Pilu Warga Kedungwanglu Puluhan Tahun Selalu Terisolir Saat Hujan Deras

Pilu Warga Kedungwanglu Puluhan Tahun Selalu Terisolir Saat Hujan Deras

Tim detikJogja - detikJogja
Sabtu, 20 Jan 2024 06:45 WIB
Kondisi jembatan yang terendam banjir di Kedungwanglu, Kalurahan Banyusuco, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul. Foto diunggah pada Jumat (19/1/2024).
Kondisi jembatan yang terendam banjir di Kedungwanglu, Kalurahan Banyusuco, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul. Foto diunggah pada Jumat (19/1/2024). dok. Istimewa
Jogja -

Sudah puluhan tahun warga Kedungwanglu, Kalurahan Banyusuco, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, selalu terisolir saat hujan deras. Sebabnya, dua jembatan akses keluar masuk kampung itu selalu terendam air sungai yang berarus deras.

Setiap air sungai meluap, jembatan yang menjadi akses warga nyaris tak terlihat karena derasnya aliran sungai. Teranyar, video beberapa siswa sekolah yang hendak menyeberang jembatan viral.

"Kedhungwanglu, Banyusoca, Playen, Gunungkidul pagi tadi terlihat siswa harus menyeberang sungai untuk ke sekolah, ditambah 2 hari ini mati listrik di wilayah tersebut (19/1/2024)," tulis akun X @merapi_uncover tersebut seperti dilihat detikJogja, Jumat (19/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabar soal Kedungwanglu itu dikonfirmasi oleh Lurah Banyusuco, Damanhuri. Dia menyebut warga tak bisa beraktivitas sejak Kamis (18/1) kemarin.

"Sudah puluhan tahun (warga Kedungwanglu) terisolir, sejak nenek moyang. Kalau yang musim ini sudah dua hari ini (terisolir)," jelas Damanuhuri, kepada detikJogja melalui telepon, Jumat (19/1).

ADVERTISEMENT

Dia menerangkan Padukuhan Kedungwanglu juga sudah dua hari ini mati listrik. Dia mengaku aktivitas masyarakat Kedungwanglu pun terbatas.

"Mati listrik sudah dua hari dua malam. Kalau terisolir itu nggak bisa ke sekolah, kantoran juga nggak bisa. Semua aktivitas itu terkurung Sungai Oya dan sungai Kali Cilik (Prembutan)," ujar dia dengan sinyal terputus-putus.

Damanhuri menyebut ada sekitar seratus kepala keluarga yang tinggal di Padukuhan Kedungwanglu. Dia menyebut padukuhan itu dikelilingi Sungai Oya dan Kali Prembutan.

Sebenarnya ada dua jembatan akses keluar masuk kampung itu. Namun, keduanya juga rawan dilalui saat hujan deras.

"Jembatannya itu dua tapi sama aja (tidak bisa diakses saat hujan). (Kendala) Jaraknya 200-an meter dan satu arus sungai," ujarnya.

Potret jembatan akses keluar masuk Kedungwanglu tertutup luapan sungai. Foto diunggah Jumat (19/1/2024).Potret jembatan akses keluar masuk Kedungwanglu tertutup luapan sungai. Foto diunggah Jumat (19/1/2024). Foto: dok. Warga Kedungwanglu/Sopyan

Makin Terisolir gegara Mati Listrik dan Susah Sinyal

Hal senada juga disampaikan salah seorang warga Kedungwanglu, Sopyan Efendi. Dia menyebut sudah dua hari ini anak-anak tak bisa sekolah dan warga tak bekerja.

"Asal musim hujan kalau banjir pasti kerendam ndak bisa dilewati. Harus jembatan permanen," ujar Sopyan.

Selain terisolir karena akses terputus, di kampungnya juga sudah dua hari ini mati listrik.

"Sekarang ini kan posisi mati listrik. Kalau sudah mati listrik ya susah. Air bersihnya bagaimana kan harus pakai sanyo (pompa listrik), sementara listrik sini kan dari Bantul. Jadi jaringannya dari Dlingo," ujar Sopyan lewat pesan suara.

"Susah sinyal. Mati listrik," sambung dia.

Di sisi lain, Sopyan mengungkap ada tetangganya yang sakit. Padahal tetangganya itu juga harus kontrol ke dokter.

"Kebetulan juga ada beberapa orang yang sakit, ada yang harus operasi, ada yang harus kontrol sebelum operasi itu ada. Yang jelas kalau terisolir kan tidak bisa mencari nafkah sama sekali," ujarnya.

Minta Perbaikan Jembatan

Sementara itu, Lurah Banyusuco, Damanhuri menyebut pihaknya sudah sering menyampaikan persoalan di Kedungwanglu ini kepada pemerintah setempat maupun DPRD saat kegiatan aspirasi. Namun, semuanya tidak ada tindak lanjutnya. Dia berharap pemerintah turun tangan untuk membantu akses jalan di Kedungwanglu.

"Kekuatan dana desa berapa nggak bisa mengkover, minimal Rp 3 miliar satu jembatan. Ketika banjir (jembatan sekarang) sudah tidak mumpuni," harapnya.

Hal senada juga disampaikan warga, Sopyan. Dia kecewa karena tak kunjung ada perbaikan jembatan di kampungnya dan berharap segera ada aksi dari pemerintah.

"Dari pemerintah itu hanya surva-survei saja. Dari Bappeda pernah, dari Bupatinya langsung ke sini pernah. Tapi yang kami inginkan itu kan bukan survei, tapi aksi,"

Sopyan juga berharap ada bantuan pangan dari pemerintah untuk warga terisolir di Kedungwanglu ini.

"Kalau kondisi terisolir ini kan ada bantuan apa gitu, berupa pangan atau sembako dari pemerintah. Sama sekali tidak ada," keluhnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/rih)

Hide Ads