerang Gibran lewat aturan yang ada saat ini.

"Sebenarnya Cak Imin dan Mahfud juga offensive ke 02, Gibran dan Pak Prabowo, tetapi ofensifnya dalam konteks untuk mempertanyakan policy yang existing," bebernya.

Dicontohkan Wawan, serangan ke Gibran berupa pertanyaan terkait policy tentang food estate serta angka impor yang masih tinggi.

"Itu kan sebenarnya pertanyaan-pertanyaan policy yang seharusnya dijawab dijawab aja, kan bisa dijawab itu secara elegan. Ini impor tinggi karena apa, misalkan kebutuhan semakin banyak sementara kapasitas produksi masih tetap dan kita ada kebutuhan untuk melakukan securing untuk memastikan keamanan pangan. Itu kan bisa aja, namanya juga debat, food estate juga bisa dijawab," ujar dia.

Wawan menambahkan, Gibran lebih cenderung ofensif untuk mencoba menampilkan dirinya mengetahui hal-hal yang orang lain tidak tahu. Contohnya, menggunakan istilah yang tidak familiar.

"Jadi sama-sama ofensif, tapi karakter ofensifnya berbeda, yang satu cenderung elegan, Pak Mahfud dan Cak Imin menurut pendapat saya ofensif tapi elegan karena policy, Pak Gibran ofensif tapi tujuannya untuk menunjukkan bahwa beliau lebih tahu dibanding orang lain," pungkasnya.


Hide Ads